161 Perkembangan anak MA di sektor motorik kasar
sangat baik hal ini dibuktikan dengan anak MA mampu melakukan
gerakan-gerakan sesuai
dengan usia
perkembangannya. Anak MA mampu untuk berdiri, loncat, lempar dan berlari. Hal ini diakibatkan karena anak MA lebih
sering bermain di luar ruamh dengan teman-temannya sehingga aktivitas motorik kasar dapat terlatih dengan baik.
7. Kajian Faktor-Faktor
Lain Yang
Memengaruhi Perkembangan Anak MA
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang memengaruhi perkembangan anak dilihat dari cuaca, musim, keadaan geografis dan sanitasi
lingkungan tempat tinggal. Berkaitan dengan cuaca, musim dan keadaan
geografis, ibu YA mengatakan bahwa anak MA mengalami
batuk dan pilek ketika suhu udara dingin. Batuk dan pilek yang dialami oleh anak MA berlangsung selama ± 1 minggu.
Setelah mendapatkan pengobatan dari bidan atau dokter barulah anak MA sembuh dari batuk dan pilek yang
dialaminya.
162 Sanitasi lingkungan dilihat dari kondisi rumah,
penerangan, pertukaran udara, letak kandang dan akses mendapatkan air besih.
Ibu YA tinggal bersama kakak laki-laki, kakak ipar perempuan, anak dan keponakannya. Mereka tinggal di
rumah permanen yang terbuat dari tembok, beratapkan seng dan lantai dari semen. Penerangan dan ventilasi di
rumah ibu YA baik karena terdapat pintu dan jendela yang dapat dibuka sehingga cahaya dapat masuk ke dalam
rumah dan terjadi pertukaran udara dengan baik. Halaman rumah tampak bersih, terdapat tanaman
seperti bunga-bunga dan pohon yang membuat lingkungan rumah tampak hijau dan rindang. Disamping rumah ibu YA
terdapat kandang ayam potong yang sudah tidak digunakan untuk usaha karena struktur bagian dalam kandang yang
sudah rusak. Walaupun terdapat kandang, kondisi lingkungan rumah dan kandang tetap bersih.
Pemenuhan akan kebutuhan air bersih diperoleh dari PDAM Perusahaan Daerah Air Minum. Keluarga memiliki
tempat penampungan air sehingga air dapat langsung dapat digunakan untuk keperluan saat itu.
163
b. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang memengaruhi anak dilihat dari stimulasi yang diberikan orang tua, sosialisasi anak,
motivasi belajar, pujian atau hukuman, cinta dan kasih sayang dari orang tua, serta hubungan interpersonal anak
dengan keluarga. Stimulasi yang diberikan oleh orang tua dilihat dari
penyediaan alat
permainan, sosialisasi
anak dan
keterlibatan anggota keluarga. Untuk penyediaan alat permainan, orang tua belum menyediakan alat permainan
edukatif seperti puzzle, gambar hewan, gambar bunga, sehingga anak kesulitan untuk mengetahui warna, angka,
huruf maupun gambar. Hal ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya stimulasi anak
dalam bermain, belajar dan bersosialisasi mengakibatkan anak MA mengalami kesulitan dalam bermain dan belajar
diusia perkembangannya. Untuk sosialisasi, anak MA mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dengan orang yang baru ia kenal. Hal ini diakibatkan karena orang tua yang tidak memberikan
kesempatan kepada anak MA dalam bersosialisasi dengan tetangga sehingga anak MA hanya akrab dengan orang-
orang yang sudah ia kenal. Interaksi yang dilakukan oleh
164 anak MA dengan teman sebaya sangat baik dibuktikan
dengan anak MA mampu berkomunikasi dengan teman- temannya hal ini karena anak MA sudah akrab dengan
teman sepermainannya. Dalam hal motivasi belajar, lingkungan rumah tempat
anak MA untuk belajar sangat mendukung karena kondisinya yang tenang, aman dan nyaman namun karena
faktor usia, orang tua belum memberikan waktu untuk belajar bersama-sama dengan anak MA. Selain itu, orang
tua tidak menyediakan alat permainan edukatif seperti gambar-gambar hewan, puzzle sehingga anak MA tidak
dapat bermain sambil belajar di usia perkembangannya. Untuk pujian atau hukuman, apabila anak MA
melakukan sesuatu
yang dianggap
baik seperti
menghabiskan makanan, mencuci tangan sebelum makan ataupun berpakaian rapi maka anak MA mendapat pujian
dan ciuman dari orang tua. Selain mendapatkan ciuman dan pujian, terkadang anak MA juga mendapatkan hadiah dari
orang tuannya berupa alat permainan seperti boneka. Sedangkan apabila anak MA berbuat salah maka hukuman
yang ia dapat yaitu dimarahi bahkan tidak jarang mendapatkan pukulan dari ibunya.
165 Untuk cinta dan kasih sayang, anak MA mendapakan
cinta dan kasih serta perlakuan adil dari ibu kandung dan kedua orang tua angkatnya. Perlakuan adil yang diberikan
oleh orang tua angkat yaitu tidak membeda-bedakan anak MA dengan anak kandung mereka ataupun menyediakan
kebutuhan yang sama antara anak MA dengan adiknya. Sementara itu untuk hubungan interpersonal, anak
MA dekat dengan seluruh anggota keluarga namun ia lebih dekat dengan ibu kandung yang saat ini dia anggap sebagai
kakak perempuannya.
4.2.4 Kasus IV: KDRT Pada Kehamilan Kelima 1. Identitas Umum Ibu SS
Ibu SS berusia 36 tahun dan hanya menamatkan pendidikannya hingga tingkat sekolah dasar. Ibu SS
beragama Kristen Protestan dan berasal dari suku Amanuban. Saat ini ibu SS tinggal di Desa Oepliki,
Kecamatan Noebeba. Ibu SS menikah pada usia 27 tahun. Ia menikah
dengan bapak TT yang berasal dari suku Mollo. Saat ini bapak TT berusia 32 tahun dan bekerja sebagai tukang
ojek. Ibu SS dan bapak TT telah menikah selama 8 tahun dan dikarunia 6 orang anak.
166 Setiap harinya ibu SS bekerja sebagai ibu rumah
tangga yang
mengurus pekerjaan
rumah seperti
menyiapkan makanan bagi keluarga, merawat dan membersihkan rumah. Terkadang ibu SS juga membantu
suaminya yang bekerja sebagai petani terutama pada musim tanam yang berlangsung selama 2 kali dalam
setahun yaitu musim tanam jagung pada bulan November dan musim tanam sayur pada bulan Juli.
Ibu SS dan suaminya tergolong dalam keluarga kurang mampu. Sebagai seorang tukang ojek, suaminya
tidak memiliki penghasilan tetap. Rata-rata penghasilan yang mereka dapat setiap bulan yaitu ± 50.000–Rp.
100.000. Selain bekerja sebagai tukang ojek, bapak TT juga bekerja di ladang seperti menanam jagung, singkong dan
sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kegiatan bercocok tanam ini dilakukan saat musim tanam
tiba. Dengan kondisi ekonomi yang lemah, ibu SS
mengatakan bahwa tidak jarang ia mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Suami yang
mendominasi pengelolaan penghasilan keluarga membuat ibu SS semakin susah karena suami tidak memberikan uang
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Untuk
167 mengatasi hal tersebut, ibu SS sering menjual ayam, telur,
dan sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Ibu SS
Ibu SS mengandung anak MT ketika berusia 34 tahun. Sebelumnya ibu SS pernah melahirkan empat orang
anak perempuan. Selama kehamilan, ibu SS melakukan kontrol kehamilan sebanyak tiga kali di posyandu yang
dibuka setiap bulan. Pada saat kontrol kehamilan pertama saat usia kehamilan 4 minggu, berat badan ibu SS adalah
55 kg sedangkan berat badan ideal ibu SS pada trimester pertama adalah 50,4 kg. Hal ini berarti ibu SS mengalami
kelebihan berat
badan pada
awal kehamilannya.
Selanjutnya pada saat kontrol kehamilan kedua saat usia kehamilan 16 minggu, berat badan ibu SS adalah 58 kg
sedangkan berat badan ideal ibu SS pada trimester kedua adalah 54,6 kg. Hal ini berarti ibu SS memiliki berat badan
yang lebih pada trimester kedua kehamilannya. Kemudian pada saat kontrol kehamilan ketiga saat usia kehamilan 30
minggu, berat badan ibu SS adalah 60 kg sedangkan berat badan ideal ibu SS pada trimester ketiga adalah 59,5 kg.
Hal ini berarti Ibu SS memiliki berat badan yang lebih pada
168 trimester ketiga kehamilannya. Jika dilihat dari pola makan,
ibu SS mengatakan bahwa setiap harinya dia makan sebanyak tiga kali yaitu makan pada pagi hari, siang dan
malam hari. Pola makan ibu SS dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.12 Konsumsi Bahan Pangan Ibu SS Dalam 24 Jam Terakhir:
Waktu Jenis Makanan
URT Ukuran
Rumah Tangga
Jumlah Yang Dikonsumsi
g
Pagi Singkong
4 ptg 400 gr
Siang Jagung Bose:
₋ Jagung ₋ Kacang
tanah ₋ Daun
pepaya ₋ Pepaya
muda 1 prg
2 sdm 2 lbr
2 ptg 100 g
20 g 50 g
200 g
Malam Jagung Bose:
₋ Jagung ₋ Kacang
tanah ₋ Daun
pepaya ₋ Pepaya
muda 1 prg
2 sdm 2 lbr
2 ptg 100 g
20 g 50 g
200 g
Ket : Prg = piring, btr = butir, lbr = lembar, ptg = potong, btg = batang, g = gram
Tabel 4.12 menunjukkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh ibu SS dalam 24 jam terakhir. Dalam satu
hari, jenis makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu
169 jagung untuk menenuhi kebutuhan karbohidrat. Pemenuhan
kebutuhan vitamin dan serat diberikan dalam bentuk sayur- sayuran, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dengan
cara mengkonsumsi kacang-kacangan. Walaupun demikian, diasumsikan bahwa selama kehamilan, pola makan ibu SS
dapat mengalami perubahan frekuensi maupun adanya konsumsi makanan tambahan seperti susu, biskuit ataupun
suplemen. Sementara itu, angka kecukupan gizi energi yang
dikonsumsi oleh ibu SS yakni 1.800 Kkal dengan tingkat kecukupan gizi energi sebesar 100, sedangkan untuk
angka kecukupan gizi protein yaitu 50 mg dengan tingkat konsumsi gizi protein adalah 100. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk tingkat konsumsi gizi energi dan protein, ibu SS berada dalam rentang tingkat konsumsi baik.
Berkaitan dengan status kesehatan, ibu SS mengatakan bahwa dirinya sering mengalami sakit ketika
hamil. Sakit yang dialami oleh ibu SL yaitu demam, batuk, pilek yang terjadi ketika usia kehamilan 2 bulan sampai usia
5 bulan dengan frekuensi kejadian sakit yaitu ± 1 - 2 kalibulan. Menurut Ibu SS, penyebab sakit yang ia alami
yaitu perubahan cuaca dan kondisi fisik yang menurun karena kecapekan saat mengurusi pekerjaan rumah tangga.
170 Upaya pengobatan yang dilakukan saat dirinya sakit yaitu
beristirahat. Apabila belum sembuh barulah ibu SS mengunjungi ibu bidan untuk mengambil obat.
Ibu SS melahirkan di rumah dengan bantuan dari dukun beranak. Ibu SS melahirkan secara normal dengan
durasi persalinan kurang lebih 30 menit. Anak yang dilahirkan normal karena usia kehamilan 9 bulan. Pada saat
kelahiran, tidak ada pengukuran berat badan dan panjang badan. Pengukuran dilakukan pada saat posyandu yaitu dua
minggu setelah kelahiran. Pada saat pengukuran, anak MT memiliki berat badan 3700 gr dengan panjang badan 35 cm.
Tidak ada anomali kongenital saat kelahiran. Anak MT dirawat selama 40 hari di rumah sebelum dibawa keluar
oleh ibunya.
3. Deskripsi Kasus KDRT Pada Ibu SS a. Kejadian KDRT Yang Membekas Di hati Ibu SS
Kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang sangat membekas di hati ibu SS yaitu dalam keadaan
hamil, ibu SS mendapat ancaman dari suami bahwa ia akan diceraikan apabila anak yang dikandungnya
adalah anak
perempuan karena
suaminya menginginkan anak laki-laki. Selain itu ibu SS juga
171 pernah diusir dari rumah oleh suaminya dengan alasan
yang sama. Pada awalnya, kehidupan keluarga ibu SS
berjalan dengan harmonis namun di tahun kelima pernikahan mereka, suami dari ibu SS mulai bersikap
kasar terhadapnya. Setiap kali suaminya pulang ke rumah, suaminya selalu betindak kasar terhadap ibu
SS. Tidak jarang ibu SS mendapatkan pukulan, tendangan dan tamparan tanpa alasan yang jelas. Ibu
SS hanya mendiamkan hal tersebut karena ia tinggal berjauhan dengan keluarganya dan merasa takut
apabila diperlakukan lebih kasar lagi oleh suaminya. Kejadian
ini berulang
hingga kehamilan
kelimanya. Saat itu, kehamilan ibu SS menginjak usia tiga bulan. Bapak TT yang mengetahui keadaan istrinya
yang sedang hamil, tetap saja memperlakukan istrinya dengan kasar. Ibu SS sering dipukul, ditendang dan
ditampar oleh suaminya. Bapak TT yang sering berlaku kasar kepada Ibu
SS akhirnya angkat bicara. Bapak TT berkata “Kalau nanti, yang lu hamil ini saat melahirkan anak
perempuan, beta akan kas cerai lu. Beta akan usir lu keluar dari ini rumah. Tapi kalu lu melahirkan anak laki-
172 laki, beta sond akan cerai lu.” Jikalau nanti kamu
melahirkan anak
perempuan, saya
akan menceraikanmu. Saya akan mengusir kamu keluar dari
rumah. Tapi kalu kamu melahirkan anak laki-laki, saya tidak akan menceraikanmu. Ibu SS yang tidak
menerima perkataan dari suaminya kemudian bertanya “Kenapa ko lu mau cerai beta kalo ternyata anak yang
nanti lahir anak perempuan?.” Mengapa kamu mau menceraikan saya kalau ternyata anak yang lahir
perempuan?. Bapak TT kemudian menjawab “Lu tau to kalo katong pung anak perempuan su empat orang.
Beta mau ada anak laki-laki supaya bisa teruskan beta pung nama keluarga terus beta ju bisa bangga kalo ada
anak laki-laki” Kamu kan tahu kalau kita mempunyai emapt orang anak perempuan. Saya mau anak laki-laki
supaya bisa meneruskan nama keluarga saya dan saya juga bisa bangga kalau ada anak laki-laki. Dalam
keadaan emosi, bapak TT pun pergi meninggalkan ibu SS. Ibu SS tidak bisa berbuat banyak karena takut akan
dimarahi oleh suaminya. Hari berganti hari hingga tiba waktunya ibu SS
untuk melahirkan anak kelimanya. Pada saat itu, proses kelahiran anak kelimanya berjalan dengan baik. Ibu SS
173 sangat bersyukur kepada Tuhan karena anak yang baru
saja ia lahirkan berjenis kelamin laki-laki. Kebahagian yang ibu SS rasakan merupakan
kebahagiaan besar karena berhasil melahirkan seorang anak laki-laki untuk suaminya. Namun apa daya ketika
kelahiran putranya membuat bapak TT pergi dari rumah tanpa alasan yang jelas.
Ibu SS yang awalnya bergembira, merasa kecewa dengan
perbuatan suaminya
tersebut. Ibu
SS mengatakan “Beta sangat kecewa deng dia. Bisa ko dia
buat beta begitu tu?” Saya sangat kecewa dengan perbuatanya. Bisa-bisanya dia berbuat begitu. Ibu SS
pun meneteskan air matanya. Setelah kejadian ini, bapak TT jarang pulang ke
rumah. Ibu SS megatakan “Mulai beta bersalin tu, dia sering marah-marah terus keluar jalan. Kalau dia keluar
jalan dua malam, satu malam dia datang, kami langsung bapukul. Dia datang sonde tau mau apa ko
apa langsung marah-marah. Dia sonde mau beta” Setelah saya melahirkan, dia sering marah-marah dan
pergi meninggalkan rumah. Apabila dia pergi, keesokan harinya dia kembali dan kamipun langsung bertengkar.
Saat dia kembali, dia langsung marah-marah. Ibu SS
174 tidak bisa berbuat banyak karena ia tinggal jauh dari
orang orang tua dan keluarganya. Sampai saat ini, ibu SS tidak mengetahui alasan
mengapa suaminya jarang pulang ke rumah. Ibu SS hanya bisa tabah dan kuat dalam menjalani hidup demi
masa depan anak-anaknya yang masih kecil.
b. KDRT Yang Dialami Ibu SS Selama Kehamilan Kelima