204 di malam hari karena mungkin saja suaminya
menggunakan parang tajam untuk membunuhnya. Ketakutan inipun bertambah saat ia mengingat kembali
ancaman dari suaminya bahwa ibu HT akan dipotong- potong kemudian dibuang ke sungai oleh suaminya.
Ketakutan yang berlebihan ini membuat ibu HT mengambil keputusan untuk lari dari rumah bersama
ketiga orang anaknya. Ibu HT akhinya kembali ke rumah orang tuanya agar mendapatkan perlindungan
dari mereka.
b. KDRT Yang Dialami Ibu HT Selama Kehamilan Keempat
Kekerasan yang dialami ibu HT yaitu kekerasan fisik, psikis, ekonomi dan penelantaran rumah tangga.
Kekerasan tersebut berlangsung dari umur kehamilan satu bulan sampai umur lima bulan. Kekerasan fisik
yang dilalami ibu HT yaitu ibu HT pernah dipukul dan ditikam disela ibu jari dan jari telunjuk oleh suaminya.
Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Dapat pukul deng dapat marah dari baptua.” 03 RP05
Mendapat pukulan dan dimarahi oleh suami.
205
“Sonde, satu kali yang dia ambil pisau ko tikam kena beta ko baptua orang tua pi urus
kami. Ko andia saya pulang.” 05 RP05 Tidak, suatu ketika dia mengambil pisau lalu
menikam saya sehingga orang tua datang untuk mengurus masalah kami. Dan akhirnya
saya pulang.
Kekerasan psikis yang dialami yaitu ibu HT dilarang keluar rumah untuk bersosialisasi dengan
tetangga. Ibu HT juga pernah dimaki dan dihina oleh suami yang menyinggung ras orang Timor. Selain itu,
ibu HT pernah diancam oleh suami bahwa ia akan dipotong dan dibuang ke sungai agar dimakan oleh
anjing. Ibu HT mengatakan bahwa suaminya berani melakukan hal tersebut karena tidak ada keluarga yang
mengetahui rencana perbuatan suami seperti yang diungkapkan dalam pernyataan berikut:
“Kan pas dia iris tuak ko andia saya pi ketu asam, na kita biasa hamil na suka makan apa
na kita harus makan, andia saya pulang ko dia marah mau pukul saya.” 09 RP05
Saat dia mengiris “tuak”, saya pergi untuk memetik buah asam. Saat hamil, apabila kita
menginginka suatu jeni makanan maka kita harus memakannya. Ketika saya pulang, dia
suami langsung marah dan memukuli saya. “Kan pas orang mati, kami pi mete disitu pasti
dia marah ko sonde datang muat tuak. Kan kami pu ketua RT pung istri yang meninggal
india kami di kerja disitu andia dia marah sudah.” 63 RP05
Saat itu ada orang meninggal, kami mengunjungi keluarga yang berduka tersebut
namun dia suami marah.
206
“Dia bamaki biasa sa bilang perempuan Timor kenapa-kenapa. Beta diam sa. Andia beta
marah ko beta pulang.” 27 RP05 Dia biasanya mengeluarkan kata kata kotor,
dia mengatai perempuan Timor. Hal itu yang membuat saya marah dan pulang.
“Dia bilang mau potong ko buang beta di dalam kali ko anjing dong makan buang,
makan buang beta. Kan beta pung orang tua dong di jauh jadi sapa tau.” 25 RP05
Ia, dia pernah mengatakan bahwa akan meninggalkan saya atau saat dia memukuli
saya, dia mengusir saya untuk keluar dari rumah ini. Dia mengusir saya dari rumah ini
agar dia bisa hidup sendiri.
Kekerasan finansial yang dialami oleh ibu HT yaitu
penjatahan uang
belanja karena
suami mendominasi
pengeloaan penghasilan
keluarga. Apabila ingin membeli sesuatu maka ibu HT harus
meminta uang kepada suaminya. Uang yang diberikan digunakan untuk membeli sayur dan bumbu masak.
Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:
“Biasa dia yang pegang.” 43 RP05 Biasanya dia yang memegang uang.
“Dia pegang begitu sa ma sabantar dia mau beli apa baru saya minta ko ambil ko kami
beli.” 46 RP05 Dia yang memegangnya, apabila saya ingin
membeli sesuatu barulah saya meminta uang tersebut.
Pada saat hamil, kebutuhan keluarga ibu HT dan bayinya terpenuhi karena Ny. SS pindah dan tinggal
207 bersama orang tuanya. Berikut pernyataan yang
mendukung informasi tersebut:
“Baptua deng mamtua orang tua yang urus.” 53 RP05
Ayah dan ibu saya yang mengurusi keperluan saat hamil.
Ibu HT juga mengalami penelantaran rumah tangga karena ibu HT dan anak-anak melarikan diri ke
rumah orang tuanya sehingga suami tidak lagi menghidupi ibu HT dan keempat anaknya. Ibu HT
mengatakan bahwa, selama dia berada di rumah orang tuanya, suami hanya mengunjungi mereka dua atau tiga
kali saja dan setelah itu, suaminya tidak pernah kembali lagi seperti yang diungkapkan dalam pernyataan
berikut:
“Sonde lai, beta datang disini langsung dia datang dua kali ko tiga kali langsung dia
pulang, dia sonde kembali lai. Sampe beta melahirkan abis baru saya kasih kabar. Kasih
kabar baru dia datang, dia datang sampe disini langsung tanggal 30 bulan Mei, eh
bulan Maret dia pulang sonde datang lai.” 30 RP05
Tidak pernah. Ketika saya disini, dia hanya datang dua atau tiga kali saja, setelah itu dia
tidak pernah kembali lagi. Ketika saya melahirkan,
kami memberikan
kabar untuknya. Dia kemudian datang mengunjungi
kami tanggal 30 Maret. Dia langsung pulang dan tidak pernah kembali lagi.
208 Penyebab kekerasan yang dialami oleh ibu HT
yaitu, suami yang over protectif sehingga apabila ibu HT bersosialisasi dengan orang lain maka suami tidak
segan-segan memukul ibu HT walaupun ia sedang hamil. Selain itu suami mencurigai ibu HT berselingkuh
dengan laki-laki lain.
“Kan pas orang mati, kami pi mete disitu pasti dia marah ko sonde datang muat tuak. Kan
kami pu ketua RT pung istri yang meninggal india kami di kerja disitu andia dia marah
sudah.” 63 RP05
Saat itu ada orang meninggal, kami mengunjungi keluarga yang berduka tersebut
namun dia suami marah. “Ya kalau soal untuk mau itu, memang tanta
datang ada ceritra artinya dia benci dia itu. Dia pakai istilah apa e.... kalau bahasa Timor
bilang ini apa “natiun”, artinya kalau dengan bahasa Indonesia bilang dia curiga kembali
dia punya istri bahwa dia punya istri ini ada maen serong begitu. Maksudnya dia mau cari
laki laenlah begitu. Makanya dia pakai cara begitu, dia maen pukul ini istri terus.”
84UK05 Untuk soal itu, memang saat tante kembali
dia bercerita bahwa dia membenci suaminya. Istilah apa ya... kalau dalam bahasa Timor
disebut dengan “natiun’, kalau dalam bahasa Indonesia artinya dia mencurigai istrinya
berselingkuh. Maksudnya dia ingin mencari laki-laki yang lain makanya dia pakai cara
begitu, dia sering memukuli istrinya.
Dampak yang dirasakan ibu HT yaitu ibu HT mengalami luka di bagian jari, lebam di bagian badan
dan kaki karena dipukul. Selain itu ibu HT juga merasa
209 stres, tertekan, takut dibunuh sehingga pola makan dan
pola tidurnya terganggu.
“Hanya pas dia tikam beta di sini menunjuk bekas luka di antara jari telunjuk dan ibu jari
tangan kanan andia luka deng badarah. Dia pakai pisau.” 60 RP05
Dia menggunakan pisau untuk menikam saya disini menunjuk bekas luka di antara jari
telunjuk dan ibu jari tangan kanan sehingga berdarah.
“Biasa di tangan, kaki, di badan ko babiru semua.” 68 RP05
Di tangan, kaki, dan dibadan. Semuanya lebam
“Ia, beta tertekan, beta stres. Andia beta marah ko beta pulang. Biar beta pulang pi
beta pung orang tua daripada beta datang ko laki-laki bikin sikasa beta pung diri sa. Sonde
lama saya mati percuma, beta pung orang tua sonde tau menahan tangis.” 66 RP05
Saya tertekan dan stres. Hal ini membuat saya pulang ke rumah orang tua. Saya
mengambil keputusan ini karena merasa tersiksa dengan perbuatan suami saya. Saya
bisa saja mati dan orang tua tidak mengetahui hal tersebut menahan tangis
“Beta rasa takut, kan malam dia biasa pake parang tanjam, kalau malam-malam beta tidor
sono ko tikam kas mati beta, andia beta bangun jalan.” 69 RP05
Saya merasa takut, apabila pada malam hari pada
saat saya
tidur nyenyak,
dia menggunakan parang yang tajam untuk
membunuh saya. Hal ini membuat saya mengambil keputusan untuk pulang ke rumah
orang tua. “Tidur sonde bae, makan ju tiap hari beta
makan satu kali sa, pikir mau pulang sa. Satu kali dia marah, andia beta angka bawa beta
pung anak DSong ko kami lari menunjukkan ekspresi sedih.” 71 RP05
Pola tidur terganggu, satu hari hanya makan satu kali saja, kepikiran untuk pulang
kampung. Suatu saat dia marah dan akhirnya saya membawa anak-anak untuk kembali ke
kampung halaman.
210 Respon yang diberikan oleh ibu HT ketika
mendapatkan kekerasan dari suaminya yaitu ia hanya diam dan menerima semua perlakuan dari suami
karena jarak tempat tinggal yang jauh dari keluarga. Sampai pada akhirnya ibu HT menceritakan masalah
yang dialami kepada orang tuanya sehingga orang tua melaporkan masalah tersebut kepihak yang berwajib
dan mengakibatkan suaminya ditahan selama satu minggu. Selain kejadian itu ibu HT juga memilih kembali
ke rumah orang tuanya.
“Beta diam, kan kita perempuan kita mau berontak iko mana, begitu kita dekat kita pung
orang tua dong. Jauh dari orang tua dong jadi sapa mau bela kita disitu.” 23 RP05
Saya diam. Sebagai perempuan, kita tidak bisa memberontak karena jauh dari orang tua.
Kita jauh dari orang tua sehingga tidak ada yang membela kita.
“Lapor dia sampe di Siso ko tahan dia satu minggu di Siso baru tarik. Kami tarik PV ko
dia keluar kembali.” 22 RP05 Dia dilaporkan ke Siso dan ditahan satu
minggu di sana sampai kami menarik kembali kasusnya. Kami menarik kembali laporan
tersebut barulah dia bebas. “Menahan tangis Beta bilang beta pulang pi
beta pung orang tua dong lebih bae daripada beta datang tersiksa terus disini.” 29 RP05
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak AN
Anak AN merupakan anak keempat dari ibu HT. Anak AN adalah seorang anak laki-laki yang berusia 7
bulan.
211 Menurut informasi yang diberikan oleh ibu HT ketika
peneliti melakukan pengkajian, anak AN dapat mengontrol kepala pada usia 1 bulan. Hal ini dibuktikan dengan anak
AN dapat memalingkan wajah ke kiri dan ke kanan. Selain itu anak juga dapat menegakkan kepala saat anak dalam
keadaan duduk walaupun saat duduk anak masih bersandar atau dipegang oleh ibunya.
Pada usia 6 bulan, anak duduk tanpa dukungan dari orang tua. Anak duduk secara mandiri tanpa bersandar
pada bantal atau dipegang oleh orang tua. Saat ini anak AN belum dapat berjalan secara mandiri. Ia hanya bisa
merangkak ataupun berjalan apabila tangannya dipegang oleh ibu HT ataupun kakaknya.
Anak AN mengeluarkan kata-kata pertama seperti memanggil “pa-pa” dan “o-ma” pada usia 6 bulan. Ibu SS
menuturkan bahwa sampai pada usia 6 bulan, anak AN belum bisa menyebutkan kata “ma-ma” walaupun sudah
diajarkan oleh kakaknya untuk meniru bunyi kata tersebut. Dalam hal berinteraksi, anak AN belum bisa
berbicara sehingga dia tidak dapat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Selain itu orang tua mengatakan
bahwa di lingkungan tempat mereka tinggal, tidak ada anak yang seusia dng anak AN sehingga anak AN hanya bermain
212 dengan kakak-kakanya. Seperti balita pada umumnya,
ketika anak AN berinteraksi dengan orang dewasa, anak AN menyampaikan rasa haus, lapar, dan rasa sakit dengan
menangis. Sedangkan untuk mengekspresikan rasa senang, anak AN akan tersenyum ataupun tertawa kecil.
Pada saat peneliti melakukan pengamatan mengenai aktivitas bermain, anak AN sedang bermain bersama kakak
dan ibunya. Ketika bermain, mereka tidak menggunakan alat permainan. Yang mereka lakukan yaitu mengajarkan
kepada anak AN untuk bernyanyi, berbicara, duduk ataupun berjalan. Ketika peneliti melihat kegiatan bermain tersebut,
peneliti mendapati
bahwa keluarga
memberikan pembelajaran yang positif guna mendukung perkembangan
anak seperti mengajak anak AN untuk menirukan bunyi kata “ma-ma”, “pa-pa” ataupun mengajak anak agar terbiasa
untuk duduk sendiri ketika bermain. Selain mendukung perkembangannya, aktivitas bermain yang mereka lakukan
membuat anak AN merasa senang. Hal ini tergambar jelas diraut wajah anak AN yang selalu tersenyum bahkan
tertawa kecil sambil melihat tingkah lulucu kakak-kakaknya. Orang tua mengatakan bahwa, saat bermain dengan
kakaknya, anak AN sering asik sendiri. Ia terkadang tidak menghiraukan aktivitas yang dilakukan oleh kakaknya, yang
213 dia lakukan yaitu sibuk memperhatikan jari tangan, melihat-
lihat lingkungan tempat ia bermain ataupun dengan fokus memperhatikan benda-benda yang ia pegang. Hal ini
membuktikan bahwa anak AN bermain secara solitaire atau masih dalam tahap bermain yang berfokus pada diri sendiri.
5. Status Gizi dan Status Kesehatan Anak AN
Anak AN berat badannya saat ini yakni 8 kg dan tinggi badan 49 cm. Peneliti kemudian menentukan status
gizi berdasarkan standar WHO 2005.
Tabel 4.16 Status Gizi Anak AN Berdasarkan Standar WHO 2005
Indeks Z-Score
Kategori Status
Gizi
BBU -2 SD sd 2 SD
Gizi baik TBU
-2 SD sd 2 SD Normal
BBTB -2 SD sd 2 SD
Normal
Tebel 4.16 menunjukkan status gizi anak AN berdasarkan indeks BBU dengan Z-Score -2 SD sd 2 SD
berada pada kategori status gizi baik. Sementara itu, untuk indeks TBU menunjukkan bahwa anak AN berada dalam
kategori tinggi badan normal dengan Z-Score - 2 SD sd 2 SD sedangkan untuk indeks BBTB dengan Z-Score -2 SD
214 sd 2 SD sehingga anak AN berada dalam kategori berat
badan normal. Sementara itu, jumlah angka kecukupan gizi energi
yang dikonsumsi oleh anak AN yakni 752 Kkal dengan tingkat konsumsi gizi energi sebesar 94. Untuk angka
kecukupan gizi protein yaitu 14 mg dengan tingkat kecukupan gizi protein sebesar 94. Hal ini berarti tingkat
kecukupan gizi energi dan protein dari anak AN berada dalam rentang tingkat konsumsi kurang.
Pola asuh kesehatan yang diamati yaitu jenis keluhan
sakit yang
diderita, upaya
pengobatan, pemanfaatan layanan kesehatan seperti posyandu serta
perilaku kebersihan anak. Jenis keluhan yang paling sering dirasakan oleh
anak AN yaitu demam karena efek imunisasi yang ia dapatkan setiap bulannya. Upaya pengobatan yang
dilakukan pertama kali saat demam mengkonsumsi obat yang diberikan oleh kader posyandu.
Dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan, ibu HT mengatakan bahwa setiap bulannya ia dan anak AN
mengunjungi posyandu untuk penimbangan, mengambil jatah Makanan Pendamping Air Susu Ibu MPASI dan
mendapatkan imunisasi. Terkait dengan imunisasi, anak AN
215 sudah menerima imunisasi secara lengkap karena
mengikuti peraturan yang ada diposyandu. Terkait dengan
pencegahan penyakit
melalui perilaku kebersihan dilakukan dengan cara memandikan
anaknya dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sedangkan untuk mencuci dan memotong kuku, ibu HT
menuturkan bahwa ia jarang melakukan hal tersebut karena anak AN masih terlalu kecil.
6. Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak AN
Hasil pemeriksaan DDST II menunjukkan bahwa anak AN mengalami keterlambatan perkembangan karena
terdapat 2 item peringatan dan 2 item terlambat dari 28 item yang diperiksa. Berikut tabel pemeriksaan DDST II pada
anak AN:
Tabel 4.17 Pemeriksaan DDST II Pada Anak AN SEKTOR
RESPON ANAK KESIMPULAN
Personal sosial Anak
dapat melakukan daa-
daa dengan
tangan Anak
dapat melakukan
gerakan tepuk
tangan Anak belum bisa
makan sendiri Anak
dapat berusaha
Terdapat 1 item yang gagal dan 5 item yang
lulus dari 6 item yang diperiksa pada sektor
personal sosial. Hasil
penilaian per
item: 1. Lebih: 0
2. OK: 0 3. Peringatan: 1
4. Terlambat: 0 5. NO: 0
216 mencapai
mainan yang
diberikan peneliti Anak
dapat mengamati
tangannya Anak
dapat tersenyum
secara spontan
Selengkapanya dapat dilihat pada
lampiran.
Motorik halus Anak
belum dapat mengambil
7 kubus yang diberikan
Anak dapat
memindahkan kubus
Anak dapat
menggaruk manik-manik
Anak dapat
mencari atau
mencapai benang
Anak dapat
meraih benda
yang diberikan
oleh peneliti Anak
dapat mengamati
manik-manik Anak
dapat berputar 180
˚ Terdapat 7 item yang
lulus dari 7 item yang diperiksa pada sektor
ini. Hasil
penilaian per
item: 1. Lebih: 0
2. OK: 0 3. Peringatan: 0
4. Terlambat: 0 5. NO: 0
Bahasa Anak mengoceh
apabila melihat
atau menginginkan
sesuatu Anak
dapat mengucapkan
kombinasi silabel seperti “ma-ma”,
“o-pa”, “o-ma”.
Anak dapat
menyebutkan Terdapat 1 item yang
gagal dan 8 item yang lulus dari 9 item yang
diperiksa pada sektor bahasa.
Hasil
penilaian per
item: 1. Lebih: 0
2. OK: 0 3. Peringatan: 1
4. Terlambat: 0
217 kata “mama”
“papa” Anak
belum dapat menirukan
bunyi kata yang baru
didengarnya
Anak dapat
mengucapkan satu silabel
Anak dapat
menoleh ke arah suara
Anak menoleh
ke arah bunyi icik-icik
Anak dapat
berteriak Anak
dapat tertawa
5. NO: 0
Motorik kasar Anak belum bisa
berdiri dengan
berpegangan pada kursi, meja
atau dinding
rumah. Anak
dapat duduk
sendiri tanpa
ada pegangan
Anak dapat
bangkit dengan
kepala tegak Anak
dapat membalikkan
badan Anak
dapat mengangkat
dada dan
bertumpu pada
satu lengan Anak
belum dapat menumpu
beban pada kaki Terdapat 2 item yang
gagal dan 4 item yang lulus dari 6 item yang
diperiksa pada sektor motorik kasar.
Hasil
penilaian per
item: 1. Lebih: 0
2. OK: 1 3. Peringatan: 0
4. Terlambat: 1 5. NO: 0
218 Pada sektor personal sosial anak AN menyampaikan
rasa haus,
lapar, sakit
dengan menangis
dan mengekspresikan rasa senang dengan tersenyum kecil
ataupun tertawa. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, mandi dan menganti pakaian, anak AN
mendapatkan bantuan penuh dari keluarganya. Pada sektor ini, anak AN dapat melakukan daa-daa dengan tangan,
melakukan gerakan tepuk tangan, berusaha mencapai mainan yang diberikan peneliti, mengamati tangannya dan
dapat tersenyum secara spontan. Untuk sektor motorik halus, anak AN sudah bisa
meraih benda
yang akan
diberikan kepadannya,
memindahkan kubus, menggaruk manik-manik, mencari benang, mengamati manik-manik dan membalikkan badan
180 ˚. Keterlambatan anak AN pada sektor ini adalah anak
tidak mampu mengambil 7 kubus dari 10 kubus yang diberikan. Anak AN hanya mengambil 2 kubus yang
digengamnya pada tangan kiri dan tangan kananya. Pada sektor bahasa, anak AN megekpresikkan rasa
senangnya dengan tertawa maupun berteriak. Apabila menyukai
sesuatu, anak
AN sering
mengoceh mengungkapkan ketertarikannya. Anak AN sudah bisa
mengucapkan suku kata sederhana seperti “pa-pa”, “o-pa”,
219 dan “o-ma”. Walapun belum spesifik, anak AN mampu
mengucapkan kata “papa” atau “oma”. Selain itu anak DS dapat menoleh ke arah suara baik menoleh ke arah suara
orang yang memanggil namanya ataupun menoleh ke bunyi icik-icik.
Di sektor bahasa, anak belum bisa meirukan bunyi kata-kata yang diucapkan oleh peneliti. Dari informasi yang
di berikan oleh orang tua, anak AN hanya bisa mengucapkan kata-kata yang sering didengarnya. Anak AN
belum bisa meniru kata-kata baru yang diucapkan oleh seseorang.
Anak AN sudah mampu duduk tanpa pegangan, bangkit dengan kepala tegak, membalikan badan, dan
mengangkat dada dengan bertumpu pada lengan. Pada sektor motorik kasar, anak AN belum bisa berdiri sendiri
walaupun berdiri dengan berpegangan pada meja atau kursi. Kegagalan ini dianggap normal karena masih ada
rentang usia bagi anak untuk belajar.
220
7. Kajian Faktor-Faktor
Lain Yang
Memengaruhi Perkembangan Anak AN
a. Faktor Fisik