Rangkuman Umpan Balik Tindak Lanjut:

43 KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 ANALISIS PENERAPAN POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Oleh: Siti Tamami.S.Pd A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis penerapan pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Peserta diklat mampu menganalisis : 1. Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Penerapan Pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Uraian Materi 1. Analisis Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pada hakikatnya Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terdiri atas 4 empat alinea, sebagai berikut.

a. Alinea Pertama

Bunyi Alinea pertama sebagai berikut: 44 “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Mengandung makna segala bangsa berhak untuk memperoleh kemerdekaan, karena ada dan berlakunya hak kemerdekaan adalah sejalan dengan tuntutan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kata “sesungguhnya” dalam hal ini tidak hanya dalam arti keadaan realitasnya yang memang demikian, namun lebih bersifat imperatif, yaitu mutlak memang harus demikian, jika tidak akan bertentangan dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan, kedua unsur tersebut merupakan unsur mutlak bagi terjaminnya nilai-nilai tertinggi kehidupan manusia dan kemanusiaan. Dengan demikian, berarti bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk merdeka dan hak ini sifatnya yang mutlak. Hak untuk merdeka merupakan hak kodrat dan hak moril dari setiap bangsa. Pengingkaran terhadap hak kodrat ini bagaimanapun bentuk dan manifestasinya harus lenyap dari atas bumi, seperti halnya suatu penjajahan oleh negara terhadap negara lain. Pemberian hak kemerdekaan ini ditekankan kepada segala bangsa dalam wujud kebulatannya, bukan kepada individu-individu. Tidaklah berarti, bahwa hak kebebasan individu tidak ada tempat, namun hak kebebasan individu dilekatkan dalam hubungannya dengan bangsa sebagai satu pokok kebulatan. Jadi kebebasan individu ditempatkan dalam hubungan nya sebagai species terhadap genusnya. Kata-kata perikeadilan dan perikemanusiaan menjadi ukuran penentunya, yaitu bahwa dalam batas- batas keadilan dan kemanusiaan, manusia sebagai individu diakui kemandiriannya sehingga diakui pula hak-hak kebebasannya. Pengertian hak kemerdekaan sebagai hak kodrat segala bangsa tidak secara langsung sebagai hak yuridis, tetapi lebih merupakan hak moril dan hak kodrat. Sebagai imbalannya, segala bangsa harus memiliki kewajiban moril dan kewajiban kodrat untuk menghormatinya. Bila ada bangsa yang tidak merdeka maka hal ini bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Dengan demikian, ada wajib kodrat dan wajib moril bagi penjajah khususnya untuk memerdekakan bangsa tersebut.