204 di  malam  hari  karena  mungkin  saja  suaminya
menggunakan  parang  tajam  untuk  membunuhnya. Ketakutan inipun bertambah saat ia mengingat kembali
ancaman  dari  suaminya  bahwa  ibu  HT  akan  dipotong- potong kemudian dibuang ke sungai oleh suaminya.
Ketakutan  yang  berlebihan  ini  membuat  ibu  HT mengambil  keputusan  untuk  lari  dari  rumah  bersama
ketiga  orang  anaknya.  Ibu  HT  akhinya  kembali  ke rumah  orang  tuanya  agar  mendapatkan  perlindungan
dari mereka.
b.  KDRT  Yang  Dialami  Ibu  HT  Selama  Kehamilan Keempat
Kekerasan yang dialami ibu HT yaitu kekerasan fisik,  psikis,  ekonomi  dan  penelantaran  rumah  tangga.
Kekerasan  tersebut  berlangsung  dari  umur  kehamilan satu  bulan  sampai  umur  lima  bulan.  Kekerasan  fisik
yang  dilalami  ibu  HT  yaitu  ibu  HT  pernah  dipukul  dan ditikam  disela  ibu  jari  dan  jari  telunjuk  oleh    suaminya.
Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Dapat  pukul  deng  dapat  marah  dari  baptua.” 03 RP05
Mendapat pukulan dan dimarahi oleh suami.
205
“Sonde,  satu  kali  yang  dia  ambil  pisau  ko tikam kena beta ko baptua orang tua pi urus
kami. Ko andia saya pulang.” 05 RP05 Tidak,  suatu  ketika  dia mengambil  pisau  lalu
menikam  saya  sehingga  orang  tua  datang untuk mengurus  masalah  kami.  Dan  akhirnya
saya pulang.
Kekerasan  psikis  yang  dialami  yaitu  ibu  HT dilarang  keluar  rumah  untuk  bersosialisasi  dengan
tetangga.  Ibu  HT  juga  pernah  dimaki  dan  dihina  oleh suami  yang  menyinggung  ras  orang  Timor.  Selain  itu,
ibu  HT  pernah  diancam  oleh  suami  bahwa  ia  akan dipotong  dan  dibuang  ke  sungai  agar  dimakan  oleh
anjing.  Ibu  HT  mengatakan  bahwa  suaminya  berani melakukan hal tersebut karena tidak ada keluarga yang
mengetahui  rencana  perbuatan  suami  seperti  yang diungkapkan dalam pernyataan berikut:
“Kan  pas  dia  iris  tuak  ko  andia  saya  pi  ketu asam, na kita biasa hamil na suka makan apa
na  kita  harus  makan,  andia  saya  pulang  ko dia marah mau pukul saya.” 09 RP05
Saat  dia  mengiris  “tuak”,  saya  pergi  untuk memetik  buah  asam.  Saat  hamil,  apabila  kita
menginginka  suatu  jeni  makanan  maka  kita harus  memakannya.  Ketika  saya  pulang,  dia
suami langsung marah dan memukuli saya. “Kan pas orang mati, kami pi mete disitu pasti
dia  marah  ko  sonde  datang  muat  tuak.  Kan kami  pu  ketua  RT  pung  istri  yang  meninggal
india  kami  di  kerja  disitu  andia  dia  marah sudah.” 63 RP05
Saat  itu  ada  orang  meninggal,  kami mengunjungi  keluarga  yang  berduka  tersebut
namun dia suami marah.
206
“Dia bamaki biasa sa bilang perempuan Timor kenapa-kenapa.  Beta  diam  sa.  Andia  beta
marah ko beta pulang.” 27 RP05 Dia  biasanya  mengeluarkan  kata  kata  kotor,
dia  mengatai  perempuan  Timor.  Hal  itu  yang membuat saya marah dan pulang.
“Dia  bilang  mau  potong  ko  buang  beta  di dalam  kali  ko  anjing  dong  makan  buang,
makan  buang  beta.  Kan  beta  pung  orang  tua dong di jauh jadi sapa tau.” 25 RP05
Ia,  dia  pernah  mengatakan  bahwa  akan meninggalkan  saya  atau  saat  dia  memukuli
saya,  dia  mengusir  saya  untuk  keluar  dari rumah  ini.  Dia  mengusir  saya  dari  rumah  ini
agar dia bisa hidup sendiri.
Kekerasan  finansial  yang  dialami  oleh  ibu  HT yaitu
penjatahan uang
belanja karena
suami mendominasi
pengeloaan penghasilan
keluarga. Apabila  ingin  membeli  sesuatu  maka  ibu  HT  harus
meminta  uang  kepada  suaminya.  Uang  yang  diberikan digunakan  untuk  membeli  sayur  dan  bumbu  masak.
Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:
“Biasa dia yang pegang.” 43 RP05 Biasanya dia yang memegang uang.
“Dia  pegang  begitu  sa  ma  sabantar  dia  mau beli  apa  baru  saya  minta  ko  ambil  ko  kami
beli.” 46 RP05 Dia  yang  memegangnya,  apabila  saya  ingin
membeli sesuatu barulah saya meminta uang tersebut.
Pada  saat  hamil,  kebutuhan  keluarga  ibu  HT  dan bayinya  terpenuhi  karena  Ny.  SS  pindah  dan  tinggal
207 bersama  orang  tuanya.  Berikut  pernyataan  yang
mendukung informasi tersebut:
“Baptua deng mamtua orang tua yang urus.” 53 RP05
Ayah  dan  ibu  saya  yang  mengurusi keperluan saat hamil.
Ibu  HT  juga  mengalami  penelantaran  rumah tangga  karena  ibu  HT dan  anak-anak  melarikan diri  ke
rumah  orang  tuanya  sehingga  suami  tidak  lagi menghidupi  ibu  HT  dan  keempat  anaknya.  Ibu  HT
mengatakan bahwa, selama dia berada di rumah orang tuanya, suami hanya mengunjungi mereka dua atau tiga
kali saja dan setelah itu, suaminya tidak pernah kembali lagi  seperti  yang  diungkapkan  dalam  pernyataan
berikut:
“Sonde  lai,  beta  datang  disini  langsung  dia datang  dua  kali  ko  tiga  kali  langsung  dia
pulang,  dia  sonde  kembali  lai.  Sampe  beta melahirkan abis baru saya kasih kabar. Kasih
kabar  baru  dia  datang,  dia  datang  sampe disini  langsung  tanggal  30  bulan  Mei,  eh
bulan Maret dia pulang sonde datang lai.” 30 RP05
Tidak  pernah.  Ketika  saya  disini,  dia  hanya datang  dua  atau  tiga  kali  saja,  setelah itu  dia
tidak  pernah  kembali  lagi.  Ketika  saya melahirkan,
kami memberikan
kabar untuknya.  Dia  kemudian  datang  mengunjungi
kami  tanggal  30  Maret.  Dia  langsung  pulang dan tidak pernah kembali lagi.
208 Penyebab  kekerasan  yang  dialami  oleh  ibu  HT
yaitu, suami yang over protectif sehingga apabila ibu HT bersosialisasi  dengan  orang  lain  maka  suami  tidak
segan-segan  memukul  ibu  HT  walaupun  ia  sedang hamil. Selain itu suami mencurigai ibu HT berselingkuh
dengan laki-laki lain.
“Kan pas orang mati, kami pi mete disitu pasti dia  marah  ko  sonde  datang  muat  tuak.  Kan
kami  pu  ketua  RT  pung  istri  yang  meninggal india  kami  di  kerja  disitu  andia  dia  marah
sudah.” 63 RP05
Saat  itu  ada  orang  meninggal,  kami mengunjungi  keluarga  yang  berduka  tersebut
namun dia suami marah. “Ya  kalau  soal  untuk  mau  itu, memang  tanta
datang  ada  ceritra  artinya  dia  benci  dia  itu. Dia pakai  istilah apa e.... kalau bahasa Timor
bilang  ini  apa  “natiun”,  artinya  kalau  dengan bahasa  Indonesia  bilang  dia  curiga  kembali
dia  punya  istri  bahwa  dia  punya  istri  ini  ada maen serong begitu. Maksudnya dia mau cari
laki  laenlah  begitu.  Makanya  dia  pakai  cara begitu,  dia  maen  pukul  ini  istri  terus.”
84UK05 Untuk  soal  itu,  memang  saat  tante  kembali
dia  bercerita  bahwa  dia membenci  suaminya. Istilah  apa  ya...  kalau  dalam  bahasa  Timor
disebut  dengan  “natiun’,  kalau  dalam  bahasa Indonesia  artinya  dia  mencurigai  istrinya
berselingkuh.  Maksudnya  dia  ingin  mencari laki-laki  yang  lain  makanya  dia  pakai  cara
begitu, dia sering memukuli istrinya.
Dampak  yang  dirasakan  ibu  HT  yaitu  ibu  HT mengalami  luka  di  bagian  jari,  lebam  di  bagian  badan
dan kaki karena dipukul. Selain itu ibu HT juga merasa
209 stres, tertekan, takut dibunuh sehingga pola makan dan
pola tidurnya terganggu.
“Hanya  pas  dia  tikam  beta  di  sini  menunjuk bekas  luka  di  antara  jari  telunjuk  dan  ibu  jari
tangan  kanan  andia  luka  deng  badarah.  Dia pakai pisau.” 60 RP05
Dia  menggunakan  pisau  untuk  menikam saya disini menunjuk bekas luka di antara jari
telunjuk  dan  ibu  jari  tangan  kanan  sehingga berdarah.
“Biasa  di  tangan,  kaki,  di  badan  ko  babiru semua.” 68 RP05
Di  tangan,  kaki,  dan  dibadan.  Semuanya lebam
“Ia,  beta  tertekan,  beta  stres.  Andia  beta marah  ko  beta  pulang.  Biar  beta  pulang  pi
beta pung orang tua daripada beta datang ko laki-laki  bikin sikasa beta pung diri sa. Sonde
lama saya mati percuma, beta pung orang tua sonde tau menahan tangis.” 66 RP05
Saya  tertekan  dan  stres.  Hal  ini  membuat saya  pulang  ke  rumah  orang  tua.  Saya
mengambil  keputusan  ini  karena  merasa tersiksa  dengan  perbuatan  suami  saya.  Saya
bisa saja mati dan orang tua tidak mengetahui hal tersebut menahan tangis
“Beta  rasa  takut,  kan  malam  dia  biasa  pake parang tanjam, kalau malam-malam beta tidor
sono  ko  tikam  kas  mati  beta,  andia  beta bangun jalan.” 69 RP05
Saya merasa takut, apabila pada malam hari pada
saat saya
tidur nyenyak,
dia menggunakan  parang  yang  tajam  untuk
membunuh  saya.  Hal  ini  membuat  saya mengambil keputusan untuk pulang ke rumah
orang tua. “Tidur  sonde  bae,  makan  ju  tiap  hari  beta
makan satu kali sa, pikir mau pulang sa. Satu kali  dia  marah,  andia  beta  angka  bawa  beta
pung  anak  DSong  ko  kami  lari  menunjukkan ekspresi sedih.” 71 RP05
Pola tidur terganggu, satu hari hanya makan satu  kali  saja,  kepikiran  untuk  pulang
kampung. Suatu saat dia marah dan akhirnya saya  membawa  anak-anak  untuk  kembali  ke
kampung halaman.
210 Respon  yang  diberikan  oleh  ibu  HT  ketika
mendapatkan  kekerasan  dari  suaminya  yaitu  ia  hanya diam  dan  menerima  semua  perlakuan  dari  suami
karena  jarak  tempat  tinggal  yang  jauh  dari  keluarga. Sampai  pada  akhirnya  ibu  HT  menceritakan  masalah
yang  dialami  kepada  orang  tuanya  sehingga  orang  tua melaporkan  masalah  tersebut  kepihak  yang  berwajib
dan  mengakibatkan  suaminya  ditahan  selama  satu minggu. Selain kejadian itu ibu HT juga memilih kembali
ke rumah orang tuanya.
“Beta  diam,  kan  kita  perempuan  kita  mau berontak iko mana, begitu kita dekat kita pung
orang tua dong. Jauh dari orang tua dong jadi sapa mau bela kita disitu.” 23 RP05
Saya  diam.  Sebagai  perempuan,  kita  tidak bisa memberontak karena jauh dari orang tua.
Kita  jauh  dari  orang  tua  sehingga  tidak  ada yang membela kita.
“Lapor  dia  sampe  di  Siso  ko  tahan  dia  satu minggu  di  Siso  baru  tarik.  Kami  tarik  PV  ko
dia keluar kembali.” 22 RP05 Dia  dilaporkan  ke  Siso  dan  ditahan  satu
minggu di sana sampai kami menarik kembali kasusnya.  Kami  menarik  kembali  laporan
tersebut barulah dia bebas. “Menahan  tangis  Beta  bilang  beta  pulang  pi
beta pung orang tua dong  lebih bae daripada beta datang tersiksa terus disini.” 29 RP05
4.  Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak AN
Anak  AN  merupakan  anak  keempat  dari  ibu  HT. Anak  AN  adalah  seorang  anak  laki-laki  yang  berusia  7
bulan.
211 Menurut informasi yang diberikan oleh ibu HT ketika
peneliti  melakukan  pengkajian,  anak  AN  dapat  mengontrol kepala  pada  usia  1  bulan.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  anak
AN  dapat  memalingkan  wajah  ke  kiri  dan  ke  kanan.  Selain itu  anak  juga  dapat  menegakkan  kepala  saat  anak  dalam
keadaan duduk walaupun saat duduk anak masih bersandar atau dipegang oleh ibunya.
Pada usia 6 bulan, anak duduk tanpa dukungan dari orang  tua.  Anak  duduk  secara  mandiri  tanpa  bersandar
pada bantal atau dipegang oleh orang tua. Saat ini anak AN belum  dapat  berjalan  secara  mandiri.  Ia  hanya  bisa
merangkak  ataupun  berjalan  apabila  tangannya  dipegang oleh ibu HT ataupun kakaknya.
Anak  AN  mengeluarkan  kata-kata  pertama  seperti memanggil  “pa-pa”  dan  “o-ma”  pada  usia  6  bulan.  Ibu  SS
menuturkan  bahwa  sampai  pada  usia  6  bulan,  anak  AN belum  bisa  menyebutkan  kata  “ma-ma”  walaupun  sudah
diajarkan oleh kakaknya untuk meniru bunyi kata tersebut. Dalam  hal  berinteraksi,  anak  AN  belum  bisa
berbicara  sehingga  dia  tidak  dapat  berinteraksi  dengan teman-teman  sebayanya.  Selain  itu  orang  tua  mengatakan
bahwa di lingkungan tempat mereka tinggal, tidak ada anak yang seusia dng anak AN sehingga anak AN hanya bermain
212 dengan  kakak-kakanya.  Seperti  balita  pada  umumnya,
ketika anak AN berinteraksi dengan orang dewasa, anak AN menyampaikan  rasa  haus,  lapar,  dan  rasa  sakit  dengan
menangis. Sedangkan untuk mengekspresikan rasa senang, anak AN akan tersenyum ataupun tertawa kecil.
Pada saat peneliti melakukan pengamatan mengenai aktivitas bermain, anak AN sedang bermain bersama kakak
dan  ibunya.  Ketika  bermain,  mereka  tidak  menggunakan alat  permainan.  Yang  mereka  lakukan  yaitu  mengajarkan
kepada anak AN untuk bernyanyi, berbicara, duduk ataupun berjalan.  Ketika  peneliti  melihat  kegiatan  bermain  tersebut,
peneliti mendapati
bahwa keluarga
memberikan pembelajaran  yang  positif  guna  mendukung perkembangan
anak seperti mengajak anak AN untuk menirukan bunyi kata “ma-ma”,  “pa-pa”  ataupun  mengajak  anak  agar  terbiasa
untuk  duduk  sendiri  ketika  bermain.  Selain  mendukung perkembangannya,  aktivitas  bermain  yang  mereka  lakukan
membuat  anak  AN  merasa  senang.  Hal  ini  tergambar  jelas diraut  wajah  anak  AN  yang  selalu  tersenyum  bahkan
tertawa kecil sambil melihat tingkah lulucu kakak-kakaknya. Orang tua mengatakan bahwa, saat bermain dengan
kakaknya,  anak  AN  sering  asik  sendiri.  Ia  terkadang  tidak menghiraukan aktivitas yang dilakukan oleh kakaknya, yang
213 dia lakukan yaitu sibuk memperhatikan jari tangan, melihat-
lihat  lingkungan  tempat  ia  bermain  ataupun  dengan  fokus memperhatikan  benda-benda  yang  ia  pegang.  Hal  ini
membuktikan bahwa anak AN bermain secara solitaire atau masih dalam tahap bermain yang berfokus pada diri sendiri.
5.  Status Gizi dan Status Kesehatan Anak AN
Anak  AN  berat  badannya  saat  ini  yakni  8  kg  dan tinggi  badan  49  cm.  Peneliti  kemudian  menentukan  status
gizi berdasarkan standar WHO 2005.
Tabel 4.16 Status Gizi Anak AN Berdasarkan Standar WHO 2005
Indeks Z-Score
Kategori Status
Gizi
BBU -2 SD sd 2 SD
Gizi baik TBU
-2 SD sd 2 SD Normal
BBTB -2 SD sd 2 SD
Normal
Tebel  4.16  menunjukkan  status  gizi  anak  AN berdasarkan  indeks  BBU  dengan  Z-Score  -2  SD  sd  2  SD
berada  pada  kategori  status  gizi baik.  Sementara  itu, untuk indeks  TBU  menunjukkan  bahwa  anak  AN  berada  dalam
kategori  tinggi  badan  normal  dengan  Z-Score  -  2  SD  sd  2 SD  sedangkan  untuk  indeks  BBTB  dengan  Z-Score  -2  SD
214 sd  2  SD  sehingga  anak  AN  berada  dalam  kategori  berat
badan normal. Sementara  itu,  jumlah  angka  kecukupan  gizi  energi
yang  dikonsumsi  oleh  anak  AN  yakni  752  Kkal  dengan tingkat  konsumsi  gizi  energi  sebesar  94.  Untuk  angka
kecukupan  gizi  protein  yaitu  14  mg  dengan  tingkat kecukupan  gizi  protein  sebesar  94.  Hal  ini  berarti  tingkat
kecukupan  gizi  energi  dan  protein  dari  anak  AN  berada dalam rentang tingkat konsumsi kurang.
Pola  asuh  kesehatan  yang  diamati  yaitu  jenis keluhan
sakit yang
diderita, upaya
pengobatan, pemanfaatan  layanan  kesehatan  seperti  posyandu  serta
perilaku kebersihan anak. Jenis  keluhan  yang  paling  sering  dirasakan  oleh
anak  AN  yaitu  demam  karena  efek  imunisasi  yang  ia dapatkan  setiap  bulannya.  Upaya  pengobatan  yang
dilakukan  pertama  kali  saat  demam  mengkonsumsi  obat yang diberikan oleh kader posyandu.
Dalam  hal  pemanfaatan  layanan  kesehatan,  ibu  HT mengatakan  bahwa  setiap  bulannya  ia  dan  anak  AN
mengunjungi  posyandu  untuk  penimbangan,  mengambil jatah  Makanan  Pendamping  Air  Susu  Ibu  MPASI  dan
mendapatkan imunisasi. Terkait dengan imunisasi, anak AN
215 sudah    menerima  imunisasi  secara  lengkap  karena
mengikuti peraturan yang ada diposyandu. Terkait  dengan
pencegahan penyakit
melalui perilaku  kebersihan  dilakukan  dengan  cara  memandikan
anaknya  dua  kali  sehari  yaitu  pada  pagi  dan  sore  hari. Sedangkan  untuk  mencuci  dan  memotong  kuku,  ibu  HT
menuturkan bahwa ia jarang melakukan hal tersebut karena anak AN masih terlalu kecil.
6.  Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak AN
Hasil  pemeriksaan  DDST  II  menunjukkan  bahwa anak  AN  mengalami  keterlambatan  perkembangan  karena
terdapat 2 item peringatan dan 2 item terlambat dari 28 item yang  diperiksa.  Berikut  tabel  pemeriksaan  DDST  II  pada
anak AN:
Tabel 4.17 Pemeriksaan DDST II Pada Anak AN SEKTOR
RESPON ANAK KESIMPULAN
Personal sosial   Anak
dapat melakukan  daa-
daa dengan
tangan   Anak
dapat melakukan
gerakan tepuk
tangan   Anak  belum  bisa
makan sendiri   Anak
dapat berusaha
Terdapat  1  item  yang gagal dan  5  item  yang
lulus  dari  6  item  yang diperiksa  pada  sektor
personal sosial. Hasil
penilaian per
item: 1.  Lebih: 0
2.  OK: 0 3.  Peringatan: 1
4.  Terlambat: 0 5.  NO: 0
216 mencapai
mainan yang
diberikan peneliti   Anak
dapat mengamati
tangannya   Anak
dapat tersenyum
secara spontan
Selengkapanya dapat  dilihat  pada
lampiran.
Motorik halus   Anak
belum dapat mengambil
7  kubus  yang diberikan
  Anak dapat
memindahkan kubus
  Anak dapat
menggaruk manik-manik
  Anak dapat
mencari atau
mencapai benang
  Anak dapat
meraih benda
yang diberikan
oleh peneliti   Anak
dapat mengamati
manik-manik   Anak
dapat berputar 180
˚ Terdapat  7  item  yang
lulus  dari  7  item  yang diperiksa  pada  sektor
ini. Hasil
penilaian per
item: 1.  Lebih: 0
2.  OK: 0 3.  Peringatan: 0
4.  Terlambat: 0 5.  NO: 0
Bahasa   Anak  mengoceh
apabila melihat
atau menginginkan
sesuatu   Anak
dapat mengucapkan
kombinasi silabel seperti  “ma-ma”,
“o-pa”, “o-ma”.
  Anak dapat
menyebutkan Terdapat  1  item  yang
gagal dan  8  item  yang lulus  dari  9  item  yang
diperiksa  pada  sektor bahasa.
Hasil
penilaian per
item: 1.  Lebih: 0
2.  OK: 0 3.  Peringatan: 1
4.  Terlambat: 0
217 kata  “mama”
“papa”   Anak
belum dapat  menirukan
bunyi  kata  yang baru
didengarnya
  Anak dapat
mengucapkan satu silabel
  Anak dapat
menoleh  ke  arah suara
  Anak menoleh
ke  arah  bunyi icik-icik
  Anak dapat
berteriak   Anak
dapat tertawa
5.  NO: 0
Motorik kasar   Anak  belum  bisa
berdiri dengan
berpegangan pada  kursi,  meja
atau dinding
rumah.   Anak
dapat duduk
sendiri tanpa
ada pegangan
  Anak dapat
bangkit dengan
kepala tegak   Anak
dapat membalikkan
badan   Anak
dapat mengangkat
dada dan
bertumpu pada
satu lengan   Anak
belum dapat  menumpu
beban pada kaki Terdapat  2  item  yang
gagal dan  4  item  yang lulus  dari  6  item  yang
diperiksa  pada  sektor motorik kasar.
Hasil
penilaian per
item: 1.  Lebih: 0
2.  OK: 1 3.  Peringatan: 0
4.  Terlambat: 1 5.  NO: 0
218 Pada sektor personal sosial anak AN menyampaikan
rasa haus,
lapar, sakit
dengan menangis
dan mengekspresikan  rasa  senang  dengan  tersenyum  kecil
ataupun  tertawa.  Untuk  memenuhi  kebutuhan  dasarnya seperti  makan,  mandi  dan  menganti  pakaian,  anak  AN
mendapatkan bantuan penuh dari keluarganya. Pada sektor ini,  anak  AN  dapat  melakukan  daa-daa  dengan  tangan,
melakukan  gerakan  tepuk  tangan,  berusaha  mencapai mainan  yang  diberikan  peneliti,  mengamati  tangannya  dan
dapat tersenyum secara spontan. Untuk  sektor  motorik  halus,  anak  AN  sudah  bisa
meraih benda
yang akan
diberikan kepadannya,
memindahkan  kubus,  menggaruk  manik-manik,  mencari benang,  mengamati  manik-manik  dan  membalikkan  badan
180 ˚.  Keterlambatan  anak  AN  pada  sektor  ini  adalah  anak
tidak  mampu  mengambil  7  kubus  dari  10  kubus  yang diberikan.  Anak  AN  hanya  mengambil  2  kubus  yang
digengamnya pada tangan kiri dan tangan kananya. Pada sektor bahasa, anak AN megekpresikkan rasa
senangnya  dengan  tertawa  maupun  berteriak.  Apabila menyukai
sesuatu, anak
AN sering
mengoceh mengungkapkan  ketertarikannya.  Anak  AN  sudah  bisa
mengucapkan  suku  kata  sederhana  seperti  “pa-pa”,  “o-pa”,
219 dan  “o-ma”.  Walapun  belum  spesifik,  anak  AN  mampu
mengucapkan  kata  “papa”  atau  “oma”.  Selain  itu  anak  DS dapat  menoleh  ke  arah  suara  baik  menoleh  ke  arah  suara
orang yang memanggil namanya ataupun menoleh ke bunyi icik-icik.
Di  sektor  bahasa,  anak  belum  bisa  meirukan  bunyi kata-kata  yang  diucapkan oleh peneliti.  Dari  informasi  yang
di  berikan  oleh  orang  tua,  anak  AN  hanya  bisa mengucapkan kata-kata yang sering didengarnya. Anak AN
belum  bisa  meniru  kata-kata  baru  yang  diucapkan  oleh seseorang.
Anak  AN  sudah  mampu  duduk  tanpa  pegangan, bangkit  dengan  kepala  tegak,  membalikan  badan,  dan
mengangkat  dada  dengan  bertumpu  pada  lengan.  Pada sektor  motorik  kasar,  anak  AN  belum  bisa  berdiri  sendiri
walaupun  berdiri  dengan  berpegangan  pada  meja  atau kursi.  Kegagalan  ini  dianggap  normal  karena  masih  ada
rentang usia bagi anak untuk belajar.
220
7.  Kajian Faktor-Faktor
Lain Yang
Memengaruhi Perkembangan Anak AN
a.  Faktor Fisik