85 bapak RH bertindak lebih kasar dan apabila hal itu
terjadi maka
akan sangat
berbahaya bagi
kandungannya. Ibu SL mengatakan bahwa ia tidak mengetahui
secara jelas alasan mengapa suaminya mabuk dan berlaku kasar kepadannya. Dugaan kuat ibu SL,
suaminya mabuk-mabukan dan sering berbuat kasar karena ada masalah di tempat kerja atau bapak RH
sengaja berbuat kasar karena disuruh oleh kakak perempuannya agar ibu SL meninggalkan bapak RH.
Kejadian ini mengakibatkan ibu SL lebih memilih untuk berpisah dari suaminya dan tinggal di rumah ibunya agar
mendapatkan perlindungan dari ibu dan saudara- saudaranya.
b. KDRT Yang Dialami Ibu SL Selama Kehamilan Kedua
Selama hamil, ibu SL mengalami kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik, kekerasan
psikis, kekerasan finansial dan penelantaran rumah tangga.
Ibu SL
mengalami kekerasan
setelah pernikahannya dengan bapak RH. Kekerasan fisik yang
diterima oleh ibu SL yaitu ia dipukul, ditendang dan ditampar oleh suaminya.
86 Saat melakukan kekerasan fisik, bapak RH
langsung naik tangan atau langsung memukul ibu SL di wajah dan badan sampai lebam. Terkadang, suaminya
menggunakan ikat pinggang yang dilipat untuk memukul ibu SL. Kekerasan fisik yang terjadi pada ibu SL tidak
berlangsung setiap hari. Kekerasan terjadi apabila suami merasa ingin memukul ibu SL, pada saat itupun dia
langsung memukul ibu SL. Ibu SL mendapatkan kekerasan ketika suaminya sedang ada masalah di
tempat kerja atau dalam keadaan mabuk. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:
“Ia Kak beta pernah dapat bakalai dari beta pung suami.” 02 RP01
Iya, Kakak. Saya pernah berkelahi dengan suami saya.
“Biasa te beta dapat tumbuk, dapat tendang kalo sonde na beta dapat tampeleng”.03
RP01 Saya ditinju, ditendang dan ditampar.
“Ehh, dia sonde pake apa-apa, dia langsung naik tangan san beta ang. Dia tumbuk beta di
muka deng badan dong ni sampe babiru. Kadang ju dia pake ika pinggang ni kaka, dia
lipat dobel itu ikat pinggang baru dia lapis sang beta.” 05 RP01
Ehh, suami saya tidak menggunakan alat bantu
saat memukul.
Ia langsung
menggunakan tangan kosong. Dia meninju wajah saya sampe lebam. Kadang-kadang ia
menggunakan ikat pinggang. “Son setiap hari juga Kaka. Kalo dia rasa ko
mo pukul na dia su habok sam saya. Biasa ju kalo dia ada mabok na kalo pulang begitu dia
langsung firuk sam beta ni.” 07 RP01
87
Tidak setiap hari Kak. Setiap ia merasa ingin memukul, ia langsung saja memukul
setelah ia pulang ke rumah.
Dari hasil wawancara dengan ibu SL, kekerasan fisik terjadi pada kehamilan pertama dan kehamilan
keduanya. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada saat kehamilan ibu SL berusia dua bulan. Ibu SL
mengatakan bahwa dalam satu bulan, kekerasan terjadi sebanyak ± 4 kali. Kejadian tidak berlangsung pada
bulan berikutnya dan akan ada dua bulan kemudian.
“Itu pas bulan kedua Kaka.” 08 RP01 Saat bulan kedua Kakak.
“Aihh kaka, beta ju su lupa ni Kak. Biasa satu bulan begitu 4 kali kak. Itu ju bulan berikut
sonde, ais itu dua bulan kemudian baru dia foe ulang lai. Terserah dia, mau pukul kapan
sa dia su habok sam beta.” 10 RP01 Saya lupa Kak. Biasanya dalam satu bulan
terjadi 4 kali. Itu juga tidak terjadi pada bulan berikutnya, namun dua bulan kemudian
barulah dia melakukannya lagi. Terserah dia, mau pukulnya kapan saja.
Kekerasan psikis yang dialami oleh ibu SL selama kehamilanya yaitu ia dicaci maki dan diolok oleh
suaminya namun ibu SL hanya mendiamkan hal tersebut karena ia sedang hamil besar. Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut:
“Ia Kak. Dapat maki, dapat olok. Beta ju tenang sa. Saat itu beta hamil besar ko beta
diam-diam sa demi beta pung kandung dong ini.” 25 RP01
88
Ia kakak. Saya dimaki, diejek. Saya hanya diam saja. Saat itu saya sedang hamil besar
sehingga saya hanya diam saja demi kandungan saya ini.
Penelantaran rumah tangga juga dialami oleh ibu SL. Hal ini disebabkan karena kakak perempuan
dari bapak RH menyuruhnya untuk meninggalkan ibu SL tanpa alasan yang jelas, seperti yang diungkapkan
oleh ibu dari ibu SL berikut:
“Nona pung suami pung kaka perempuan suruh kas tinggal nona ko mungkin mau cari
istri lain.” 77 UK01 Kakak ipar anak saya meminta adiknya untuk
meninggalkan anak saya. Mungkin mereka sedang mencarikan istri baru baginya.
Setelah berpisah dari suaminya, ibu SL mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarganya. Ditambah lagi ia harus mempersiapkan kelahiran anak keduanya. Uang yang
diperoleh dari pekerjaannya sebagai koki hotel tidak mencukupi kebutuhan tersebut. Suaminya pun tidak
memedulikan keadaan rumah tangganya. Satu-satunya jalan keluar bagi ibu SL adalah membongkar
tabungannya sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Berikut pernyataan ibu SL yang
mendukung informasi tersebut:
89
“Sonde pernah. apalai setelah kami pisah, dia sonde urus kami lai.” 42 RP01
Tidak pernah. Apalagi setelah kami berpisah, dia suami ibu SL tidak lagi mengurusi kami.
“Adihh, tambah kaka. Mau beli susu buat beta na, mau beli loyor dong, beli baju-baju buat
dong. Siap-siap memang to Kak. Trus mau bayar ibu bidan dong. Ma beta su siap-siap
memang.” 44 RP01 Bertambah Kak. Membeli susu untuk saya,
untuk membeli gurita, membeli baju untuk anak-anak. Sudah disiapkan sebelumnya.
Untuk membayar bidan. Tapi saya sudah persiapkan sebelumnya.
“Cukup Kak karna di Hotel makanan dong enak-enak trus bergizi ko beta yang masak
sandiri jadi beta tau. Mau makan daging, sayur, buah-buahan ju ada Kak. Lengkap.”
63 RP01 Mencukupi Kak karena di Hotel makanannya
enak dan bergizi karena saya yang masak sendiri sehingga saya tau. Makan daging,
sayur, buah-buahan juga ada Kak. Lengkap.
Apabila suami dari ibu SL memiliki masalah ditempat kerja ataupun suaminya mabuk, maka ibu SL
menjadi tempat pelampiasan amarah suaminya. Selain itu, ibu SL yang mulai emosi karena ulah suami akan
melakukan perlawanan. Hal ini yang menjadi penyebab kekerasan yang dialami oleh ibu SL seperti pernyataan
yang diungkapkan oleh ibu SL berikut ini:
“Itu biasa kalo su mabok ato ada masalah di tempat kerja, baru dia foe.” 14 RP01
Biasanya kalau dia mabuk atau ada masalah ditempat kerja, barulah dia bereaksi.
“Awalnya itu beta diam-diam sa Kak. Ma lam- lama ju beta naek darah e, sapa yang sonde
emosi kalo orang ada hamil na lu maen puku- puku sang beta. Kalo dia puku beta bagitu,
beta ju balas puku na. Beta pung mama-deng
90
bapa sa jarang puku beta ma lu mau naek tangan sang beta.” 18 RP01
Awalnya saya hanya diam-diam saja Kak. Tapi lama-kelamaan saya juga emosi. Siapa
yang tidak emosi kalau orang sedang hamil besar terus kamu memukul saya. Kalau dia
memukul saya, saya juga membalas. Mama dan Papa saya saja jarang sekali memukul
saya tapi kamu mau memukuli saya.
Dampak kekerasan dalam rumah tangga yang dialami ibu SL saat ia hamil yaitu stres dan tertekan.
Selain itu pola tidur juga terganggu karena memikirkan masalah yang ia hadapi di tambah lagi beban pekerjaan
yang diterimanya karena harus bangun lebih awal untuk bekerja seperti yang diungkapkan pada pernyataan
berikut ini:
“Beta stres Kaka, sangat tertekan, ma beta coba kuat sa demi ini anak dong. Dia kalo
pukul ni beta pung perasaan sonde enak. Sangat tapukul. Kenapa ko dia harus pukul
beta saat beta ada hamil, dia sadar ko sonde deng apa yang dia buat. Beta selalu sa pikir
bagitu. Sonde di rumah, sonde di Hotel beta pikiran Kak.” 57 RP01
Saya stres Kak, sangat tertekan tetapi saya mencoba untuk tetap kuat demi anak-anak.
Apabila dia memukuli saya, perasaan saya tidak enak. Sangat terpukul. Kenapa dia harus
memukul saya saat saya sedang hamil, dia sadar atau tidak dengan perbuatannya. Saya
selalu berpikir begitu, di rumah atau di hotel saya kepikiran.
“Beta sonde bisa tidur memang apalagi di Hotel yang ampi-ampir siang dong su kas
bangun. Itu yang malah bikin beta tambah stres lai.” 58 RP01
Saya tidak bisa tidur. Apalagi di Hotel, saya dibangunkan pagi-pagi buta. Hal itu yang
malah membuat saya makin stres.
91 Respon yang diberikan oleh ibu SL apabila
mendapatkan kekerasan yaitu, ia hanya menangis karena ditinggal pergi oleh suaminya. Selain itu ibu SL
juga akan berlaku kasar terhadap suami apabila emosinya sedang naik sebagai bentuk perlindungan diri
terhadap perilaku kasar yang dilakukan oleh suami.
“...Beta langsung bilang, ko orang omong bae-bae ju lu marah ni. Trus dia langsung
sambung beta, dia bamaki beta ni Kak. Karna beta su mulai emosi ni Kak beta langsung
maki balek sang dia su ma. Langsung dia jalan dari sana, langsung papoko sang beta
ni. Langsung dia bangun jalan. Beta langsung manangis su ma Kak.” 12 RP01
Saya langsung menjawab, saya bicara baik- baik tapi kamu marah. Terus dia langsung
menyambung perkataan saya, dia juga memaki saya. Karena saya mulai emosi, saya
langsung memaki dia. Setelah itu dia berjalan ke arah saya dan memukuli saya. Kemudian
dia pergi. Saya pun langsung menangis. “...Kalo dia puku beta bagitu, beta ju balas
puku na... 18 RP03 Kalau dia memukuli saya, saya juga
membalas.
Berbagai solusi telah dilakukan oleh ibu SL diantaranya ibu SL pernah menegur suami untuk tidak
berbuat kasar terhadapnya. Selain itu, ibu SL juga melaporkan masalah ini kepada orang tua atau keluarga
agar mereka memberikan nasehat kepada suaminya namun nasehat yang diberikan oleh keluarga selalu
92 diabaikan oleh suaminya, bahkan suami mengancam
untuk melakukan
pembunuhan apabila ibu
SL melaporkan masalah tersebut kepada keluarga atau
orang lain. Solusi terakhir yang diambil yaitu ibu SL kembali ke rumah orang tuanya agar mendapat
perlindungan dari keluarga dan bertahan hidup dengan bantuan orang tua dan keluarga. Berikut pernyataan
yang mendukung informasi tersebut:
“Su ulang-ulang Kak, ma dia son sadar-sadar ju. Beta su kasih tau katong pung mama deng
bapa ko togor dia ma sama sa, pulang sampe rumah dia malah pukul sam beta. Dia bilang
lu talalu balapor mau mati. Dia bilang kalo lu lapor ulang lai artinya lu salamat su dar beta.”
15 RP01 Sudah berulang kali tapi dia tidak pernah
sadar. Saya pernah memberitahukan masalah ini ke ayah dan ibu supaya dia ditegur tapi
sama saja, sesampainya di rumah, dia malah memukul saya. Dia bilang, apabila saya
melaporkan masalah ini lagi, dia tidak segan- segan untuk membunuh saya.
“Itu artinya dia mau puku kas mati sang beta.” 16 RP01
Itu artinya dia akan membunuh saya “Beta su bilang to Kak, kalo dia sonde akan
dengar memang, sampe beta su talalu jengkel ko ini beta pulang pi mama dong pung
rumah.” 26 RP01 Saya kan sudah bilang kalau dia tidak akan
mendengarkan teguran saya, sampai saya terlalu jengkel sehingga saya kembali ke
rumah mama.
93
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak V
Anak V merupakan anak kedua dari ibu SL. Anak V berjenis kelamin perempuan dan saat ini berusia 2 tahun.
Menurut informasi yang diberikan oleh ibu SL ketika peneliti melakukan pengkajian, anak V dapat menggerakan kepala
dengan mandiri, memalingkan wajah secara perlahan ke kiri atau ke kanan, serta dapat menundukkan kepala ketika
berusia 1 bulan. Anak V duduk tanpa dukungan ketika berusia 5 bulan. Hal ini dibuktikan dengan anak mampu
duduk tanpa dipegang ataupun tanpa bantal untuk bersandar. Ibu SL mengatakan bahwa ketika bermain, anak
V lebih memilih untuk duduk sendiri sambil memainkan alat permainannya. Anak V dapat berjalan secara mandiri pada
usia 11 bulan. Ia berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari orang tua ataupun berpegang pada kursi dan meja untuk
berjalan. Pada usia 1 tahun 2 bulan, anak V mengeluarkan
kata-kata pertama seperti memanggil “ma-ma”, “pa-pa” dan “o-ma”. Anak V dapat berbicara karena rangsangan yang
diberikan oleh orang tuanya. Saat ini, anak V sudah dapat melakukan interaksi dengan teman sebayannya. Interaksi
yang dilakukan oleh anak V seperti memanggil nama temannya, merespon ucapan dari teman sepermainannya
94 seperti mengambilkan alat permainan maupun meminta
temannya untuk mengambilakan alat permainan. Secara umum, anak V mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa yang sudah akrab dengannya. Interaksi yang dilakukan seperti mengikuti perintah orang tua, menjawab
pertanyaan yang diberikan ataupun meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun anak V menarik diri ketika
berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. Bentuk penarikan yang dilakukan seperti bersembunyi di belakang
ibunya ketika peneliti hendak berkenalan dengannya. Anak V tidak merespon perkenalan yang peneliti lakukan seperti
tidak menyalami peneliti ataupun menyebutkan namanya. Untuk mendekati anak V, peneliti harus datang ke rumah
riset partisipan sebanyak 3 kali barulah anak V dapat berkomunikasi dengan peneliti walaupun awalnya anak V
malu-malu. Menurut Ny. SL, anaknya tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang baru dikenalnya karena
orang tua membatasi anak V dalam bergaul atau berkenalan dengan orang baru.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih 30 menit terhadap aktivitas bermain
yang dilakukan oleh anak V, didapati anak V dan teman- temannya
sedang bermain
masak-masak. Anak
V
95 merapikan peralatan masak yang suasananya mereka buat
seperti dapur. Ia dan temannya yang bernama Y mengiris dedaunan dengan menggunakan pisau mainan. Setelah itu
anak V menghidupkan kompor mainan tersebut dan memasak daun-daun yang telah mereka iris. Anak V dan
temannya Y berbicara seolah-olah mereka berdua sedang memasak di dapur sungguhan. Anak V mengatakan “Y,
tolong ambil kasih beta garam dolo...” anak V menyuruh temannya sambil mengaduk sayur yang ada di dalam wajan
mainan. Setelah keduanya selesai masak, sayur yang mereka buat kemudian dihidangkan di piring mainanan.
Anak V dan Y kemudian berjalan ke ruang tengah yang mereka anggap sebagai ruang tidur untuk menyuapi
boneka. Anak V menyuapi boneka yang dia anggap sebagai adik perempuannya. Anak V berkata “Lala makan banyak
e... biar cepat besar”. Y pun melakukan hal yang sama. Anak V bermain secara berkelompok dengan teman-
temannya. Biasanya Anak V melakukan kegiatan bermain bersama S, P, Y E. Mereka melakukan aktivitas bermain
dengan pengawasan dari orang tua untuk mencegah mereka agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan
seperti berkelahi ataupun bermain di luar rumah.
96
5. Status Gizi dan Status Kesehatan Anak V Dalam menilai status gizi, peneliti menggunakan
pengukuran antropometri yakni umur, berat badan, dan tinggi badan untuk menentukan status gizi anak. Hasil
penimbangan ditemukan bahwa anak V memiliki berat badan 12,5 kg dan tinggi badan 58,5 cm. Peneliti kemudian
menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005.
Tabel. 4.5 Status Gizi Anak V Berdasarkan Standar WHO 2005
Indeks Z-Score
Kategori Status Gizi
BBU - 2 SD sd 2 SD
Gizi baik TBU
- 2 SD sd 2 SD Normal
BBTB - 2 SD sd 2 SD
Normal
Tabel 4.5 menunjukkan kategori status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur BBU, anak
V berada pada status baik dengan nilai Z-Score -2 SD sd 2 SD. Sementara itu, nilai Z-Score untuk indeks tinggi badan
menurut umur TBU menunjukkan bahwa anak V berada pada status tinggi badan normal sedangkan untuk indeks
berat badan menurut tinggi badan BBTB menunjukkan bahwa anak V berada pada status berat badan normal.
Sementara itu, jumlah angka kecukupan gizi yang dikonsumsi oleh anak V yakni 1.302 Kkal dan tingkat
97 kecukupan energi sebesar 104 sedangkan untuk angka
kecukupan gizi protein yaitu 24 mg dan tingkat kecukupan protein adalah 104 . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
konsumsi energi dan protein anak V berada dalam rentang tingkat konsumsi baik.
Status kesehatan anak V dilihat dari jenis keluhan sakit, upaya pencarian layanan kesehatan, imunisasi dan
perilaku kebersihan. Untuk jenis keluhan sakit, ibu SL mengatakan bahwa anak V jarang menderita sakit. Terakhir
kali anak V terkena sakit yaitu ketika ia berusia 1 tahun 6 bulan. Pada saat itu anak V menderita demam, batuk dan
pilek. Frekuensi kejadian sakit yang ia alami yaitu 2 minggu sekali. Hal ini diakibatkan karena anak V terinfeksi dari
keluarga yang menderita penyakit tersebut. Ibu SL mengatakan bahwa anak V mudah terinfeksi karena lahir
prematur sehingga tubuhnya masih harus menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Tindakan yang pertama kali dilakukan apabila anak V sakit yaitu memanfaatkan layanan kesehatan. Layanan
kesehatan yang dimaksudkan adalah mengunjungi ibu bidan untuk mengambil obat sesuai dengan jenis penyakit yang
diderita.
98 Ibu
SL mengatakan
bahwa anak
V telah
mendapatkan 5 imunisasi dasar yaitu Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio dan Campak dari Posyandu di wilayah setempat.
Dalam hal menjaga kebersihan, ibu SL mengatakan bahwa anak V mandi dua kali sehari. Apabila suhu udara
terlalu dingin, maka ibu SL hanya memandikan anak V pada pagi hari dan pada sore harinya anak V hanya dilap dengan
menggunakan handuk basah. Selain itu ibu SL mengatakan bahwa anak V diharuskan untuk mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, ataupun mencuci tangan setelah bermain di luar rumah.
6. Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak V
Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan sebelum melakukan pemeriksaan DDST II pada anak V,
peneliti melihat bahwa terjadi interaksi yang dilakukan oleh anak V dan keluarganya. Interaksi yang dilakukan yaitu
anak V bertanya pada ibunya menggunakan kalimat yang jelas dan dapat dimengerti oleh lawan bicara Seperti
“Mama, nenek pergi kemana?”. Ketika ibunya menjawab pertanyaan yang anak V berikan maka anak V tersenyum
dan mengangguk
dalam merespon
jawaban atau
pernyataan yang diberikan oleh ibunya. Apabila jawaban
99 atau pernyataan yang diberikan oleh ibunya kurang
dimengerti maka anak V akan menanyakan kembali maksud dari perkataan ibunya tersebut. Pada saat peneliti hendak
melakukan komunikasi, terjadi penolakan karena anak V memilki sifat yang pemalu. Hal ini dibuktikan ketika peneliti
menanyakan nama dan hendak berjabatan tangan dengan anak V, dia hanya diam kemudian berlari dan bersembunyi
di belakang ibunya. Ibu SL mengatakan bahwa anak V sulit untuk dekat dengan orang yang baru dia kenal hal ini
diakibatkan karena setiap harinya anak V hanya bermain di dalam rumah ataupun di teras depan rumah. Selain itu,
orang tua mengatakan bahwa anak V jarang dibawa keluar untuk sekedar jalan-jalan di lingkungan tempat mereka
tinggal. Dalam melakukan pemeriksaan DDST II, peneliti harus mengunjungi tempat tinggal responden sekitar 3 kali
untuk menyapa anak V. Setiap harinya peneliti datang ke rumah responden untuk sekedar menyapa namanya,
menanyakan aktivitas yang dia lakukan, membawakan alat permainan ataupun mengikuti kegiatan bermain yang ia
lakukan sampai anak V berbicara dengan peneliti. Hasil pemeriksaan DDST II menunjukkan bahwa
anak V mengalami keterlambatan perkembangan karena
100 terdapat 2 item peringatan dan 2 item terlambat dari 36 item
yang diperiksa. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Pemeriksaan DDST II Pada Anak V SEKTOR
RESPON ANAK HASIL TES
Personal sosial Anak belum
bisa memakai T-Shirt
Anak dapat
menyebutkan nama teman
Anak dapat
mencuci dan mengeringkan
tangan Anak
dapat mengosok
gigi dengan
bantuan Anak belum
bisa memakai baju
Anak dapat
menyuapi boneka
Anak dapat
Membuka pakaian
dengan bantuan
orang tua
Anak dapat
menggunakan sendok atau
garpu Terdapat 5 item yang
lulus dan 3 item yang gagal dari 8 item yang
diperiksa pada sektor personal sosial.
Hasil
penilaian per
item: 1. Lebih: 0
2. OKnormal: 1 3. Peringatan: 1
4. Terlambat: 1 5. NO tidak ada
kesempatan: 0
Selengkapanya dapat dilihat pada lampiran
Motorik halus Anak
dapat menyusun
menara dari
kubus 2
kubus, 4
kubus, dan 6 kubus
Anak tidak
Terdapat 1 item yang gagal dan 5 item yang
lulus dari 6 item yang diperiksa.
Hasil
penilaian per
item:
101 dapat meniru
garis vertikal Anak
dapat mengambil
manik-manik yang
ditunjukkan 1. Lebih: 0
2. OKnormal: 1 3. Peringatan: 0
4. Terlambat: 0 5. NO tidak ada
kesempatan: 0 Bahasa
Bicara semua dimengerti
Anak dapat
mengetahui 2 kegiatan yang
dilakukan Anak
dapat menyebut
4 gambar
Bicara dengan
dimengerti Anak
tidak dapat
menunjuk 4
gambar Anak
dapat menyebutkan
6 bagian
tubuh dengan bantuan
orang tua Anak
tidak dapat
menyebut 1
gambar Anak
dapat melakukan
kombinasi kata
Terdapat 3 item yang gagal, 5 item yang lulus
dari 8
item yang
diperiksa pada sektor bahasa.
Hasil penilaian
per item:
1. Lebih: 0 2. OKnormal: 1
3. Peringatan: 1 4. Terlambat: 1
5. NO tidak ada
kesempatan: 0
102 Motorik kasar
Anak mampu berdiri
dengan 1 kaki dalam waktu
1 detik
Anak dapat melakukan
loncat jauh Anak dapat
melempar bola ke atas
Anak dapat melompat
Anak dapat menendang
bola ke depan Anak dapat
melakukan aktivitas naik
tangga Anak
mampu melakukan
6 yang
diperiksa pada sektor motorik kasar.
Hasil penilaian
per item:
1. Lebih: 0 2. OKnormal: 0
3. Peringatan: 0 4. Terlambat: 0
5. NO tidak ada
kesempatan: 0
Hasil pemeriksaan pada sektor personal sosial menunjukkan anak V belum mampu melakukan beberapa
item seperti memakai T-shirt, memakai baju, ataupun membuka pakaian. Hal ini menunjukkan bahwa anak V
belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Informasi dari orang tua menyebutkan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, anak V meminta ibu, nenek atau tantenya untuk memakaikan T-shirt, memakaikan baju,
membuka pakaian,
memandikan anak
V ataupun
menggosok giginya
padahal orang
tua sudah
mengajarkannya. Kegagalan anak V dalam memakai T-shirt
103 dianggap normal karena masih ada rentang usia untuk
belajar. Untuk sektor motorik halus, anak V belum mampu
melakukan kegiatan menggambar ataupun menulis hal ini dibuktikan dengan anak V gagal melakukan satu item
pemeriksaan yaitu meniru garis vertikal. Anak V hanya mencoret-coret kertas yang diberikan oleh peneliti walaupun
peneliti sudah memberikan instruksi untuk meniru garis vertikal tersebut. Salah satu penyebab kegagalan ini yaitu
orang tua belum mengajarkan kepada anak untuk menggambar ataupun menulis. Orang tua mengangap
bahwa saat ini, anak V masih dalam tahap bermain dan belum waktunya untuk belajar. Kegagalan pada item ini
dianggap normal karena masih ada rentang usia untuk belajar. Di sektor ini, anak V berhasil melakukan item
membuat menara dari 2, 4, dan 6 kubus serta anak V mampu mengambil manik-manik yang ditunjukkan oleh
peneliti. Dari percakapan yang dilakukan antara peneliti dan
anak V didapati bahwa anak V mengalami kesulitan berbicara dengan orang yang baru ia kenal. Anak V
mengeluarkan kalimat yang sering membuat peneliti tidak mengerti maksud dari ucapan tersebut. Apabila ia
104 berkomunikasi dengan orang yang sudah ia kenal maka
setiap kata yang dia ucapkan jelas dan dapat dimengerti oleh lawan bicara. Ketika peneliti memberikan instruksi
untuk melakukan suatu tindakan, maka anak V mengerti dan memahami maksud dari instruksi tersebut sehingga anak V
melakukan apa yang diinstruksikan oleh peneliti seperti menyebutkan gambar, menyusun kubus ataupun melempar
bola. Kegagalan anak V dalam berbicara dengan kalimat yang dapat dimengerti merupakan hal yang normal karena
masih ada rentang usia untuk belajar. Selain mengalami kegagalan dalam berbicara, anak V juga mengalami
kegagalan dalam menunjuk 4 gambar dan menyebutkan 6 bagian badan. Pada sektor bahasa, anak V mampu
mengetahui kegiatan yang ia lakukan, menyebutkan 4 gambar dan menggunakan kombinasi kata dalam berbicara.
Anak V mampu melakukan gerakan motorik kasar dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan anak V mampu
melakukan semua item yang diujikan pada sektor motorik kasar seperti berjalan naik tangga, menendang bola ke
depan, melompat, melempar bola ke atas, loncat jauh dan berdiri dengan satu kaki.
105
7. Kajian Faktor-Faktor
Lain yang
Memengaruhi Perkembangan Anak V
a. Faktor Fisik Faktor fisik yang memengaruhi perkembangan anak