18
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 85, silakan Anda terus mempelajari
modul berikutnya yaitu “Analisis penerapan nilai- nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh”, namun jika Anda menganggap
pencapaian Anda masih kurang dari 85, sebaiknya Anda ulangi kembali
kegiatan belajar dalam modul ini.
19
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 ANALISIS PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI
SATU KESATUAN YANG UTUH
Oleh: Rahma Tri Wulandari, S.Pd.
A. Tujuan
1. Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menunjukkan analisis penerapan nilai-nilai yang menjiwai dan dijiwai sila-
sila Pancasiladengan benar 2. Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat
menunjukkan analisis permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuhdengan benar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menganalisis penerapan nilai-nilai yang menjiwai dan dijiwai sila-sila Pancasila
2. Menganalisis permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.
C. Uraian Materi 1. Analisis Penerapan Makna Nilai-Nilai Menjiwai dan Dijiwai oleh
Sila-Sila Pancasila
Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh
itu dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Sila I :“Ketuhanan Yang Maha Esa” meliputi dan menjiwai sila II,
III, IV, dan V.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan
keyakinannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Sila I menjadi sumber pokok kehidupan bangsa
Indonesia, menjiwai,
mendasari serta membimbing perwujudan
kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh,
20
bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila II : “Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab” diliputi dan dijiwai
sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V.
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang mempunyai potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi
inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia
menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang
obyektif, tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya, berarti bahwa sikap hidup, keputusan
dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma kesopanan dan kesusilaan. Adab bearti tata kesopanan kesusilaan atau
moral. Jadikemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap
alam dan hewan.
c. Sila III : “Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, dan II,
meliputi dan menjiwai sila IV dan V.
Hakekat sila Persatuan Indonesia bahwa bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat. Dengan persatuan Indonesia bangsa Indonesia menggapai tujuan memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi, sekaligus perwujudan dari
paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya
membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun.
d. Sila IV : “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan
” diliputi dan dijiwai sila I, II, III, meliputi dan menjiwai sila V.