237
4.4.2 Faktor-Faktor Penyebab KDRT Pada Ibu Hamil
Banyak latar belakang yang menyebabkan terjadinya berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan, khususnya
kekerasan terhadap perempuan ibu hamil dalam rumah tangga. Berbagai faktor kekerasan saling terkait dan saling
memengaruhi. Peluang laki-laki dalam berlaku kasar terhadap pasangannya berbeda satu dengan yang lain tergantung pada
seberapa kuat faktor-faktor penyebab memengaruhinya. Dari hasil penelitian didapati berbagai faktor penyebab terjadinya
KDRT pada ibu hamil di Kab. TTS yakni: 1 Faktor Budaya Masyarakat
Perbedaan peran dan perlakuan sosial atas laki- laki dan perempuan gender dan penempatan posisi
laki-laki lebih utama di atas perempuan patriarki sangat berpengaruh terhadap terjadinya KDRT pada ibu
hamil. Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya KDRT pada ibu hamil
menunjukkan bahwa, suami atau pelaku mempunyai kekuasaan yang besar di rumahnya karena ia adalah
kepala rumah tangga sehingga semua orang yang ada di rumahnya baik istri, anak-anak, maupun anggota
keluarga lain harus patuh dan menuruti perintahnya. Apabila tidak dituruti, maka suami atau pelaku akan
238 marah dan melakukan tindak kekerasan terhadap istri
walaupun istri sedang hamil. Hal ini karena istri dianggap sebagai milik suami sehingga istri harus
selalu mematuhi apa yang diperintahkan oleh suami dan harus melayani suami. Missa 2010 dalam hasil
penelitiannya yang
dilakukan di
Kota Kupang
mengungkapkan bahwa, sistem patriarki memberikan tempat dominan kepada pria untuk menjadi kepala
keluarga sekaligus penentu kebijakan dalam rumah tangga telah memperkenalkan nilai kepatuhanloyalitas
hanya kepada ayahbapak dan bukan
kepada ibumama. Selain itu, Missa juga mengungkapkan
bahwa perkawinan yang maharnya telah dilunasi mengakibatkan adanya anggapan bahwa suami boleh
melakukan apa saja terhadap istri. 2 Faktor Emosi
Pada penelitian ini, karena stres akibat masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah, ibu hamil menjadi
sasaran kemarahan dari suami atau pelaku KDRT. Selain itu, suami atau pelaku KDRT bisa marah dan
melakukan tindak kekerasan hanya karena istri pergi keluar rumah dan bersosialisasi dengan tetangga atau
karena tidak mendengar ketika dipanggil dan tidak
239 dilayani
pada waktu
makan. Sagala
2010 mengungkapkan bahwa kekerasan selama kehamilan
dapat terjadi akibat peningkatan stres yang dialami oleh pasangan pria. Stres ini disebabkan karena perasaan
meningkatnya tanggung jawab materi yang harus dipenuhi, sehingga mengharuskan pria bekerja lebih
keras. Stres juga terjadi karena pasangan belum siap menjadi seorang ayah ataupun kecenderungan untuk
tidak mencari bantuan dalam mengatasi stres sehingga menimbulkan stres yang berkepanjangan Condon
dalam O’Reilly, 2007. 3 Faktor Ekonomi
Masalah sosial ekonomi seperti pendapatan yang
rendah, pendidikan
yang rendah,
dan pengangguran
meningkatkan resiko
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga O’Reilly, 2007. Pada
penelitian ini, suami atau pelaku KDRT mengalami stres karena tidak mempunyai pekerjaan ataupun perasaan
meningkatnya tanggung jawab materi karena kehamilan sang istri sehingga istri menjadi pelampiasan kekesalan
suami atau pelaku KDRT. Selain itu, ketergantungan ekonomi istri pada suaminya juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya kekerasan selama kehamilan. Hal
240 yang sama juga diungkapkan oleh Deveci 2007 bahwa
kekerasan dalam rumah tangga dimulai atau meningkat selama kehamilan karena kehamilan meningkatkan
tanggung jawab pada pasangan. Selain itu, Missa 2010 dalam penelitiannya juga mengungkapkan
bahwa faktor penyebab terjadinya KDRT berhubungan dengan incame penghasilan keluarga. Kebutuhan
yang besar dengan penghasilan yang kecil memicu terjadinya KDRT. Ketika kebutuhan anggota keluarga
tidak dapat diakomodir, maka kekerasan akan mulai menggeliat dan merupakan senjata untuk meredam
permintaan para anggota keluarga. 4 Faktor Kekerasan Seksual
Pada penelitian ini, jika istri atau korban menolak melakukan hubungan seksual maka suami
atau pelaku KDRT mulai berlaku kasar, memaksa bahkan melakukan tindak kekerasan seperti memukul,
menampar atau menendang. Penolakan berhubungan seksual dengan suami atau pelaku KDRT, dipaksa
melakukan hubungan seksual secara tidak wajar dan tidak
disukai, pemaksaan
ketika istri
tidak menginginkannya, ataupun istri yang sedang hamil
menjadi penyebab kekerasan terhadap istri. Adapun
241 istri atau korban yang enggan menolak keinginan
seksual suaminya karena mereka percaya bahwa dengan melayani suami maka suami akan berhenti
berbuat kasar atau melayani suami adalah kewajiaban istri walaupun dengan keterpaksaan. Hal ini sejalan
dengan pernyataan dari Sagala 2010 bahwa kekerasan seksual yang tersamar sering dianggap
kewajaran yakni suami mengharuskan istri malayani kebutuhan
seksualnya tanpa
mempertimbangkan kemauan istri, dengan kata lain istri tidak boleh menolak
keinginan suaminnya. 5 Cemburu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa cemburu memicu sikap protektif suami atau pelaku
KDRT. Sikap protektif ini mengakibatkan suami atau pelaku KDRT melakukan kekerasan karena istri atau
korban tidak mengikuti perintah darinya. Selain itu, istri yang merasa cemburu akan kedekatan suami dengan
wanita lain mempertanyakan hubungan tersebut, mengakibatkan istri mendapatkan kekerasan karena
suami berusaha menyembunyikan hubungannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Missa 2010 bahwa kecemburuan baik di pihak suami
242 maupun
istri dapat
mimicu adanya
KDRT. Kecemburuan ini terjadi karena relasi di antara suami
dan istri yang mulai mengendor. 6 Perselingkuhan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa,
perselingkuhan yang dilakukan oleh suami merupakan salah satu penyebab terjadinya kekerasan. Istri yang
menegur suaminya berselingkuh, tidak mendapatkan sambutan yang baik, melainkan mendapatkan makian,
pukulan, tamparan, tendangan dan lain-lain. Missa 2010 dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
adanya orang ketiga, baik WIL Wanita Idaman Lain maupun PIL Pria Idaman Lain dapat memicu
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. 7 Konsumsi Minuman Keras
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, suami atau pelaku KDRT mengkonsumsi minuman keras
karena masalah pekerjaan, kebutuhan keluarga yang meningkat, kehamilan sang istri, dan persoalan
keturunan. Suami
atau pelaku
KDRT yang
mengkonsumsi minuman keras, bebas melakukan apa saja karena sedang berada dalam kondisi tidak sadar.
Kondisi tidak sadar ini memicu suami atau pelaku KDRT
243 melampiaskan kemarahannya karena masalah-masalah
tersebut. Sagala 2009 mengungkapkan bahwa, pada saat kehamilan, pasangan pria lebih cenderung
menggunakan alkohol sehingga lebih mudah marah, depresi dan mempunyai sikap negatif. Penyalahgunaan
alkohol pada
pria, dapat
meningkatkan resiko
kekerasan dalam rumah tangga. Dalam hal yang sama Missa
2010 dalam
hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa masyarakat Kota Kupang sebagaimana masyarakat NTT pada umumnya memiliki
kebiasaan meneguk alkoholminuman keras. Apabila seorang suamibapak telah meneguk minuman keras,
maka akan ada kecenderungan untuk bertindak brutal terhadap istri maupun anggota keluarga lain.
8 Multipara Hasil penelitian mengenai faktor penyebab
terjadinya KDRT pada ibu hamil menunjukkan bahwa kekerasan terjadi karena jumlah anak yang banyak
multipara dan umur anak yang berdekatan. Nasir 2003 mengatakan bahwa jumlah anak yang banyak
dapat meningkatkan resiko terjadinya kekerasan terhadap istri. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Katakao 2005 dalam penelitiannya bahwa kekerasan
244 selama kehamilan lebih berisiko terjadi pada ibu yang
multipara. 9 Kehamilan yang tidak direncanakan
Dari hasil penelitian mengenai faktor penyebab terjadinya KDRT pada ibu hamil didapatkan bahwa
salah satu riset partisipan mendapatkan kekerasan dari suami atau pelaku KDRT karena kehamilan yang tidak
direncanakan. Riset partisipan mengungkapkan bahwa suaminya melakukan tindak kekerasan kepadanya
dengan alasan jarak anak yang terlalu dekat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gazmararian dalam
O’Reilly 2007
bahwa kehamilan
yang tidak
direncanakan berisiko membuat wanita mengalami KDRT empat kali lebih besar dari wanita dengan
kehamilan yang direncanakan. Kekerasan juga terjadi jika pasangan suami merasa kehamilan lebih cepat
dari yang diharapkan Jasinski dalam O’Reilly, 2007.
4.4.3 Frekuensi Kejadian KDRT Pada Ibu Hamil