85 bapak  RH  bertindak  lebih  kasar  dan  apabila  hal  itu
terjadi maka
akan sangat
berbahaya bagi
kandungannya. Ibu  SL  mengatakan  bahwa  ia  tidak  mengetahui
secara  jelas  alasan  mengapa  suaminya  mabuk  dan berlaku  kasar  kepadannya.  Dugaan  kuat  ibu  SL,
suaminya  mabuk-mabukan  dan  sering  berbuat  kasar karena  ada  masalah  di  tempat  kerja  atau  bapak  RH
sengaja  berbuat  kasar  karena  disuruh  oleh  kakak perempuannya  agar  ibu  SL  meninggalkan  bapak  RH.
Kejadian  ini  mengakibatkan  ibu  SL  lebih  memilih  untuk berpisah dari suaminya dan tinggal di rumah ibunya agar
mendapatkan  perlindungan  dari  ibu  dan  saudara- saudaranya.
b.  KDRT Yang Dialami Ibu SL Selama Kehamilan Kedua
Selama  hamil,  ibu  SL  mengalami  kekerasan dalam  rumah  tangga  berupa  kekerasan fisik, kekerasan
psikis,  kekerasan  finansial  dan  penelantaran  rumah tangga.
Ibu SL
mengalami kekerasan
setelah pernikahannya dengan bapak RH. Kekerasan fisik yang
diterima  oleh  ibu  SL  yaitu  ia  dipukul,  ditendang  dan ditampar oleh suaminya.
86 Saat  melakukan  kekerasan  fisik,  bapak  RH
langsung naik tangan atau langsung memukul ibu SL di wajah  dan  badan  sampai  lebam.  Terkadang,  suaminya
menggunakan ikat pinggang yang dilipat untuk memukul ibu  SL.  Kekerasan  fisik  yang  terjadi  pada  ibu  SL  tidak
berlangsung setiap hari. Kekerasan terjadi apabila suami merasa  ingin  memukul  ibu  SL,  pada  saat  itupun  dia
langsung  memukul  ibu  SL.  Ibu  SL  mendapatkan kekerasan  ketika  suaminya  sedang  ada  masalah  di
tempat  kerja  atau  dalam  keadaan  mabuk.  Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:
“Ia  Kak  beta  pernah  dapat  bakalai  dari  beta pung suami.” 02 RP01
Iya,  Kakak.  Saya  pernah  berkelahi  dengan suami saya.
“Biasa  te  beta  dapat  tumbuk,  dapat  tendang kalo  sonde  na  beta  dapat  tampeleng”.03
RP01 Saya ditinju, ditendang dan ditampar.
“Ehh,  dia  sonde  pake  apa-apa,  dia  langsung naik tangan san beta ang. Dia tumbuk beta di
muka  deng  badan  dong  ni  sampe  babiru. Kadang ju dia  pake ika pinggang ni kaka, dia
lipat  dobel  itu  ikat  pinggang  baru  dia  lapis sang beta.” 05 RP01
Ehh,  suami  saya  tidak  menggunakan  alat bantu
saat memukul.
Ia langsung
menggunakan  tangan  kosong.  Dia  meninju wajah  saya  sampe  lebam.  Kadang-kadang  ia
menggunakan ikat pinggang. “Son  setiap  hari  juga  Kaka.  Kalo  dia  rasa  ko
mo pukul na dia su habok sam saya. Biasa ju kalo dia ada mabok na kalo pulang begitu dia
langsung firuk sam beta ni.” 07 RP01
87
Tidak  setiap  hari  Kak.  Setiap  ia  merasa ingin  memukul,  ia  langsung  saja  memukul
setelah ia pulang ke rumah.
Dari  hasil  wawancara  dengan  ibu  SL,  kekerasan  fisik terjadi  pada  kehamilan  pertama  dan  kehamilan
keduanya. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada saat  kehamilan  ibu  SL  berusia  dua  bulan.  Ibu  SL
mengatakan bahwa dalam satu bulan, kekerasan terjadi sebanyak  ±  4  kali.  Kejadian  tidak  berlangsung  pada
bulan berikutnya dan akan ada dua bulan kemudian.
“Itu pas bulan kedua Kaka.” 08 RP01 Saat bulan kedua Kakak.
“Aihh kaka, beta ju su lupa ni Kak. Biasa satu bulan  begitu  4  kali  kak.  Itu  ju  bulan  berikut
sonde,  ais  itu  dua  bulan  kemudian  baru  dia foe  ulang  lai.  Terserah  dia,  mau  pukul  kapan
sa dia su habok sam beta.” 10 RP01 Saya  lupa  Kak.  Biasanya  dalam  satu  bulan
terjadi 4 kali. Itu juga tidak terjadi pada bulan berikutnya,  namun  dua  bulan  kemudian
barulah  dia melakukannya  lagi.  Terserah  dia, mau pukulnya kapan saja.
Kekerasan  psikis  yang  dialami  oleh  ibu  SL selama kehamilanya yaitu ia dicaci maki dan diolok oleh
suaminya  namun  ibu  SL  hanya  mendiamkan  hal tersebut  karena  ia  sedang  hamil  besar.  Berikut
pernyataan yang mendukung informasi tersebut:
“Ia  Kak.  Dapat  maki,  dapat  olok.  Beta  ju tenang  sa.  Saat  itu  beta  hamil  besar  ko  beta
diam-diam  sa  demi  beta  pung  kandung  dong ini.” 25 RP01
88
Ia  kakak.  Saya  dimaki,  diejek.  Saya  hanya diam  saja.  Saat  itu  saya  sedang  hamil  besar
sehingga  saya  hanya  diam  saja  demi kandungan saya ini.
Penelantaran  rumah  tangga  juga  dialami  oleh ibu  SL.  Hal  ini  disebabkan  karena  kakak  perempuan
dari  bapak  RH  menyuruhnya  untuk  meninggalkan  ibu SL  tanpa  alasan  yang  jelas,  seperti  yang  diungkapkan
oleh ibu dari ibu SL berikut:
“Nona  pung  suami  pung  kaka  perempuan suruh  kas  tinggal  nona  ko  mungkin  mau  cari
istri lain.” 77 UK01 Kakak ipar anak saya meminta adiknya untuk
meninggalkan  anak  saya.  Mungkin  mereka sedang mencarikan istri baru baginya.
Setelah  berpisah  dari  suaminya,  ibu  SL mengalami  kesulitan  dalam  memenuhi  kebutuhan
sehari-hari  keluarganya.  Ditambah  lagi  ia  harus mempersiapkan  kelahiran  anak  keduanya.  Uang  yang
diperoleh  dari  pekerjaannya  sebagai  koki  hotel  tidak mencukupi  kebutuhan  tersebut.  Suaminya  pun  tidak
memedulikan  keadaan  rumah  tangganya.  Satu-satunya jalan  keluar  bagi  ibu  SL  adalah  membongkar
tabungannya  sehingga  ia  dapat  memenuhi  kebutuhan rumah  tangganya.  Berikut  pernyataan  ibu  SL  yang
mendukung informasi tersebut:
89
“Sonde pernah. apalai setelah kami pisah, dia sonde urus kami lai.” 42 RP01
Tidak pernah. Apalagi setelah kami berpisah, dia suami ibu SL tidak lagi mengurusi kami.
“Adihh, tambah kaka. Mau beli susu buat beta na,  mau  beli  loyor  dong,  beli  baju-baju  buat
dong.  Siap-siap  memang  to  Kak.  Trus  mau bayar  ibu  bidan  dong.  Ma  beta  su  siap-siap
memang.” 44 RP01 Bertambah  Kak.  Membeli  susu  untuk  saya,
untuk  membeli  gurita,  membeli  baju  untuk anak-anak.  Sudah  disiapkan  sebelumnya.
Untuk  membayar  bidan.  Tapi  saya  sudah persiapkan sebelumnya.
“Cukup  Kak  karna  di  Hotel  makanan  dong enak-enak  trus  bergizi  ko  beta  yang  masak
sandiri  jadi  beta  tau.  Mau  makan  daging, sayur,  buah-buahan  ju  ada  Kak.  Lengkap.”
63 RP01 Mencukupi Kak karena di Hotel makanannya
enak  dan  bergizi  karena  saya  yang  masak sendiri  sehingga  saya  tau.  Makan  daging,
sayur, buah-buahan juga ada Kak. Lengkap.
Apabila  suami  dari  ibu  SL  memiliki  masalah ditempat  kerja ataupun  suaminya  mabuk,  maka  ibu  SL
menjadi  tempat  pelampiasan  amarah  suaminya.  Selain itu,  ibu  SL  yang  mulai  emosi  karena  ulah  suami  akan
melakukan perlawanan. Hal ini yang menjadi penyebab kekerasan yang dialami oleh ibu SL seperti pernyataan
yang diungkapkan oleh ibu SL berikut ini:
“Itu  biasa  kalo  su  mabok  ato  ada  masalah  di tempat kerja, baru dia foe.” 14 RP01
Biasanya kalau dia mabuk atau ada masalah ditempat kerja, barulah dia bereaksi.
“Awalnya itu beta diam-diam sa Kak. Ma lam- lama  ju  beta  naek  darah  e,  sapa  yang  sonde
emosi kalo orang ada hamil na lu maen puku- puku  sang  beta.  Kalo  dia  puku  beta  bagitu,
beta ju balas puku na. Beta pung mama-deng
90
bapa  sa  jarang  puku  beta  ma  lu  mau  naek tangan sang beta.” 18 RP01
Awalnya  saya  hanya  diam-diam  saja  Kak. Tapi  lama-kelamaan  saya  juga  emosi.  Siapa
yang  tidak  emosi  kalau  orang  sedang  hamil besar  terus  kamu  memukul  saya.  Kalau  dia
memukul  saya,  saya  juga  membalas.  Mama dan  Papa  saya  saja  jarang  sekali  memukul
saya tapi kamu mau memukuli saya.
Dampak  kekerasan  dalam  rumah  tangga  yang dialami  ibu  SL  saat  ia  hamil  yaitu  stres  dan  tertekan.
Selain  itu pola tidur  juga  terganggu  karena  memikirkan masalah yang ia hadapi di tambah lagi beban pekerjaan
yang diterimanya karena harus bangun lebih awal untuk bekerja  seperti  yang  diungkapkan  pada  pernyataan
berikut ini:
“Beta  stres  Kaka,  sangat  tertekan,  ma  beta coba  kuat  sa  demi  ini  anak  dong.  Dia  kalo
pukul  ni  beta  pung  perasaan  sonde  enak. Sangat  tapukul.  Kenapa  ko  dia  harus  pukul
beta saat beta ada hamil, dia sadar ko sonde deng  apa  yang  dia  buat.  Beta  selalu  sa  pikir
bagitu.  Sonde  di  rumah,  sonde  di  Hotel  beta pikiran Kak.” 57 RP01
Saya  stres  Kak,  sangat  tertekan  tetapi  saya mencoba  untuk  tetap  kuat  demi  anak-anak.
Apabila  dia  memukuli  saya,  perasaan  saya tidak enak. Sangat terpukul. Kenapa dia harus
memukul  saya  saat  saya  sedang  hamil,  dia sadar  atau  tidak  dengan  perbuatannya.  Saya
selalu  berpikir  begitu,  di  rumah  atau  di  hotel saya kepikiran.
“Beta  sonde  bisa  tidur  memang  apalagi  di Hotel  yang  ampi-ampir  siang  dong  su  kas
bangun.  Itu  yang  malah  bikin  beta  tambah stres lai.” 58 RP01
Saya  tidak  bisa  tidur.  Apalagi  di  Hotel,  saya dibangunkan  pagi-pagi  buta.  Hal  itu  yang
malah membuat saya makin stres.
91 Respon  yang  diberikan  oleh  ibu  SL  apabila
mendapatkan  kekerasan  yaitu,  ia  hanya  menangis karena  ditinggal pergi oleh  suaminya.  Selain  itu  ibu  SL
juga  akan  berlaku  kasar  terhadap  suami  apabila emosinya sedang naik sebagai bentuk perlindungan diri
terhadap perilaku kasar yang dilakukan oleh suami.
“...Beta  langsung  bilang,  ko  orang  omong bae-bae  ju  lu  marah  ni.  Trus  dia  langsung
sambung beta, dia bamaki beta ni Kak. Karna beta  su  mulai  emosi  ni  Kak  beta  langsung
maki  balek  sang  dia  su  ma.  Langsung  dia jalan  dari  sana,  langsung  papoko  sang  beta
ni. Langsung dia bangun jalan. Beta langsung manangis su ma Kak.” 12 RP01
Saya  langsung  menjawab,  saya  bicara  baik- baik  tapi  kamu  marah.  Terus  dia  langsung
menyambung  perkataan  saya,  dia  juga memaki saya. Karena saya mulai emosi, saya
langsung memaki dia. Setelah itu dia berjalan ke  arah  saya  dan  memukuli  saya.  Kemudian
dia pergi. Saya pun langsung menangis. “...Kalo  dia  puku  beta  bagitu,  beta  ju  balas
puku na... 18 RP03 Kalau  dia  memukuli  saya,  saya  juga
membalas.
Berbagai  solusi  telah  dilakukan  oleh  ibu  SL diantaranya  ibu  SL  pernah  menegur  suami  untuk  tidak
berbuat  kasar  terhadapnya.  Selain  itu,  ibu  SL  juga melaporkan masalah ini kepada orang tua atau keluarga
agar  mereka  memberikan  nasehat  kepada  suaminya namun  nasehat  yang  diberikan  oleh  keluarga  selalu
92 diabaikan  oleh  suaminya,  bahkan  suami  mengancam
untuk melakukan
pembunuhan  apabila ibu
SL melaporkan  masalah  tersebut  kepada  keluarga  atau
orang  lain.  Solusi  terakhir  yang  diambil  yaitu  ibu  SL kembali  ke  rumah  orang  tuanya  agar  mendapat
perlindungan dari  keluarga  dan  bertahan hidup dengan bantuan  orang  tua  dan  keluarga.  Berikut  pernyataan
yang mendukung informasi tersebut:
“Su ulang-ulang Kak, ma dia son sadar-sadar ju. Beta su kasih tau katong pung mama deng
bapa ko togor dia ma sama sa, pulang sampe rumah  dia  malah  pukul  sam  beta.  Dia  bilang
lu  talalu  balapor  mau  mati.  Dia  bilang  kalo  lu lapor ulang lai artinya lu salamat su dar beta.”
15 RP01 Sudah  berulang  kali  tapi  dia  tidak  pernah
sadar. Saya pernah memberitahukan masalah ini    ke  ayah  dan  ibu  supaya  dia  ditegur  tapi
sama saja, sesampainya di rumah, dia malah memukul  saya.  Dia  bilang,  apabila  saya
melaporkan masalah ini lagi, dia tidak segan- segan untuk membunuh saya.
“Itu artinya dia mau puku kas mati sang beta.” 16 RP01
Itu artinya dia akan membunuh saya “Beta  su  bilang  to  Kak,  kalo  dia  sonde  akan
dengar memang, sampe beta su talalu jengkel ko  ini  beta  pulang  pi  mama  dong  pung
rumah.” 26 RP01 Saya  kan  sudah  bilang  kalau  dia  tidak  akan
mendengarkan  teguran  saya,  sampai  saya terlalu  jengkel  sehingga  saya  kembali  ke
rumah mama.
93
4.  Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak V
Anak V merupakan anak kedua dari ibu SL. Anak V berjenis  kelamin  perempuan  dan  saat  ini  berusia  2  tahun.
Menurut informasi yang diberikan oleh ibu SL ketika peneliti melakukan  pengkajian,  anak  V  dapat  menggerakan  kepala
dengan mandiri, memalingkan wajah secara perlahan ke kiri atau  ke  kanan,  serta  dapat  menundukkan  kepala  ketika
berusia  1  bulan.  Anak  V  duduk  tanpa  dukungan  ketika berusia  5  bulan.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  anak  mampu
duduk  tanpa  dipegang  ataupun  tanpa  bantal  untuk bersandar. Ibu SL mengatakan bahwa ketika bermain, anak
V lebih memilih untuk duduk sendiri sambil memainkan alat permainannya.  Anak  V  dapat  berjalan  secara  mandiri  pada
usia  11  bulan.  Ia  berjalan  sendiri  tanpa  ada  bantuan  dari orang  tua  ataupun  berpegang  pada  kursi  dan  meja  untuk
berjalan. Pada  usia  1  tahun  2  bulan,  anak  V  mengeluarkan
kata-kata  pertama  seperti  memanggil  “ma-ma”,  “pa-pa”  dan “o-ma”.  Anak  V  dapat  berbicara  karena  rangsangan  yang
diberikan  oleh  orang  tuanya.  Saat  ini,  anak  V  sudah  dapat melakukan  interaksi  dengan  teman  sebayannya.  Interaksi
yang  dilakukan  oleh  anak  V  seperti  memanggil  nama temannya,  merespon  ucapan  dari  teman  sepermainannya
94 seperti  mengambilkan  alat  permainan  maupun  meminta
temannya untuk mengambilakan alat permainan. Secara umum, anak V mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa  yang  sudah  akrab  dengannya.  Interaksi  yang dilakukan  seperti  mengikuti  perintah  orang  tua,  menjawab
pertanyaan yang diberikan ataupun meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun anak V menarik diri ketika
berbicara  dengan  orang  yang  baru  dikenalnya.  Bentuk penarikan  yang  dilakukan  seperti  bersembunyi  di  belakang
ibunya  ketika  peneliti  hendak  berkenalan  dengannya.  Anak V  tidak merespon perkenalan yang peneliti lakukan seperti
tidak  menyalami  peneliti  ataupun  menyebutkan  namanya. Untuk  mendekati  anak  V,  peneliti  harus  datang  ke  rumah
riset  partisipan  sebanyak  3  kali  barulah  anak  V  dapat berkomunikasi  dengan  peneliti  walaupun  awalnya  anak  V
malu-malu.  Menurut  Ny.  SL,  anaknya  tidak  dapat berkomunikasi  dengan  orang  yang  baru  dikenalnya  karena
orang tua membatasi anak V dalam bergaul atau berkenalan dengan orang baru.
Dari  hasil  pengamatan  yang  dilakukan  oleh  peneliti selama  kurang  lebih  30  menit  terhadap  aktivitas  bermain
yang  dilakukan  oleh  anak  V,  didapati  anak  V  dan  teman- temannya
sedang bermain
masak-masak. Anak
V
95 merapikan peralatan masak yang suasananya mereka buat
seperti  dapur.  Ia  dan  temannya  yang  bernama  Y  mengiris dedaunan dengan  menggunakan  pisau  mainan. Setelah  itu
anak  V  menghidupkan  kompor  mainan  tersebut  dan memasak  daun-daun  yang  telah  mereka  iris.  Anak  V  dan
temannya  Y  berbicara  seolah-olah  mereka  berdua  sedang memasak  di  dapur  sungguhan.  Anak  V  mengatakan  “Y,
tolong  ambil  kasih  beta  garam  dolo...”  anak  V  menyuruh temannya sambil mengaduk sayur yang ada di dalam wajan
mainan.  Setelah  keduanya  selesai  masak,  sayur  yang mereka  buat  kemudian  dihidangkan  di  piring  mainanan.
Anak  V  dan  Y  kemudian  berjalan  ke  ruang  tengah  yang mereka  anggap  sebagai  ruang  tidur  untuk  menyuapi
boneka. Anak V menyuapi boneka yang dia anggap sebagai adik  perempuannya.  Anak  V  berkata  “Lala  makan  banyak
e... biar cepat besar”. Y pun melakukan hal yang sama. Anak V bermain secara berkelompok dengan teman-
temannya.  Biasanya  Anak  V  melakukan  kegiatan  bermain bersama S, P, Y   E. Mereka melakukan aktivitas bermain
dengan  pengawasan  dari  orang  tua  untuk  mencegah mereka  agar  tidak  melakukan  hal-hal  yang  tidak  diinginkan
seperti berkelahi ataupun bermain di luar rumah.
96
5.  Status Gizi dan Status Kesehatan Anak V Dalam  menilai  status  gizi,  peneliti  menggunakan
pengukuran  antropometri  yakni  umur,  berat  badan,  dan tinggi  badan  untuk  menentukan  status  gizi  anak.  Hasil
penimbangan  ditemukan  bahwa  anak  V  memiliki  berat badan 12,5 kg dan tinggi badan 58,5 cm. Peneliti kemudian
menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005.
Tabel. 4.5 Status Gizi Anak V Berdasarkan Standar WHO 2005
Indeks Z-Score
Kategori Status Gizi
BBU - 2 SD sd 2 SD
Gizi baik TBU
- 2 SD sd 2 SD Normal
BBTB - 2 SD sd 2 SD
Normal
Tabel  4.5  menunjukkan  kategori  status  gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur BBU, anak
V berada pada status baik dengan nilai Z-Score -2 SD sd 2 SD.  Sementara  itu, nilai  Z-Score  untuk  indeks tinggi  badan
menurut  umur  TBU  menunjukkan  bahwa  anak  V  berada pada    status  tinggi  badan  normal  sedangkan  untuk  indeks
berat  badan  menurut  tinggi  badan  BBTB  menunjukkan bahwa anak V berada pada status berat badan normal.
Sementara  itu,  jumlah  angka  kecukupan  gizi  yang dikonsumsi  oleh  anak  V  yakni  1.302  Kkal    dan  tingkat
97 kecukupan  energi  sebesar  104  sedangkan  untuk  angka
kecukupan  gizi  protein  yaitu  24  mg  dan  tingkat  kecukupan protein  adalah  104  .  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  tingkat
konsumsi  energi  dan  protein  anak  V  berada dalam  rentang tingkat konsumsi baik.
Status  kesehatan  anak  V  dilihat  dari  jenis  keluhan sakit,  upaya  pencarian  layanan  kesehatan,  imunisasi  dan
perilaku  kebersihan.  Untuk  jenis  keluhan  sakit,  ibu  SL mengatakan bahwa anak V jarang menderita sakit. Terakhir
kali  anak  V  terkena  sakit  yaitu  ketika  ia  berusia  1  tahun  6 bulan.  Pada  saat  itu  anak  V  menderita  demam,  batuk  dan
pilek. Frekuensi kejadian sakit yang ia alami yaitu 2 minggu sekali.  Hal  ini  diakibatkan  karena  anak  V  terinfeksi  dari
keluarga  yang  menderita  penyakit  tersebut.  Ibu  SL mengatakan  bahwa  anak  V  mudah  terinfeksi  karena  lahir
prematur  sehingga  tubuhnya  masih  harus  menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Tindakan  yang  pertama  kali  dilakukan  apabila  anak V  sakit  yaitu  memanfaatkan  layanan  kesehatan.  Layanan
kesehatan yang dimaksudkan adalah mengunjungi ibu bidan untuk  mengambil  obat  sesuai  dengan  jenis  penyakit  yang
diderita.
98 Ibu
SL mengatakan
bahwa anak
V telah
mendapatkan  5  imunisasi  dasar  yaitu  Hepatitis-B,  BCG, DPT, Polio dan Campak dari Posyandu di wilayah setempat.
Dalam  hal  menjaga  kebersihan,  ibu SL  mengatakan bahwa  anak  V  mandi  dua  kali  sehari.    Apabila  suhu  udara
terlalu dingin, maka ibu SL hanya memandikan anak V pada pagi hari dan pada sore harinya anak V hanya dilap dengan
menggunakan handuk basah. Selain itu ibu SL mengatakan bahwa  anak  V  diharuskan  untuk  mencuci  tangan  sebelum
dan  sesudah  makan,  ataupun  mencuci  tangan  setelah bermain di luar rumah.
6.  Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak V
Dari  hasil  pengamatan  yang  peneliti  lakukan sebelum  melakukan  pemeriksaan  DDST  II  pada  anak  V,
peneliti  melihat  bahwa  terjadi  interaksi  yang  dilakukan  oleh anak  V  dan  keluarganya.  Interaksi  yang  dilakukan  yaitu
anak  V  bertanya  pada  ibunya  menggunakan  kalimat  yang jelas  dan  dapat  dimengerti  oleh  lawan  bicara  Seperti
“Mama,  nenek  pergi  kemana?”.  Ketika  ibunya  menjawab pertanyaan  yang  anak  V  berikan  maka  anak  V  tersenyum
dan mengangguk
dalam merespon
jawaban atau
pernyataan  yang  diberikan  oleh  ibunya.  Apabila  jawaban
99 atau  pernyataan  yang  diberikan  oleh  ibunya  kurang
dimengerti maka anak V akan menanyakan kembali maksud dari  perkataan  ibunya  tersebut.  Pada  saat  peneliti  hendak
melakukan  komunikasi,  terjadi  penolakan  karena  anak  V memilki  sifat  yang pemalu.  Hal  ini  dibuktikan  ketika  peneliti
menanyakan  nama  dan  hendak  berjabatan  tangan  dengan anak V, dia hanya diam kemudian berlari dan bersembunyi
di belakang ibunya. Ibu SL  mengatakan bahwa anak V sulit untuk  dekat  dengan  orang  yang  baru  dia  kenal  hal  ini
diakibatkan karena setiap harinya anak V hanya bermain di dalam  rumah  ataupun  di  teras  depan  rumah.  Selain  itu,
orang tua mengatakan bahwa anak V jarang dibawa keluar untuk  sekedar  jalan-jalan  di  lingkungan  tempat  mereka
tinggal.  Dalam  melakukan  pemeriksaan  DDST  II,  peneliti harus  mengunjungi  tempat  tinggal  responden  sekitar  3  kali
untuk  menyapa  anak  V.  Setiap  harinya  peneliti  datang  ke rumah  responden  untuk  sekedar  menyapa  namanya,
menanyakan  aktivitas  yang  dia  lakukan,  membawakan  alat permainan  ataupun  mengikuti  kegiatan  bermain  yang  ia
lakukan sampai anak V berbicara dengan peneliti. Hasil  pemeriksaan  DDST  II  menunjukkan  bahwa
anak  V  mengalami  keterlambatan  perkembangan  karena
100 terdapat 2 item peringatan dan 2 item terlambat dari 36 item
yang diperiksa. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Pemeriksaan DDST II Pada Anak V SEKTOR
RESPON ANAK HASIL TES
Personal sosial   Anak  belum
bisa  memakai T-Shirt
  Anak dapat
menyebutkan nama teman
  Anak dapat
mencuci  dan mengeringkan
tangan   Anak
dapat mengosok
gigi dengan
bantuan   Anak  belum
bisa  memakai baju
  Anak dapat
menyuapi boneka
  Anak dapat
Membuka pakaian
dengan bantuan
orang tua
  Anak dapat
menggunakan sendok  atau
garpu Terdapat  5  item  yang
lulus  dan  3  item  yang gagal  dari  8  item  yang
diperiksa  pada  sektor personal sosial.
Hasil
penilaian per
item: 1.  Lebih: 0
2.  OKnormal: 1 3.  Peringatan: 1
4.  Terlambat: 1 5.  NO  tidak  ada
kesempatan: 0
Selengkapanya dapat dilihat pada lampiran
Motorik halus   Anak
dapat menyusun
menara dari
kubus 2
kubus, 4
kubus,  dan  6 kubus
  Anak tidak
Terdapat  1  item  yang gagal  dan  5  item  yang
lulus  dari  6  item  yang diperiksa.
Hasil
penilaian per
item:
101 dapat  meniru
garis vertikal   Anak
dapat mengambil
manik-manik yang
ditunjukkan 1.  Lebih: 0
2.  OKnormal: 1 3.  Peringatan: 0
4.  Terlambat: 0 5.  NO  tidak  ada
kesempatan: 0 Bahasa
  Bicara  semua dimengerti
  Anak dapat
mengetahui  2 kegiatan  yang
dilakukan   Anak
dapat menyebut
4 gambar
  Bicara dengan
dimengerti   Anak
tidak dapat
menunjuk 4
gambar   Anak
dapat menyebutkan
6 bagian
tubuh  dengan bantuan
orang tua   Anak
tidak dapat
menyebut 1
gambar   Anak
dapat melakukan
kombinasi kata
Terdapat  3  item  yang gagal, 5 item yang lulus
dari 8
item yang
diperiksa  pada  sektor bahasa.
Hasil penilaian
per item:
1.  Lebih: 0 2.  OKnormal: 1
3.  Peringatan: 1 4.  Terlambat: 1
5.  NO  tidak  ada
kesempatan: 0
102 Motorik kasar
  Anak  mampu berdiri
dengan 1 kaki dalam  waktu
1 detik
  Anak  dapat melakukan
loncat jauh   Anak  dapat
melempar bola ke atas
  Anak  dapat melompat
  Anak  dapat menendang
bola ke depan   Anak  dapat
melakukan aktivitas  naik
tangga Anak
mampu melakukan
6 yang
diperiksa  pada  sektor motorik kasar.
Hasil penilaian
per item:
1.  Lebih: 0 2.  OKnormal: 0
3.  Peringatan: 0 4.  Terlambat: 0
5.  NO  tidak  ada
kesempatan: 0
Hasil  pemeriksaan  pada  sektor  personal  sosial menunjukkan  anak  V  belum  mampu  melakukan  beberapa
item  seperti  memakai  T-shirt,  memakai  baju,  ataupun membuka  pakaian.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  anak  V
belum  mampu  memenuhi  kebutuhan  dasarnya  secara mandiri. Informasi dari orang tua menyebutkan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, anak V meminta ibu, nenek atau tantenya untuk memakaikan T-shirt, memakaikan baju,
membuka pakaian,
memandikan anak
V ataupun
menggosok giginya
padahal orang
tua sudah
mengajarkannya. Kegagalan anak V dalam memakai T-shirt
103 dianggap  normal  karena  masih  ada  rentang  usia  untuk
belajar. Untuk  sektor  motorik  halus,  anak  V  belum  mampu
melakukan  kegiatan  menggambar  ataupun  menulis  hal  ini dibuktikan  dengan  anak  V  gagal  melakukan  satu  item
pemeriksaan  yaitu  meniru  garis  vertikal.  Anak  V  hanya mencoret-coret kertas yang diberikan oleh peneliti walaupun
peneliti  sudah  memberikan  instruksi  untuk  meniru  garis vertikal  tersebut.  Salah  satu  penyebab  kegagalan  ini  yaitu
orang  tua  belum  mengajarkan  kepada  anak  untuk menggambar  ataupun  menulis.  Orang  tua  mengangap
bahwa  saat  ini,  anak  V  masih  dalam  tahap  bermain  dan belum  waktunya  untuk  belajar.  Kegagalan  pada  item  ini
dianggap  normal  karena  masih  ada  rentang  usia  untuk belajar.  Di  sektor  ini,  anak  V  berhasil  melakukan  item
membuat  menara  dari  2,  4,  dan  6  kubus  serta  anak  V mampu  mengambil  manik-manik  yang  ditunjukkan  oleh
peneliti. Dari  percakapan  yang  dilakukan  antara  peneliti  dan
anak  V  didapati  bahwa  anak  V  mengalami  kesulitan berbicara  dengan  orang  yang  baru  ia  kenal.  Anak  V
mengeluarkan  kalimat  yang  sering  membuat  peneliti  tidak mengerti  maksud  dari  ucapan  tersebut.  Apabila  ia
104 berkomunikasi  dengan  orang  yang  sudah  ia  kenal  maka
setiap  kata  yang  dia  ucapkan  jelas  dan  dapat  dimengerti oleh  lawan  bicara.  Ketika  peneliti  memberikan  instruksi
untuk melakukan suatu tindakan, maka anak V mengerti dan memahami maksud dari instruksi tersebut sehingga anak V
melakukan  apa  yang  diinstruksikan  oleh  peneliti  seperti menyebutkan gambar,  menyusun  kubus  ataupun  melempar
bola.  Kegagalan  anak  V  dalam  berbicara  dengan  kalimat yang  dapat  dimengerti  merupakan  hal  yang  normal  karena
masih  ada  rentang  usia  untuk  belajar.  Selain  mengalami kegagalan  dalam  berbicara,  anak  V  juga  mengalami
kegagalan  dalam  menunjuk  4  gambar  dan  menyebutkan  6 bagian  badan.  Pada  sektor  bahasa,  anak  V  mampu
mengetahui  kegiatan  yang  ia  lakukan,  menyebutkan  4 gambar dan menggunakan kombinasi kata dalam berbicara.
Anak  V  mampu  melakukan  gerakan  motorik  kasar dengan  baik.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  anak  V  mampu
melakukan  semua  item  yang  diujikan  pada  sektor  motorik kasar  seperti  berjalan  naik  tangga,  menendang  bola  ke
depan,  melompat,  melempar  bola  ke  atas,  loncat  jauh  dan berdiri dengan satu kaki.
105
7.  Kajian Faktor-Faktor
Lain yang
Memengaruhi Perkembangan Anak V
a.  Faktor Fisik Faktor fisik  yang memengaruhi perkembangan anak