Spiritualitas Pewarta Krisstiani Spiritualitas Prodiakon:

103 Air : Air itu dingin, yang berarti memberikan kesejukan bagi semua. Dengan kesejukan itu semua orang merasa nyaman. Dengan demikian terciptalah sikap krasan bagi peserta. Api: Api mempunyai sifat panas, ini berarti sebagai seorang katekis kita diharuskan mampu untuk memberikan sikap hangat kepada umat. Dengan sifat api yang panas tersebut maka umat akan mewarisi pancaran panas yang dipancarkan kepada umat. Pancaran tersebut tidak lain adalah semangat cinta kasih Yesus Kristus.  Pendengar dan Pelaksana Sabda Berdasarkan surat Yakobus 1:17-27, umat beriman didorong untuk tidak sekedar menjadi penikmat sabda, namun mampu melaksanakan apa yang dibaca. Hal ini sesuai dengan amanat Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, bahwa sukacita yang dibawa oleh Injil yang diwartakan mendorong setiap orang untuk “keluar” dan ikut bersemangat berbuat kasih.

d. Spiritualitas Pewarta Krisstiani

Karya pewartaan dan pelayanan demi pembangunan iman umat dalam hidup menggereja dan bermasyarakat, bersumber pada Yesus dalam membentuk spiritualitas pewarta, khususnya sebagai pendamping Katekese Umat, sebagai pelayanNya. Seorang pemandu KU harus menghidupi spiritualitas, dasar spiritualitas berhubungan seorang pribadi dengan Tuhannya. Seorang pemandu KU juga harus bersumber pada spiritualitas kemuridan Yesus Gereja yang terobsesi pada pengembangan Kerajaan Allah. 104 Dengan kata lain bahwa spiritualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemandu Katekese Umat adalah: - Mengandalkan seluruh hidupnya pada Tuhan - Dijiwai oleh Roh Kudus dan mengandalkan karya Roh Kudus - Bersemangat melayani dan menghargai sesama - Memilki kepekaan terhadap keprihatinan masyarakat - Memiliki semangat untuk mengembangkan orang lain - Mengutamakan orang miskin - Memilki kerelaan berkorban mau rugi demi orang lain - Memiliki ketekunan dalam menghadapi tantangan - Bersemangat pembaharuan terus menerus

e. Spiritualitas Prodiakon:

 Tetap hidup sebagai awam dan anggota keluarga Kristiani Seorang prodiakon bukan diakon tertahbis,seorang prodiakon tetap awam dan diharapkan tetap hidup tetap awam. Gereja mengajarkan bahwa awam bukanlah warga Gereja kelas dua. Baik awam maupun klerus sama mengambil bagian dalam satu-satunya imamat Yesus Kristus meski dengan cara yang berbeda bdk. LG 10. Itulah sebabnya seorang prodiakon tidak perlu mengubah sikap, pola dan gaya hidupnya sebagai awam. Ia tidak perlu berupaya memangun ritmus kehidupan seperti imam atau kelompok religius.Tidak perlu berpenampilan seperti romo atau imam,ia harus tetap seorang bapak atau ibu dalam keluarga.Ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 mencintai pasangan hidupnya dan anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya.Demikianlah prodiakon diharapkan sanggup membangun keluarga kristiani yang dapat menjadi teladan bagi keluarga kristiani yang lain.  Semangat pelayanan dan kerajasama Seorang prodiakon diangkat dan ditugaskan resmi oleh uskup melalui pastor paroki.Maka seorang prodiakon paroki, perlu memiliki semangat pelayanan dan kerja sama dengan hirarki, terutama imam atau pastor parokinya.  Memiliki kualitas kerohanian yang mendalam dan liturgis Prodiakon memiliki tugas utama sebagai pembantu imam dalam menerimakan komuni baik di dalam maupun di luar Perayaan Ekaristi seperti liturgi sabda, mengirim komuni pada orang sakit dan di penjara, dan dalam mengirim ibadat non sakramental. Adapun yang menjadi dasar spiritualitas terdalam para awam dan prodiakon yakni hidup dalam kesatuan dan penyerahan diri kepada Allah melalui Kristus dengan cara setia pada pimpinan Roh Kudus. karena berkaitan dengan pelayanan doa dan hal-hal suci, para prodiakon harus akrab dengan Tuhan. Ia harus seorang pendoa yaitu orang yang suka berdoa, bukan hanya suka berbicara tentang doa dan hidup dari doa, terutama doa tersebut diungkapkan melalui Perayaan Ekaristi.Selain itu seorang prodiakon harus rajin menerima Sakramen Pengampunan Dosa,rajin membaca Kitab Suci, mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam tugas, bukan hanya siap dalam segi fisik, keterampilan dan penguasaan 106 tugas tetapi terutama hati yang suci dan murni melalui doa persiapan yang cukup.  Tanggap terhadap kebutuhan umat sesuai tuntutan zaman Seorang prodiakon harus selalu peka terhadap kebutuhan umat beriman sesuai dengan tuntutan zaman terutama segala kejadian yang menuntut spontanitas pelayanan.Kepekaan yang dimaksud adalah adanya keterbukaan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan umat menurut situasi dan kondisi.Maka diharapkan sikap fleksibel dan luwes dalam menjalankan tugas pelayanannya.  Semangat keterbukaan dan rendah hati Prodiakon perlu memiliki semangat keterbukaan diri dan kerendahan hati. Semangat keterbukaan menunjuk kepada kesediaan diri untuk dibentuk, diarahkan dan dipimpin serta belajar terus menerus. Sebab godaan terbesar bagi para petugas adalah sikap berpuas diri sehingga tidak mau belajar lagi.Padahal,liturgi dan pewartaan yang menjadi tugasnya selalu berkembang dan terus memperbaharui diri. Kerendahan hati untuk belajar dan menerima kritik orang lain merupakan keutamaan penting bagi kemajuan pelayanan prodiakon yang berkualitas.

f. Kita menyaksikan sebuah Video “ Pohon Tumbang”