190 Anak MT mampu melakukan aktivitas dan gerak
motorik kasar secara mandiri sesuai dengan perkembangan umurnya. Kemapuan tersebut terlihat anak mampu berdiri
dengan 1 kaki, melompat, melempar bola katas, menendang bola ke depan, naik dan turun tangga ataupun berlari.
7. Kajian Faktor-Faktor
Lain Yang
Memengaruhi Perkembangan Anak MT
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang memengaruhi perkembangan anak Dilihat dari cuaca, musim, keadaan geografis dan sanitasi
lingkungan tempat tinggal. Berkaitan dengan cuaca, musim dan keadaan
geografis, ibu SS mengatakan bahwa cuaca, musim dan
suhu udara yang berubah-ubah mengakibatkan anak MT dengan mudah mengalami penyakit musiman seperti batuk
dan pilek. Batuk dan pilek yang dialami oleh anak MT berlangsung selama ± 1 minggu. Setelah mendapatkan
pengobatan dari ibu bidan atau petugas posyandu barulah anak MT sembuh dari batuk dan pilek yang dialaminya.
Sanitasi lingkungan dilihat dari kondisi rumah, penerangan, pertukaran udara, letak kandang dan akses
mendapatkan air besih.
191 Ibu SS tinggal di rumah miliknya sendiri bersama
dengan keenam orang anaknya. Rumah ibu SS bertipe semi permanen yang beratapkan rumput alang-alang, berdinding
bambu dan berlantai tanah. Penerangan dan ventilasi baik karena terdapat pintu dan jendela yang dapat dibuka
sehingga udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah. Rumah dihuni oleh 8 orang anggota keluarga
sehingga aktivitas di dalam rumah tidak dapat dilakukan dengan baik karena apabila semua anggota keluarga
berada di dalam rumah maka rumah akan sesak karena ukuran rumah hanya 5x5m
2
. Lingkungan tempat tinggal keluarga Ny. SS bersih.
Tidak terdapat sampah yang bertebaran baik di dalam maupun di luar rumah. Selain itu, halaman rumah juga
digunakan sebagai lahan untuk menanan singkong dan ubi jalar.
Rumah ibu SS terletak jauh dari sumber mata air sehingga keluarga kesulitan untuk mendapatkan air untuk
kebutuhan MCK. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, anak-anaknya harus mengambil air sejauh 1 km. Biasanya
air yang diambil langsung habis dan akan diambil lagi keesokan harinya.
192
b. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang memengaruhi anak dilihat dari stimulasi yang diberikan orang tua, sosialisasi anak,
motivasi belajar, pujian atau hukuman, cinta dan kasih sayang dari orang tua, serta hubungan interpersonal anak
dengan keluarga. Stimulasi yang diberikan oleh orang tua dilihat dari
penyediaan alat
permainan, sosialisasi
anak dan
keterlibatan anggota keluarga. Untuk penyediaan alat permainan, anak MT tidak diberikan alat permainan oleh
orang tua karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan orang tuanya untuk membelikan atau menyediakan alat
permainan. Untuk kebutuhan bermain sehari-hari, anak MT bermain dengan saudara sepupu dan tetangganya yang
memiliki alat permainan seperti bola dan mobil-mobilan yang dipinjamkan sementara untuk anak MT.
Dalam hal keterlibatan anggota keluarga, ibu, om, tante berperan baik dalam perkembangan anak MT namun
kendala yang dihadapi keluarga adalah rendahnya status ekonomi, multipara dan kondisi rumah tangga yang kurang
harmonis menjadi faktor penyebab memburuknya peran keluarga dalam perkembangan anak MT karena fokus
keluarga tidak lagi berpusat pada perkembangan anak MT.
193 Saat ini motivasi belajar dan dukungan yang
diberikan oleh orang tua dalam usia prasekolah yaitu mengajarkan kepada anak MT untuk mengetahui bagian-
bagian tubuh, berhitung dan belajar aljabar. Untuk pujian atau hukuman, apabila anak MT
melakukan sesuatu yang dianggap baik seperti mengikuti perintah orang tua, tidak nakal, menghabiskan satu piring
makanan maka anak MT mendapat pujian dan ciuman dari orang tua. Selain mendapatkan pujian dan ciuman, orang
tua juga memberikan hadiah berupa biskuit ataupun permen. Sedangkan apabila anak MT berbuat salah maka
hukuman yang didapat oleh anak MT yaitu dimarhi bahkan tidak jarang mendaptkan pukulan dari ibu atau kakak-
kakanya. Dalam hal cinta dan kasih sayang, anak MT
mendapakan cinta dan kasih serta perlakuan adil dari orang
tua. Di dalam anggota keluarga, anak MT dekat dengan
seluruh anggota keluarga namun ia lebih dekat dengan ibu kandungnya.
194
4.2.5 Kasus V: KDRT Pada Kehamilan Keempat 1. Identitas Umum Ibu HT
Ibu HT berusia 40 tahun dan hanya menamatkan pendidikannya hingga tingkat sekolah dasar. Ibu HT
beragama Kristen Protestan dan berasal dari suku Amanuban. Saat ini ibu HT tinggal di Desa Oepliki,
Kecamatan Noebeba. Ibu HT menikah pada usia 31 tahun. Ia menikah
dengan bapak TN yang berasal dari suku Rote. Saat ini bapak TN berusia 72 tahun dan bekerja sebagai penghasil
“tuak”. Ibu HT dan bapak TN telah menikah selama 8 tahun dan dikaruniai empat orang anak.
Ibu HT dan suaminya tergolong keluarga kurang mampu. Sebagai penghasil “tuak”, suaminya tidak memiliki
penghasilan tetap. Rata-rata penghasilan yang mereka dapatkan perbulan yaitu ± Rp. 150.000–Rp. 250.000. Dalam
mengelola peghasilan keluarga, suami dari ibu HT mendominasi pengelolaan penghasilan keluarga sehingga
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu HT harus meminta kepada suami terlebih dahulu untuk membeli sayur
ataupun bumbu dapur.
195
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu HT mengandung anak AN ketika berusia 39 tahun. Sebelumnya ibu HT pernah melahirkan tiga orang
anaknya. Selama kehamilan, ibu HT melakukan kontrol kehamilan sebanyak tiga kali di posyandu yang dibuka
setiap bulan. Pada saat kontrol kehamilan pertama saat usia kehamilan 4 minggu, berat badan ibu HT adalah 50 kg
sedangkan berat badan ideal untuk ibu HT pada trimester pertama adalah 50,4 kg. Hal ini berarti Ny. HT memiliki berat
badan yang kurang pada awal kehamilannya. Selanjutnya pada saat kontrol kehamilan kedua saat usia kehamilan 16
minggu, berat badan ibu HT adalah 54 kg sedangkan berat badan ideal untuk ibu HT pada trimester kedua adalah 54, 6
kg. Hal ini berarti ibu HT memiliki berat badan yang kurang pada trimester kedua kehamilannya. Kemudian pada saat
kontrol kehamilan ketiga saat usia kehamilan 30 minggu, berat badan ibu HT adalah 59 kg sedangkan berat badan
kurang untuk ibu HT pada trimester ketiga adalah 59,5 kg. Hal ini berarti ibu HT memiliki berat badan yang ideal pada
trimester ketiga kehamilannya. Jika dilihat dari pola makan, Ibu SL mengatakan bahwa setiap harinya dia makan
sebanyak tiga kali yaitu makan pada pagi hari, siang dan
196 malam hari. Pola makan ibu HT dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
4.15 Konsumsi bahan pangan ibu HT dalam 24 jam terakhir
Waktu Jenis Makanan URT
Ukuran Rumah
Tangga Jumlah Yang
Dikonsumsi g
Pagi Singkong
4 ptg 400 g
Siang Jagung Bose:
₋ Jagung ₋ Kacang tanah
₋ Daun pepaya ₋ Pepaya muda
1 prg 2 sdm
2 lbr 2 ptg
100 g 20 g
50 g 200 g
Malam Jagung Bose: ₋ Jagung
₋ Kacang tanah ₋ Daun pepaya
₋ Pepaya muda 1 prg
2 sdm 2 lbr
2 ptg 100 g
20 g 50 g
200 g
Ket : Prg = piring, btr = butir, lbr = lembar, ptg = potong, btg = batang, g = gram
Tabel 4.15 menunjukkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh ibu HT dalam 24 jam terakhir. Dalam satu
hari, jenis makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu jagung untuk menenuhi kebutuhan karbohidrat. Pemenuhan
kebutuhan vitamin dan serat diberikan dalam bentuk sayur- sayuran, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dengan
cara mengkonsumsi kacang-kacangan. Walaupun demikian, diasumsikan bahwa selama kehamilan, pola makan ibu HT
dapat mengalami perubahan frekuensi maupun adanya
197 konsumsi makanan tambahan seperti susu, biskuit ataupun
suplemen. Sementara itu, angka kecukupan gizi energi yang
dikonsumsi oleh ibu HT yakni 1.636 Kkal dengan tingkat kecukupan gizi energi sebesar 90, sedangkan untuk
angka kecukupan gizi protein yaitu 55 mg dengan tingkat konsumsi gizi protein adalah 100. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk tingkat konsumsi gizi energi, ibu HT berada dalam rentang konsumsi kurang, sedangkan untuk tingkat
konsumsi gizi protein, ibu HT berada dalam rentang tingkat konsumsi baik.
Berkaitan dengan status kesehatan, ibu SS mengatakan bahwa selama hamil, dirinya tidak pernah
mengalami sakit. Upaya pengobatan yang dilakukan oleh ibu HT apabila dirinya mengalami sakit yaitu mengunjungi
fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang ia maksudkan yaitu mengunjungi ibu bidan agar mendapatkan pengobatan
sesuai dengan penyakit yang diderita. Ibu HT melahirkan di RSUD Kota SoE dengan
bantuan bidan di rumah sakit setempat. Ibu HT melahirkan secara normal dengan durasi persalinan kurang lebih satu
jam. Anak yang dilahirkan normal karena usia kehamilan 9 bulan. Saat lahir, anak AN memiliki berat badan 2000 gr
198 dengan panjang badan 25 cm. Anak lahir dalam keadaan
sehat dengan skor apgar 10 dan tidak ada anomali kongenital saat lahir. Anak AN dirawat selama 40 hari di
rumah sebelum dibawa keluar oleh ibunya.
3. Deskripsi Kasus KDRT Pada Ibu HT a. Kejadian KDRT Yang Membekas Di hati Ibu HT
Kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang sangat membekas di hati ibu HT yaitu ketika dalam
keadaan hamil, ia ditikam oleh suaminya disela jari antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan karena
mencoba menghindar dari pisau yang mengarah ke perutnya. Kejadian ini akhirnya membuat ibu HT
memilih untuk kembali ke rumah orang tua bersama ketiga anaknya.
Peristiwa ini bermula ketika bapak TN yang merupakan suami dari ibu HT mencurigai istrinya
berselingkuh dengan pria lain. Bapak TN mencurigai istrinya berselingkuh tanpa suatu alasan yang jelas. Hal
ini mengakibatkan bapak TN bersikap protektif terhadap ibu HT.
199 Bentuk sikap protektif yang ditunjukkan oleh
bapak TN yaitu ia melarang istrinya untuk bersosialisasi dengan lingkungan tempat mereka tinggal.
Pada suatu hari, bapak TN sedang berada diladang untuk mengiris “tuak”. Ibu HT yang mengidam
buah asam pergi ke rumah tetangga untuk memetik asam. Sepulangnya bapak TN dari mengiris “tuak”, ia
merasa heran karena istrinya tidak ada di rumah. Bapak TN pun langsung memasak tuak yang dia ambil hari itu.
Selang beberapa menit kemudian, ibu HT pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ibu HT disambut
dengan rasa emosi oleh bapak TN. Bapak TN kemudian memarahi ibu HT dan memukulnya. Bapak TN berkata
“Lu dari mana?. Sonde duduk ko diam-diam di rumah, pi ko bajalan sembarangan.” Kamu dari mana?. Tidak
diam di rumah malah jalan sembarangan. Belum sempat ibu HT menjawab, bapak TN langsung naik
tangan menampar ibu HT. Dengan rasa kesal, ibu HT kemudian menjawab pertanyaan dari bapak TN “Ko
beta dari mama..... pung rumah. Beta pi ko ketu asam. Beta dar kemarin mau makan asam he.” Saya dari
rumahnya ibu.... Saya pergi memetik buah asam. Dari kemarin saya ingin makan buah asam. Bapak TN
200 merespon pernyataan yang ibu HT berikan “Ko sonde
ada makanan di rumah ko lu pi cari makan di orang pung rumah?.” Memangnya tidak ada makanan di
rumah sehingga kamu mencari makan di rumah orang. Ibu HT menjawab “Ko lu tau beta da hamil, beta mau
makan apa na harus iko to supaya na beta senang sadiki to” Kamu kan tahu kalau saya sedang hamil,
saya harus makan apa yang saya mau supaya saya bisa merasa senang. Bapak TN pun memukul ibu HT
sambil berkata “Lu jang cari alasan ko mau bajalan.” Kamu jangan mencari-cari alasan untuk keluar rumah.
Ibu HT yang mulai emosi akhirnya mendorong suaminya hingga terjatuh. Bapak TN kemudian berdiri
dan berkata “Untung lu ada hamil kalo sonde beta pukul lu sampai mati stengah. Lain kali lu jalan lai terus lu
sonde kas tau beta, lu mati dar beta”. Untungnya kamu sedang hamil, kalau tidak, saya akan memukulmu
sampai pingsan. Lain kali kalau kamu keluar rumah dan tidak memberitahu saya, kamu akan tahu akibatnya.
Setelah kejadian ini, ibu HT pun mengikuti peraturan yang dibuat oleh suaminya agar mencegah perkelahian
antara mereka berdua.
201 Kejadianpun berulang dengan masalah yang
sama. Pada saat itu ibu HT pergi untuk melayat di rumah ketua RT karena istrinya meninggal. Ibu HT pergi
ke rumah duka tanpa meminta izin kepada suami dengan alasan pasti suaminya akan menyusulnya ke
rumah duka. Bapak TN yang menyadari bahwa istrinya tidak berada di rumah kemudian menyusul istrinya,
bapak TN kemudian memanggil istrinya untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, bapak TN kemudian
memarahi ibu HT dengan alasan mengapa istrinya tidak memasak tuak. Ibu HT yang merasa tidak senang
dengan perbuatan suaminya kemudian angkat bicara, ia berkata “Lu tau to kalo ketua RT pung bini meninggal,
na katong sebagai tetangga harus pi ko melayat to. Katong pi ko bantu-bantu dong.” Kamu tahu kalau
istrinya pak RT meninggal, ya kita sebagai tentanga harus pergi ke rumah duka. Kita pergi untuk
membantu. Bapak TN pun berkata, “Ko u su jalan dar jam berapa?.” Kamu berangkat jam berapa?. Ibu HT
pun menjawab “Su dar pagi, beta bantu bamasak di sana.” Sudah dari pagi saya bantu masak disana.
Bapak TN menanggapi perkataan dari ibu HT “Kenapa lu sonde bamasak kas katong ini tuak dong, trus makan
202 siang sa ju sonde ada ni. Lu talalu tasibuk deng
tetangga dong.” Mengapa kamu tidak memasak tuak, makan siang juga tidak ada. Kamu terlalu sibuk dengan
tetangga-tetanga kita. Dengan rasa kesal ibu HT berkata “Lu kenapa?, ini beta baru mau pulang ko
bamasak ni. Dar tadi lu marah sonde jelas di beta. Kalo su tua na omong tu pake pikir dolo ko biar jang bikin
orang emosi.” Kamu kenapa?, saya baru mau pulang untuk memasak. Dari tadi kamu marah-marah tidak
jelas. Kalau sudah tua itu, pikir dulu sebelum bicara, jangan bikin orang emosi. Bapak TN berkata “Lebih
baik u diam kalo sonde....”. Lebih baik kamu diam, kalau tidak..... “Kalo sonde kanapa?” Kalau tidak
kenapa?, Ibu HT kemudian menyambung perkataan dari suaminya, hal ini membuat bapak TN yang sedang
emosi akhirnya berdiri dan hendak menikam ibu HT dengan menggunakan pisau yang dipegangnya. Pada
saat itu, ibu HT yang menyadari perbuatan nekat suaminya berusaha menghindar dan merampas pisau
yang dipegang oleh bapak TN namun pisau tersebut langsung menikam sela jari antara jari telunjuk dan ibu
jari tangan kanan dari ibu HT. Hal ini mengakibatkan
203 tangan ibu HT berdarah dan mengalami luka robek
yang cukup serius. Dengan menutup lukanya menggunakan sapu
tangan, ibu HT yang merasa dirinya diperlalukan tidak adil, saat itu juga langsung pergi ke Pos Polisi di Siso
untuk melaporkan kejadian yang baru saja ia alami. Ibu HT pun menunjukkan luka ditangannya sebagai bukti
agar polisi dapat memproses masalah tersebut. Polisi kemudian membawa ibu HT ke Puskesmas Siso untuk
segera mendapatkan pengobatan dari tim medis. Setelah mendapatkan pengobatan, ibu HT pun
memberitahukan kejadian yang ia alami lewat telepon ke keluarga yang berada di Oepliki. Sore itu juga
keluarganya berangkat ke Siso dan membantu ibu HT agar masalah tersebut dapat diproses dengan cepat
oleh pihak kepolisian. Bapak TN pun di tahan selama 2 minggu di Pos Polisi Siso dan bisa keluar dari tahanan
karena ibu HT akhirnya mencabut surat penangguhan penahanan terhadap bapak TN.
Setelah kejadian ini, ibu HT merasa stres dan tertekan. Ibu HT juga merasa takut apabila pada suatu
saat suaminya akan kembali berbuat jahat kepadanya. Ibu HT mengatakan bahwa ia merasa takut ketika tidur
204 di malam hari karena mungkin saja suaminya
menggunakan parang tajam untuk membunuhnya. Ketakutan inipun bertambah saat ia mengingat kembali
ancaman dari suaminya bahwa ibu HT akan dipotong- potong kemudian dibuang ke sungai oleh suaminya.
Ketakutan yang berlebihan ini membuat ibu HT mengambil keputusan untuk lari dari rumah bersama
ketiga orang anaknya. Ibu HT akhinya kembali ke rumah orang tuanya agar mendapatkan perlindungan
dari mereka.
b. KDRT Yang Dialami Ibu HT Selama Kehamilan Keempat