Faktor Fisik Faktor fisik yang memengaruhi perkembangan anak KDRT Yang Dialami Ibu NN Selama Kehamilan Ketiga

105

7. Kajian Faktor-Faktor

Lain yang Memengaruhi Perkembangan Anak V

a. Faktor Fisik Faktor fisik yang memengaruhi perkembangan anak

dilihat dari cuaca, musim, keadaan geografis dan sanitasi lingkungan tempat tinggal. Berkaitan dengan cuaca, musim dan keadaan geografis, ibu SL mengatakan bahwa walaupun cuaca dan musim yang selalu berubah namun anak V dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Kota SoE yang memiliki cuaca dingin antara bulan Juni-September tidak mengganggu kesehatan anak V. Dari keterangan yang diberikan oleh orang tua walaupun dingin, pada malam hari anak V dapat tidur dengan baik. Untuk sanitasi lingkungan tempat tinggal, rumah ibu SL adalah rumah permanen berdinding tembok beratapkan seng dan lantai terbuat dari semen. Terdapat pintu dan beberapa jendela sehingga udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah dengan baik. Rumah dihuni oleh 6 orang anggota keluarga sehingga aktivitas di dalam rumah dapat dilakukan dengan baik. Lingkungan rumah ibu SL tampak bersih. Tidak ada sampah di halaman rumah, terdapat selokan disamping rumah yang membantu agar tidak terjadi 106 genangan air saat musim hujan. Bagian dalam rumah tampak bersih dan rapi. Tidak ada debu atau pun sampah yang mengotori bagian dalam rumah. Walaupun keadaan lingkungan yang bersih namun jalanan yang berdebu mengakibatkan banyak debu yang berterbangan di depan rumah apabila ada kendaraan roda empat yang melewati jalan di depan rumah ibu SL. Informasi yang diberikan oleh ibu SL bahwa keadaan tersebut tidak menggangu aktivitas keluarga dalam hal ini tidak menganggu kesehatan keluarga. Mereka mensiasati hal tersebut dengan menyiram bagian jalan yang berdebu setiap pagi dan siang. Hal tersebut sangat membantu mengatasi masalah debu yang berterbangan di depan rumah ibu SL.

b. Faktor Psikososial

Faktor psikososial yang memengaruhi anak dilihat dari stimulasi yang diberikan orang tua, motivasi belajar, pujian atau hukuman, cinta dan kasih sayang dari orang tua, serta hubungan interpersonal anak dengan keluarga. Faktor stimulasi dilihat dari penyediaan alat bermain, sosialisasi anak dan keterlibatan anggota keluarga. Untuk penyediaan alat bermain, anak V diberikan alat permainan sesuai dengan umur dan tahap perkembangannya. Anak V 107 diberikan mainan berupa boneka dan alat permainan masak-memasak. Orang tua tidak memberikan alat permainan yang dapat membantu anak V dalam usia prasekolahnya seperti tidak tersedianya gambar-gambar binatang, bunga, untuk membantu anak V dalam mengenali lingkungannya. Tidak tersedianya alat permainan seperti angka dan aljabar mengakibatkan anak V sulit mengenali huruf dan angka. Ibu SL mengatakan bahwa ia tidak menyediakan alat permainan tersebut karena anak V masih ingin bermain dan belum berkeinginan untuk belajar. Anak V mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang yang baru ia kenal. Anak V merasa malu apabila didekati oleh orang baru sehingga untuk berkomunikasi dengan anak V diperlukan pendekatan yang cukup lama. Ibu SL mengatakan bahwa hal ini diakibatkan karena keluarga tidak memberikan kesempatan untuk anak V dalam bersosialisasi dengan tetangga sehingga anak V hanya akrab dengan orang-orang yang sudah ia kenal. Interaksi yang dilakukan oleh anak V dengan teman sebaya sangat baik dibuktikan dengan anak V mampu berkomunikasi dengan teman-temannya seperti memanggil nama teman, meminta bantuan kepada teman untuk mengambilkan sesuatu atau mendengarkan perkataan yang 108 diucapkan oleh teman-temannya, hal terjadi ini karena anak V sudah akrab dengan teman sepermainannya. Anggota keluarga seperti ibu, nenek dan tante berperan baik dalam kelangsungan hidup anak V. Orang tua berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan dasar anak V seperti mandi dan makan, hal ini dikarenakan anak V masih belum mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Selain memberikan bantuan, Ibu SL mengatakan bahwa keluarga juga mengajarkan anak V untuk berpakaian, mandi dan makan agar anak V terbiasa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Motivasi belajar dilihat dari lingkungan belajar dan penyediaan alat permainan edukatif. Lingkungan belajar anak V tenang, aman dan nyaman. Selain itu, kehadiran kakak sulungnya dapat menjadi teman belajar yang baik, namun karena faktor usia, orang tua belum memberikan waktu untuk belajar bersama-sama dengan anak V. Selain itu, orang tua tidak menyediakan alat permainan edukatif seperti gambar-gambar hewan, puzzle sehingga anak V mengalami kesulitan dalam menyebutkan nama hewan, warna, menyusun kubus, dan berhitung. Untuk pujian atau hukuman dari orang tua, ibu SL mengatakan bahwa seperti anak pada umumnya, apabila 109 anak V melakukan sesuatu yang dianggap baik seperti menyikat gigi sebelum makan, mencuci tangan sebelum makan, menghabiskan makanan satu piring, ataupun berpakaian rapi maka anak V mendapat pujian dan ciuman dari keluarganya. Selain itu, anak V juga mendapatkan hadiah berupa baju baru, alat permainan ataupun makanan ringan apabila anak V mengikuti perintah orang tuanya. Sedangkan apabila anak V berbuat salah seperti tidak mendengarkan perintah oarng tua maka hukuman yang didapat oleh anak V yaitu dimarahi bahkan tidak jarang mendapatkan pukulan dari ibunya. Untuk cinta dan kasih sayang, anak V mendapatkan cinta dan kasih serta perlakuan adil dari ibu, nenek, om dan tantenya. Perlakuan adil yang diberikan oleh orang tua yaitu tidak membeda-bedakan anak V dengan kakaknya ataupun menyediakan kebutuhan yang sama antara anak V dengan kakaknya. Di dalam anggota keluarga, anak V dekat dengan seluruh anggota keluarga namun ia lebih dekat dengan ibu kandung dan neneknya. 110

4.2.2. Kasus II : KDRT Pada Kehamilan Ketiga 1. Identitas Umum Ibu NN

Ibu NN berusia 34 tahun dan beragama Kristen Protestan. Ia berasal dari suku Amanatun dan saat ini tinggal di Desa Nobi Nobi, Kecamatan Amanuban Tengah. Ibu NN merupakan anak keempat dari lima orang bersaudara. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan. Sejak lahir, ia dan keempat orang saudaranya dibesarkan di Desa Nobi Nobi oleh kedua orang tua mereka. Ayah dari ibu NN merupakan pensiunan PNS sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu NN mengatakan bahwa sebagian besar dari keluarganya berprofesi sebagai PNS dan salah satu diantaranya merupakan dosen disalah satu universitas negeri di Kota Kupang. Ibu NN mengatakan bahwa ia dan saudara- saudaranya dididik dengan keras oleh ayah dan ibu mereka. Walaupun ayah dan ibu sangat menyayangi mereka, jika mereka melakukan kesalahan, tidak peduli sekecil apapun keselahan itu, mereka akan dimarahi bahkan dipukuli. Keluarga ibu NN merupakan keluarga mampu dan berpendidikan. Semua anggota keluarga berhasil 111 menamatkan diri dari sekolah menengah atas dan tiga diantara saudaranya berhasil meraih gelar sarjana. Ibu NN sendiri menamatkan pendidikan sekolah dasarnya di SD Inpres Ekpulen. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan di SMP Nobi Nobi. Setelah menamatkan diri dari sekolah menengah tingkat pertama, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah menengah kejuruan SMKK di Kota Kupang. Ibu NN mengatakan bahwa selama hidupnya, ia tidak pernah mengikuti kursus ataupun pendidikan di luar sekolah. Setelah menamatkan diri di sekolah menengah kejuruan, ibu NN kemudian bekerja sebagai penjahit. Pada awalnya, ia bekerja pada seorang penjahit senior di Pasar Inpres SoE. Setelah mendapatkan pengalaman yang cukup, ibu NN kemudian memutuskan untuk membuka usaha jahit secara mandiri di rumahnya. Ibu NN menikah ketika ia berusia 22 tahun. Ia menikah dengan bapak YS yang berasal dari suku Amanuban. Saat ini bapak YS berusia 37 tahun dan bekerja sebagai supir bus. Ibu NN dan bapak YS sudah menikah selama 13 tahun dan dikaruniai tiga orang anak. Anak sulungnya adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Anak keduanya adalah anak laki-laki berusia 8 tahun 112 sedangkan anak yang bungsunya adalah anak perempuan berusia 6 tahun. Ibu NN dan suaminya tergolong dalam keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas. Sebagai supir bus, bapak YS berpenghasilan ± Rp. 500.000–Rp. 1.000.000 per bulan. Sedangkan sebagai seorang penjahit, setiap bulannya ibu NN berpenghasilan ± Rp. 250.000–Rp. 500.000. Pemenuhan kebutuhan keluarga kerap kali dibantu oleh ibu dan saudara-saudaranya. Apalagi setelah berpisah dari bapak YS, kebutuhan ibu NN dan anak-anak sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Saat ini, ibu NN tidak lagi tinggal bersama suaminya. Ia tinggal bersama ibu, saudara perempuan dan ketiga orang anaknya. Ibu NN sudah tinggal bersama ibu kandungnya kurang lebih selama dua tahun. Ia mengambil keputusan ini karena merasa sangat menderita akibat perbuatan kasar dari suami ditambah lagi dengan masalah perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya. 113

2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu NN mengandung anak DS ketika berusia 27 tahun. Sebelumnya ibu NN pernah melahirkan dua orang anak. Selama kehamilan, ibu NN rutin melakukan kontrol kehamilan sebanyak tiga kali di bidan NWO. Pada saat kontrol kehamilan pertama, saat usia kehamilan 4 minggu, berat badan ibu NN adalah 34 Kg sedangkan berat badan ideal ibu NN pada trimester pertama adalah 40,6 kg. Hal ini berarti ibu NN memiliki berat badan yang kurang pada awal kehamilan. Selanjutnya pada kontrol kehamilan yang kedua, saat usia kehamilan 16 minggu, berat badan ibu NN adalah 40 kg sedangkan berat badan ideal ibu NN pada trimester kedua adalah 47,6 kg. Hal ini berarti ibu memiliki berat badan yang kurang pada trimester ke-2 kehamilannya. Pada saat kontrol kehamilan yang ketiga, saat usia kehamilan 30 minggu, berat badan ibu NN adalah 46 kg sedangkan berat badan ideal ibu NN pada trimester ketiga adalah 52 kg. Hal ini berarti ibu NN memiliki berat badan yang kurang pada trimester terakhir kehamilannya. Jika dilihat dari pola makan, ibu SL mengatakan bahwa setiap setiap harinya, dia makan sebanyak tiga kali yaitu makan pada pagi hari, siang dan malam hari. Pola makan ibu NN dapat dilihat pada tabel 4.7. 114 Tabel 4.7 Konsumsi Bahan Pangan Ibu NN Dalam 24 Jam Terakhir: Waktu Jenis Makanan URT Ukuran Rumah Tangga Jumlah Yang Dikonsumsi g Pagi Bubur 1 gls 100 g Siang Nasi Daging sapi Acar: ₋ Kacang panjang ₋ Wortel ₋ Ketimun ₋ Labu siam ₋ Kacang tanah kupas 1 prg 4 ptg 5 btg ¼ bh sdg ¼ bh sdg ¼ ptg 2 sdm 100 g 100 g 100 g 25 g 25 g 25 g 20 g Malam Nasi Kangkung 1 prg 10 btg 100 g 50 g Ket : Prg = piring, btr = butir, lbr = lembar, ptg = potong, btg = batang, g = gram Tabel 4.7 menunjukkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh ibu NN dalam 24 jam terakhir. Dalam satu hari, jenis makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu nasi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Pemenuhan kebutuhan vitamin dan serat diberikan dalam bentuk sayur- sayuran. Sedangkan untuk kebutuhan protein, dipenuhi dengan cara mengkonsumsi daging dan kacang-kacangan. Walaupun demikian, diasumsikan bahwa selama kehamilan, pola makan ibu NN dapat mengalami perubahan frekuensi maupun adanya konsumsi makanan tambahan seperti susu, biskuit ataupun suplemen. 115 Sementara itu, angka kecukupan gizi energi yang dikonsumsi oleh ibu NN yakni 1.047 Kkal dengan tingkat kecukupan gizi energi sebesar 58, sedangkan untuk angka kecukupan gizi protein yaitu 58 mg dengan tingkat kecukupan gizi protein adalah 116. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tingkat konsumsi gizi energi, ibu NN berada dalam rentang konsumsi buruk, sedangkan untuk tingkat konsumsi gizi protein, ibu NN berada dalam rentang tingkat konsumsi baik. Status kesehatan, dilihat dari jenis keluhan sakit yang dirasakan oleh ibu NN selama hamil. Pada saat mengandung anak DS, saat kehamilannya mencapai usia 7 bulan, setiap bangun dari tidur, ibu NN mengalami kesulitan dalam menggerakan anggota tubuh. Ibu NN tidak mengetahui penyebab pasti dari penyakit yang ia derita. Ibu NN menduga hal ini terjadi karena proses fisiologis tubuh yang mengalami perubahan selama masa kehamilannya. Ibu NN juga mengatakan bahwa selama kehamilan pertama dan keduanya, ia juga merasakan hal yang sama. Tindakan yang pertama kali ia lakukan untuk mengurangi sakit yaitu melakukan pijatan di daerah anggota gerak yang sakit agar otot-otot rileks sehingga ibu NN bisa bangun dari tidurnya. Ibu NN mengatakan bahwa ia tidak pernah mengunjungi 116 fasilitas kesehatan untuk memeriksakan penyakit yang ia derita karena sakit yang ia rasakan dapat teratasi setelah dilakukan pemijatan. Ibu NN melahirkan di rumah dan ditolong oleh bidan NWO. Ibu NN melahirkan secara normal dengan durasi persalinan kurang lebih 30 menit. Anak yang dilahirkan normal karena usia kehamilan 9 bulan 10 hari. Saat lahir, anak DS memiliki berat 3000 gr dengan panjang badan 50 cm. Anak DS lahir dalam keadaan sehat, dengan skor apgar 10 dan tidak ada anomali kongenital saat kelahiran. Anak DS dirawat selama 40 hari di dalam rumah sebelum ia dibawa keluar oleh ibunya.

3. Deskripsi Kasus KDRT pada Ibu NN a. Kejadian KDRT Yang Membekas Di Hati Ibu NN

Kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang sangat membekas di hati ibu NN yaitu ketika ia dipaksa oleh suami menggugurkan kehamilan ketiganya. Kejadian itu terjadi ketika kehamilan ibu NN menginjak usia dua bulan. Saat itu, bapak YS yang awalnya tidak mengetahui perihal kehamilan istrinya, akhirnya mengetahui bahwa ibu NN sedang mengandung anak 117 ketiga mereka. Karena merasa anak yang dikandung oleh istrinya tidak direncanakan, maka bapak YS berniat untuk menggugurkan kandungan ibu NN dengan alasan jarak anak yang terlalu dekat. Bapak YS pun mencari obat untuk menggugurkan kandungan istrinya tersebut. Obat atau ramuan yang bapak YS dapat merupakan sari nenas muda yang oleh masyarakat setempat dipercaya dapat menggugurkan kandungan yang usianya masih muda. Pada saat itu, ibu NN dipaksa oleh bapak YS untuk meminum ramuan tersebut. Ibu NN awalnya sempat menolak namun pada akhirnya ia hanya bisa menuruti perintah dari suaminya karena takut suaminya akan berlaku kasar. Setelah meminum ramuan tersebut, ibu NN tidak mengalami keguguran, namun janin yang ia kandung berkembang dengan baik sehingga ia rajin memeriksakan diri ke posyandu untuk mengetahui perkembangan janinnya. Ketika anak tersebut lahir dan menginjak usia dua bulan, bapak YS tidak menerima kelahiran anak tersebut. Bapak YS mengatakan bahwa anak tersebut bukan darah dagingnya. Hal ini membuat ibu NN hanya bisa menangis dan pasrah menerima perlakuan dari suaminya. Ia tidak berani berbuat banyak karena takut bapak YS akan 118 bertindak kasar sehingga membahayakan keselamatan ibu, saudara dan anak-anaknya.

b. KDRT Yang Dialami Ibu NN Selama Kehamilan Ketiga

Kekerasan dalam rumah tangga dialami oleh ibu NN sejak kelahiran anak pertamanya. Kekerasan ini berlangsung sampai kehamilan ketiga. Pada saat mengandung anak ketiganya, ibu NN mendapatkan kekerasan dari suami berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, finansial dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan tersebut dialaminya mulai dari usia kehamilan dua bulan sampai usia tujuh bulan barulah suami berhenti melakukan tindakan kekerasan kepadanya. Kekerasan fisik yang dialami ibu NN yaitu ia dipukul, ditendang, dan dipotong menggunakan parang dilengan kanannya. Hal ini sesuai dengan ungkapan ibu NN dalam pernyataan berikut: “Ia memang dari saya pung anak yang pertama ini dia su lahir umur pokonya dia su mau dua tahun yang kelihatan dia pung ini jadi dia biasa pukul, ini...” 04 RP02 Ia memang, dari anak pertama saya lahir sampai umur dua tahun, dia sudah menunjukkan perilaku kasar jadi saya biasa dipukul. “Ia memang waktu hamil sang D.... ni saya dapat kekerasan. Sering dapa marah deng dapa pukul ju.” 05 RP02 119 Ia memang saat hamil anak DS, saya mendapat kekerasan. Saya sering dimarahi dan dipukul. “Itu sudah umur... Dari dua bulan tu dia ini su mulai pukul saya. Sampai umur enam atau tujuh bulan baru dia mau berhenti. Dia barenti ju karna dia sond deng kami lai.” 08 RP02 Itu sudah mencapai umur..... dari umur dua bulan, dia mulai memukuli saya. Sampai umur enam atau tujuh bulan baru dia berhenti. Dia berhenti karena tidak tinggal bersama kami lagi. “Pokonya dia pukul, tendang, kadang dia pakai parang pokoknya parang-parang tajam untuk mau kasih mati saya begitu...” 06 RP02 Pokoknya dia pukul, tendang, terkadang menggunakan parang, pokonya parang yang tajam untuk mencoba membunuh saya. Kekerasan psikis yang dialami ibu NN yaitu ia dipaksa untuk menggugurkan kandungannya yang berusia dua bulan. Selain mendapatkan ancaman, kekerasan psikis lain yang dialami yaitu ia dicaci maki oleh suaminya namun ibu NN hanya mendiamkan hal tersebut karena sifat ibu NN yang pendiam seperti pada pernyataan berikut: “Pokonya dia su suruh ko yang dua bulan itu, dia paksa ko, sempat dia suruh ko minum itu ramuan, saya minum juga tapi ini kandung dia tidak gugur, tambah berkembang jadi saya juga ke posyandu.” 77 RP02 Pokoknya pada saat umur kandungan mencapai dua bulan, dia memaksa saya untuk meminum ramuan tersebut. saya sempat meminumnya tapi kandungan saya tidak gugur malah lebih berkembang jadi saya pergi ke posyandu untuk memeriksakan diri. “Pokonya yang nama binatang tu selalu saja...” 29 RP02 Pokoknya nama binatang selalu saja 120 Kekerasan seksual juga dialami oleh ibu NN. Ia secara terpaksa melayani suami karena takut dimarah atau dipukul. Ibu NN tidak menolak permintaan suami karena takut dianggap berselingkuh dengan pria lain. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut: “Saya jujur deng adik, memang kadang ke saya tidak senang deng dia karena ke dia suka marah-marah ini tapi kalau ke katong sonde mau ikut dia pung keinginan kan nanti katong kena pukul kena ini jadi yah pokonya terpaksa begitu.” 37 RP02 Saya jujur terhadap adik, terkadang saya juga tidak senang karena dia sering marah-marah. Apabila saya tidak mengikuti keinginannya, maka saya akan dipukul. Jadi saya terpaksa. “Nah kadang ke katong menolak ke dia su marah bilang mungkin katong sonde mau deng dia karena mungkin katong, kan pernah begitu dia bilang mungkin saya ada pi selingkuh deng orang ko bagaimana ini, jadi kadang dia pukul ini sampai ini anak lahir ini dia tolak ini anak. Dia bilang ini bukan dia pung anak.” 39 RP02 Terkadang apabila saya menolak, dia langsung marah dan mengatakan bahwa saya berselingkuh dengan pria lain. Jadi dia memukul saya sampai anak ini lahir dia pun menolak anak ini. Dia mengatakan bahwa anak ini bukan anaknya. Penelantaran rumah tangga yang dialami oleh ibu NN yaitu suaminya berselingkuh dengan perempuan lain. Hal ini mengakibatkan Ibu NN dan ketiga anaknya mengalami kekerasan finansial karena suami hanya memberikan sebagian kecil dari penghasilannya untuk 121 menghidupi keluarga. Hal ini mengakibatkan Ibu NN harus bekerja sebagai tukang jahit untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. “...Na yang, yang awalnya tu katong kos di orang pung rumah, dan memang itu dia su deng ini dia sering bawa perempuan di rumah ini jadi kadang dia saya minta untuk saya musti ini pokoknya ke siap makan untuk yang dia bawa perempuan ini. Na kita rasa ke kurang enak, masak kita anggap dia suami baru di bawa perempuan lain mesra-mesra di kitong pung depan ini bikin kita ju kadang ini kecawa.” 10 RP02 Nah, awalnya kami tinggal di rumah pemondokan milik orang lain, dan saat itu dia sering membawa perempuan lain ke rumah ini, terkadang dia meminta saya menyiapkan makanan untuk perempuan yang dia bawa tersebut. Nah, saya merasa tidak enak, masak saya menganggap dia sebagai suami tetapi dia mesra-mesra dengan perempuan lain dihadapan saya. Saya merasa kecewa dengan sikapnya. “Pokoknya yang itu dia biasa kasih hanya mau bilang stengah ju kadang sonde sampe stengah ju.” 49 RP02 Pokoknya yang diberikan bisa dibilang setengahnya tetapi kadang-kadang yang diberikan tidak sampai setengahnya juga. Penyebab dari kekerasan yang dialami oleh ibu NN yaitu suami yang berselingkuh, kehamilan anak ketiga yang tidak direncanakan dan alasan suami yang mengatakan umur anak kedua dan ketiga yang berdekatan. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut: 122 “...dia kan suka main perempuan to selingkuh jadi yang perempuan-perempuan ini kadang kontak dia, sms apa lewat HP na kadang dia ini lupa ke hapus begitu, kek kadang ini anak-anak sendiri yang ke dapat baca begitu ini kadang yang ada ke dia foto sama-sama dengan itu perempuan-perempuan dia simpan di dia pu HP...” 16 RP02 ...dia suka main perempuan, dia selingkuh makanya perempuan-perempuan itu menghubungi dia, mengirim SMS lewat HP jadi kadang-kadang dia lupa menghapus pesan. Kadang-kadang anak-anak sendiri yang membaca pesan tersebut, terkadang ada fotonya dengan perempuan-perempuan yang disimpan di HP... “Na, dia dengan adik yang nomer dua yang laki-laki ni jarak ini dekat sa... apa, jadi waktu... memang ju itu katong berdosa ke katong sonde rencana untuk mau ini. Pikir sa yang anak yang dua orang tau-tau sudah hamil dia.” 69 RP02 Hm, dia anak DS dengan anak nomor dua yang laki-laki, jarak usianya dekat... jadi waktu itu... memang kami yang berdosa, kami tidak berencana untuk hamil. Kami mengira anak kami hanya dua orang saja, tiba-tiba hamil lagi. Dampak yang dirasakan ibu NN karena terjadinya kekerasan dalam rumah tangganya pada saat ia hamil adalah ibu NN mengalami luka memar di bagian badan, luka potong di bagian lengan, terdapat luka di area wajah dan kepala. Hal ini mengakibatkan Ibu NN merasa malu untuk keluar rumah dan merasa takut karena masalah yang ia hadapi. “Ada, memar tu ada. Pokonya kalo dia pukul begitu saya nanti biasa demam sampai satu minggu baru ini. Kadang badan dong ini, yang bekas-bekas itu ada. Jadi sekarang malu ko sonde keluar dari rumah.” 82 RP02 123 Memar sih ada. Pokonya saat dia memukuli saya, biasanya langsung demam selama satu minggu baru sembuh. Kadang sampai berbekas di badan. Jadi sekarang saya malu sehingga tidak keluar rumah. “Ia, ada. Memang saya pung perasaan ini tidak enak, bawaannya takut sa dengan saya punya masalah ini.” 90 RP02 Ia, ada. Memang perasaan saya tidak enak, bawaannya takut dengan masalah yang saya hadapi ini Respon yang diberikan ibu NN ketika mendapatkan perilaku kekerasan dari suaminya yaitu, ibu NN hanya memendam perasaannya saja, ia tidak pernah menceritakan kejadian yang ia alami kepada orang tua ataupun anggota keluarga lain. Selain itu, karena ibu NN dipukul, ditendang dan dikejar menggunakan parang maka ia melaporkan suaminya ke kantor polisi untuk meminta perlindungan dan melanjutkan masalah ini ke pengadilan dengan bantuan Sanggar Suara Perempuan Kab. TTS. Hal lain yang ia lakukan ketika perilaku suaminya sudah berlebihan dan membuat ibu NN marah yaitu ia tidak memberikan makanan kepada suaminya. “Saya pendam saja.” 98 RP02 Saya memendamnya saja. “Ia. Jadi terakhir saya ambil jalan pintas itu waktu malam tu dia pukul saya tendang ini sampai pakai parang kejar saya, saya lari ko telpon ke polisi, pi minta perlindungan trus keluarga semua su tau jadi kita langsung ke SSP disana. Jadi masalah berlanjut sampai ke pengandilan.” 20 RP02 124 Ia, jadi terakhir saya mengambil jalan pintas di malam waktu dia memukul saya, menendang dan mengejar saya menggunakan parang, saya melarikan diri dan menelpon polisi untuk meminta perlindungan dan karena keluarga sudah mengetahui masalah tersebut maka kami melanjutkan masalah ini ke SSP. Jadi masalah berlanjut sampai ke pengadilan. “Saya orangnya pendiam jadi kadang begitu sonde pernah kasih tau di orang tua yang dia ini hanya saya pendam diam-diam. Jadi kadang ini, kadang kalo mungkin dia su bikin terlalu ini jadi saya marah saya sond kasih dia makan, pokonya masak tapi sond kasih dia makan begitu” 09 RP02 Saya orangnya pendiam jadi tidak pernah menceriterakan masalah ini kepada orang tua, saya hanya memendamnya saja. Jadi kalau dia sudah keterlaluan dan membuat saya marah, pokoknya saya masak tapi tidak memberikan makanan untuk dia.

4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak DS adalah anak ketiga dari ibu NN. Anak DS adalah seorang anak perempuan yang berusia 6 tahun. Saat ini anak DS bersekolah di SD Inpres Ekpulen dan duduk di bangku kelas 1 SD. Ibu NN mengatakan bahwa anak DS memiliki prestasi yang cukup baik di sekolah yaitu ia mendapat peringkat ke-3 di kelasnya. Ketika peneliti melakukan pengkajian, ibu NN mengatakan bahwa anak DS dapat mengontrol kepalanya pada usia 2 bulan. Hal ini dibuktikan dengan anak DS dapat memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Selain itu anak DS juga dapat menegakkan kepala saat dalam keadaan 125 duduk. Pada usia 6 bulan, anak DS duduk tanpa dukungan dari orang tua. Anak DS duduk secara mandiri tanpa bersandar pada bantal atau dipegang oleh orang tuanya. Anak DS dapat berjalan secara mandiri tanpa berpegang pada kursi atau meja pada usia 1 tahun 2 bulan. Anak DS mengeluarkan kata-kata pertama seperti memanggi “ma-ma”, “pa-pa” dan “o-ma” pada usia 10 bulan. Saat ini anak DS dapat melakukan interaksi dengan teman sebayanya. Interaksi yang dilakukan oleh anak DS seperti memanggil nama temannya, merespon ucapan dari teman sepermainannya seperti mengambilkan alat permainan maupun meminta temannya untuk mengambilkan alat permainan. Sesuai pengamatan yang peneliti lakukan saat akan melakukan pemeriksaan DDST, anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi pada lingkungannya. Anak mampu mengenali teman dan memanggil nama temannya. Sosialisasi dengan orang baru pun dilakukan anak Dengan cepat meski awalnya anak DS malu-malu. Pada saat peneliti melakukan pengamatan tentang kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak DS dan temannya yang bernama N, mereka sedang bermain permainan daerah yaitu “Sika Doka” Teklek di halaman depan rumah. Anak DS melompati setiap kotak yang digaris 126 di tanah dengan lincah. Anak DS memperhatikan dengan seksama setiap garis yang mereka buat sehingga pada saat melompat, kakinya tidak menyentuh garis agar dia dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Anak DS bermain dengan penuh kegembiraan. Hal ini bisa terlihat dari wajahnya yang selalu tersenyum saat melompati kotak-kotak tersebut. Sesekali anak DS berkata “Kira-kira beta sampe ko sonde e?” lalu temannya menjawab “Lu barenti su supaya gantian dengan beta lagi”. Anak DS dan temannya N mengulang permainan tersebut 4 kali dan pada setiap permainannya anak DS selalu memenangkan pertandingan yang mereka buat. Karena merasa bosan dan udara yang panas, anak DS berkata “N, beta su pamalas ni, beta bosan.... katong barenti su e, te sutalalu bapanas. Nanti besok lai he...”. Akhirnya mereka berdua memilih untuk mengakhiri aktivitas bermain pada hari itu. Ibu NN mengatakan bahwa kegiatan bermain yang mereka lakukan berlangsung sekitar 1 jam hal ini karena suhu udara yang panas ditambah lagi karena faktor jam pulang sekolah yang terlalu siang ataupun waktu untuk tidur siang sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk bermain lebih lama. 127 Anak DS bermain secara berkelompok dengan teman-temannya. Anak DS mengatakan bahwa selain N, ia memiliki teman lain di sekolah yaitu C, N, dan D. Anak DS mengatakan bahwa mereka sering bermain dan belajar bersama di sekolah ataupun di rumah.

5. Status Gizi dan Status Kesehatan Anak DS

Dari hasil pengukuran status gizi anak DS, ditemukan Indeks Mass Tubuh IMT berada dalam rentang 16. Hal menunjukkan bahwa anak DS memiliki berat badan normal. Sementara itu, angka kecukupan gizi energi yang dikonsumsi oleh anak DS yakni 1944 Kkal dan tingkat kecukupan gizi energi sebesar 111 sedangkan untuk angka kecukupan gizi protein yaitu 35 mg dan tingkat kecukupan protein adalah 111. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kecukupan gizi energi dan protein anak DS berada pada rentang tingkat konsumsi baik. Status kesehatan anak DS dilihat dari jenis keluhan sakit, upaya pencarian layanan kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan, imunisasi dan perilaku kebersihan. Untuk jenis keluhan sakit, yang paling sering dialami oleh anak DS yakni demam, batuk dan pilek dengan frekuensi 1- 2 kalibulan. Ibu NN mengatakan bahwa sejak kecil anak DS 128 jarang sakit namun satu minggu yang lalu karena cuaca yang dingin, anak DS langsung menderita influenza. Upaya yang dilakukan oleh ibu NN ketika anak DS sakit yaitu melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan segera mendapatkan pengobatan yang baik demi menyembuhkan penyakit yang diderita. Ibu NN mengatakan bahwa sejak lahir anak DS rutin dibawa ke posyandu setiap bulannya untuk dilakukan penimbangan dan mendapatkan imunisasi. Ibu NN mengatakan bahwa anak V telah mendapatkan 5 imunisasi dasar yaitu Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio dan Campak. Dalam hal menjaga kebersihan, ibu NN mengatakan bahwa anak DS mandi dua kali sehari. Apabila suhu udara terlalu dingin, anak DS mandi dengan menggunakan air hangat pada pagi hari. Sedangkan pada sore hari, anak DS hanya mencuci tangan dan kaki serta menggosok giginya sebelum tidur. Selain itu ibu NN mengatakan bahwa anak DS diharuskan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, ataupun mencuci tangan setelah bermain di luar rumah. 129

6. Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak DS

Sesuai pengamatan yang peneliti lakukan saat akan melakukan pemeriksaan DDST, anak DS mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak mampu mengenali teman dan memanggil nama temannya. Sosialisasi dengan orang baru pun dilakukan anak DS dengan cepat dan baik, meski awalnya anak DS malu-malu. Hasil penilaian DDST menunjukkan bahwa anak DS memiliki perkembangan normal karena ia dapat melakukan 15 item yang seharusnya ia lakukan pada usia perkembangannya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Pemeriksaan DDST II pada anak DS SEKTOR RESPON ANAK KESIMPULAN Personal sosial  Anak DS dapat mengambil makanan sendiri  Anak DS dapat melakukan gosok gigi sendiri  Bermain permainan kartuular tangga. Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan personal sosial. Selengkapanya dapat dilihat pada lampiran. Motorik halus  Anak DS dapat mencontoh menggambar kotak  Anak hanya Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan motorik halus. 130 dapat menggambar orang 6 bagian  Mencontoh bentuk dengan petunjuk  Memilih garis yang lebih panjang Bahasa  Anak dapat mengartikan 7 kata dari 8 kata  Anak DS dapat menyebutkan 2 kata yang berlawanan  Anak DS dapat menghitung 5 kubus  Anak DS dapat mengerti 3 kata sifat  Anak DS dapat menyebutkan 4 warna  Anak DS dapat menyebutkan 4 kata depan Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. Motorik kasar  Anak DS dapat berdiri dengan 1 kaki dalam waktu 3, 4, dan 6 detik  Anak DS dapat berjalan lurus dengan tumit ke arah jari kaki. Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar 131 Pada sektor personal sosial, anak DS mampu melakukan semua item yang diujikan seperti anak DS dapat mengambil makanan sendiri, anak DS dapat melakukan gosok gigi sendiri, dan anak mampu bermain permainan kartuular tangga. Pada sektor motorik halus, anak DS mampu melakukan aktivitas menulis karena anak DS sekarang duduk di bangku SD. Anak DS mampu menulis beberapa kata dan namanya sendiri dengan benar. Kemampuan menggambar, pengenalan serta pemilihan warna pun sangat baik, dari pengamatan yang dilakukan saat penggambilan data DDST. Pada sektor ini, anak DS mampu melakukan semua item yang diujikan seperti anak DS dapat mencontoh menggambar kotak, menggambar orang 6 bagian, mencontoh menggambar bentuk + dengan petunjuk yang diberikan oleh peneliti, dan anak mampu memilih garis yang lebih panjang. Melalui observasi saat pemeriksaan DDST, didapatkan hasil anak DS mampu berbicara serta berkomunikasi dengan baik, hal itu dapat dilihat dari cara anak mengungkapkan keinginan, bertanya, memahami dan melakukan tindakan sesuai intruksi, serta bersosialisasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dimengerti oleh 132 peneliti. Pada sektor bahasa, anak mampu melakukan semua item yang diujikan seperti anak dapat mengartikan 7 kata dari 8 kata yang diberikan oleh peneliti, anak DS dapat menyebutkan 2 kata yang berlawanan, anak DS dapat menghitung 5 kubus, anak DS dapat mengerti 3 kata sifat, anak DS dapat menyebutkan 4 warna, dan anak DS dapat menyebutkan 4 kata depan. Sesuai data observasi saat pemeriksaan DDST, anak telah mampu melakukan aktivitas dan bergerak secara mandiri sesuai dengan perkembangan umurnya. Kemampuan tersebut terlihat ketika berdiri, ia mampu berdiri dengan sikap sempurna tanpa bantuan, mampu berjalan lurus serta mengikuti intruksi untuk berdiri serta berjalan. Pada sektor motorik kasar, anak mampu melakukan semua item yang diujikan pada sektor ini seperti anak DS dapat berdiri dengan 1 kaki dalam waktu 3, 4, dan 6 detik serta anak DS dapat berjalan lurus dengan tumit ke arah jari kaki. 133

7. Kajian Faktor-Faktor

Lain Yang Memengaruhi Perkembangan Anak DS

a. Faktor Fisik

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keterkaitan Keaktifan Ibu Hamil dalam Kelas Ibu Hamil dan Kesiapan Menghadapi Persalinan di Puskesmas Jetak T1 462008040 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Ibu Hamil dan Dampaknya Pada Ibu dan Perkembangan Anak di Timor Tengah Selatan T1 462009016 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Ibu Hamil dan Dampaknya Pada Ibu dan Perkembangan Anak di Timor Tengah Selatan T1 462009016 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Ibu Hamil dan Dampaknya Pada Ibu dan Perkembangan Anak di Timor Tengah Selatan T1 462009016 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Ibu Hamil dan Dampaknya Pada Ibu dan Perkembangan Anak di Timor Tengah Selatan

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB IV

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB V

0 0 3

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Konsumsi dan Status Gizi pada Ibu Hamil di Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten TTS T1 BAB IV

0 0 36