58
pelayanan dan untuk membawa dunia dan sejarah lebih dekat kepada tujuannya, yaitu keadilan dan perdamaian Kerajaan Allah. Pertimbangan-pertimbangan ini
dapat diringkas dalam model jemaat beriman yang disebut dengan model yang dimanis. Yang pokoknya ialah gerakan-gerakan Roh yang meskipun dijaminkan
kepada Gereja namun sering dengan bermacam-macam cara yang menakjubkan dan tidak terduga menjiwai hidup jemaat beriman.
2. Fungsi dan Jabatan
Setiap jemaat memerlukan organisasi, begitu pula dengan Gereja. Demi kesinambungan dan efektifitas perlu dibuat struktur lewat pembatasan fungsi,
tanggung jawab, dan tugas. Ada permasalahan di sekitar jabatan gerejawi, terutama terletak di dua bidang. Yang pertama, terletak di bidang percakapan
ekumenis yang berbicara tentang bermacam-macam struktur jabatan yang berbeda-beda. Gereja yang berbeda-beda, dan tentang mungkin tidaknya untuk
saling mengakui pelayanan jabatan itu. Yang kedua, terletak di sekitar pelayanan mengenai persyaratan untuk masuk jabatan di dalam Gereja-gereja sendiri dan
tidak sedikit pula dalam Gereja Katolik. Keikutsertaan pada Kristus, pelayanan kepada kehidupan dalam
pemeliharaan, perjuangan, dan pengampunan merupakan penugasan dan sekaligus identitas dari cara hidup kristiani sendiri. Maka tugas yang lebih cocok bagi
jemaat beriman ialah pelayanan pemeliharaan, perjuangan, dan pengampunan, intern dan extern, mempunyai intensitas dan efektifitas yang maksimal, sesuai
dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam jemaat. Bahwa banyak pemeliharaan serta perjuangan pastoral dan diakonal yang disediakan bagi jemaat-
59
jemaat oleh pemimpin dan aktivis, jika dilihat dari sudut teologis bersifat laikal sebagai perwujudnyataan keikutsertaan pada Kristus.
Sabda dalam Kitab Suci serta tradisi adalah norma identitas kristiani, dan Tanda-tanda sakramen adalah peristiwa mistik-ritual dalam orang beriman
berulang-ulang mengaitkan diri dengan Yang Tersalib Yang Bangkit beserta misi- Nya. Karena Dialah tujuan akhir yang ilahi berkehidupan bagi Gereja. Kehadiran
Kristus dalam orang miskin sejak zaman para rasul menerima bentuk pelayanan tersendiri dalam jabatan diakon. Tugas diakon ialah membawa keluhan dan
tuduhan orang yang berada dalam kesusahan dan ketidakadilan ke tengah-tengah jemaat. Di tengah-tengah jemaat, diakon menjadi wakil, pembela, dan saksi orang
miskin. Bagi pembangunan jemaat kiranya penting menghindari dua macam salah
paham. Salah paham yang pertama, ialah mengenai kecenderungan untuk melihat diakon terutama sebagai orang yang melaksanakan bermacam-macam pelayanan
pemeliharaan dan perjuangan atas nama jemaat. Diakon bukannya pertama-tama ada untuk melaksanakan diakonia, melainkan untuk menginspirasi seluruh jemaat
untuk berdiakonia. Salah paham yang kedua, mengenai kecenderungan yang sudah sangat tua dalam Gereja Katolik untuk memandang tugas diakon sebagai
pembantu imam dalam perayaan Sabda dan Sakramen. Tugas diakon ialah untuk menghadirkan orang miskin dalam penghimpunan anggota jemaat, termasuk
dalam ibadat liturgis. Dia kemudian harus dan jika perlu memperlengkapi jemaat dan memberikan wujud organisatoris bagi jawaban yang oleh umat akan
dilaksanakan dalam rangka keikutsertaan. Ini berarti bahwa dalam setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
penghimpunan liturgis, diakon harus diberi kesempatan untuk berbicara. Maksudnya ialah bahwa diakon dalam interaksinya dengan pelayanan imam.
Diakon adalah orang yang seperti diutus dari lapisan bawah masyarakat dan dari pojok-pojok kesusahan manusia, berulang-ulang memasuki jemaat lokal supaya
jemaat itu tidak kehilangan hubungan dengan kenyataan yang merupakan kenyataan Allah.
Pengertian sakramentalitas tidak boleh dipandang sebagai pengangkatan ke dalam tatanan yang lebih tinggi. Yang hakiki adalah pengertian pengutusan.
Pengutusan juga dimaksudkan dengan pengertian hierarki. Hierarki berarti bahwa jabatan-jabatan tersebut berasal dari apa yang suci bagi gereja, yaitu presensi
Kristus yang historis yang dikaruniakan kepada kita dalam Roh melalui Sabda dan Tanda dan dalam wajah orang miskin. Karena sama seperti Baptisan dan
Perjamuan Malam, bagi Gereja dalam Roh Kudus merupakan representasi dan kenangan simbolis dari Yang Tersalib Yang Bangkit. Inilah makna inti semua
sakramen. Fungsi seperti mengantar orang masuk ke dalam jemaat melalui katekese
dan pelayanan pembaptisan sebagai inisiasi kristiani. Fungsi itu juga adalah mempertemukan anggota gereja satu dengan yang lain di dalam jemaat, yaitu
membuka mereka yang satu terhadap yang lain dan membangkitkan komunikasi iman satu dengan yang lain. Usaha mempertemukan itu terwujud lewat
bermacam-macam kegiatan kelompok dan pembinaan, dan dalam bermacam- macam kegiatan organisasi dan pembangunan masyarakat. Esensi dalam
penghimpunan ini adalah doa bersama, maka kebaktian doa tertentu juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
termasuk fungsi ini. Singkatnya, semua usaha di atas secara bersama dapat disebut fungsi koinonia. Fungsi koinonia itu dilaksanakan lewat tugas-tugas yang
bertujuan untuk membentuk jemaat beriman yang sungguh-sungguh. Fungsi ini merupakan fungsi khusus lain, yang melaksanakan fungsi ini di
Gereja-gereja setempat dapat disebut pator menurut gambaran Injil seorang gembala yang menggembalakan dan mengumpulkan kawanan domba. Perebutan
para pastor dan pendeta menunjukkan betapa pentingnya fungsi koinonial ini bagi umat kristiani. Yang menonjol ialah bahwa Hukum Gereja Katolik tidak melihat
pembangunan jemaat sebagai tugas imam. Namun, orang profesional koinonial ini tidak perlu menjadi imam atau pendeta atau diakon. Ada kemungkinan struktural
yang lain. Di pihak Katolik sedang berkembang jabatan laikal, yaitu petugas pastoral.
Jenis kepemimpinan gerejawi diharapkan terarah kepada pengembangan komunikasi. Perlu mengembangkan bahasa iman dan lapangan bahasa di mana
anggota Gereja secara pribadi dapat mengenali diri sebagai orang kristiani. Memberi dan menerima motivasi dan pembinaan untuk keikutsertaan pada
Kristus. Maka, perlu secara dialogal, memajukan kisah, kesaksian, pelayanan, dan perayaan sehingga dengan itu akan terjadi keterbukaan terhadap apa yang
terdengar, seperti dari luar melalui perantaraan jabatan imam dan diakon. Di banyak tempat sedang dikembangkan tim pastoral yang terdiri atas imam, diakon,
dan petugas pastoral. Fungsi dan jabatan ini perlu dibagi-bagi maka perlu juga pembagian
bentuk-bentuk kerja dan bentuk-bentuk penghayatan yang tradisional, yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
merayakan, belajar dan melayani. Orang belajar tidak hanya dari Sabda dan Tanda tetapi juga dari apel orang miskin yang diantarai oelh fungsi diakonal. Dan juga
kurang diperhatikan bahwa di dalamnya terjadi pembentukan persekutuan, yaitu fungsi koinonial.
Kotbah dapat berfungsi ganda karena dapat merupakan penjelasan tentang Kitab Suci, tentang Sabda dan tradisi keimanan. Dapat juga merupakan
penjelasan mengenai kebutuhan dan masalah tertentu diakonal, atau juga dapat dimaksudkan untuk mempertemukan anggota Gereja dalam iman mereka. Atau
untuk memotivasi mereka melakukan aktivitas bersama-sama koinonial. Melayani tidak hanya menunjukkan sikap yang harus meresapi semua tugas
jabatan dan juga tidak dikhususkan untuk fungsi diakon, melainkan menunjukkan sifat khas keberadaan kristiani yang dalam seluruh keikutsertaan pada Yesus
dalam menjalankan pelayanan terhadap kehidupan. Maka, melayani tidak merupakan salah satu tugas jabatan gerejawi,
melainkan sikap hidup yang harus dimiliki oleh semua anggota Gereja sebagai orang yang dibaptis tanpa membeda-bedakan jabatan. Pada poros yang satu, kita
mencantumkan, imami, diakonal, dan koinonial dan pada poros yang lain: merayakan, belajar, dan melayani sebagai sarana untuk menggambarkan vitalitas
dan untuk mengidentifikasi segi-segi kuat dan lemah dalam umat kristiani yang konkret.
3. Motif