174 tidak  bisa  berbuat  banyak  karena  ia  tinggal  jauh  dari
orang orang tua dan keluarganya. Sampai saat ini, ibu SS tidak mengetahui alasan
mengapa  suaminya  jarang  pulang  ke  rumah.  Ibu  SS hanya bisa tabah dan kuat dalam menjalani hidup demi
masa depan anak-anaknya yang masih kecil.
b.  KDRT  Yang  Dialami  Ibu  SS  Selama  Kehamilan Kelima
Ibu  SS  mengalami  kekerasan  dalam  rumah tangga  ketika  umur  kehamilannya    menginjak  usia  tiga
bulan. Kekerasan  yang  dialami  Ibu SS yaitu  kekerasan fisik, psikis, ekonomi dan penelantaran rumah tangga.
“Itu  su  tiga  bulan  ko,  sampe  umur  berapa bulan  ko  baru  dia  lapas.  Beta  su  lupa  pak.”
04 RP04 Itu sudah mencapai umur tiga bulan, sampai
umur  berapa  bulan  baru  dia  tidak  lagi melakukan kekerasan. Saya sudah lupa pak.
Kekerasan  fisik  yang  dialami  oleh  ibu  SS  yaitu pernah  dipukul,  ditampar  dan  ditendang.  Selain  itu,
apabila  suami  sangat  marah  maka  suaminya  biasa menggunakan  parang  untuk  mencoba  memotong  ibu
SS. Selama  masa  kehamilannya, dalam  satu  bulan  ibu
175 SS  dipukul  sebanyak  ±  3  kali.  Berikut  informasi  yang
mendukung pernyataan tersebut:
“Dia  pukul  pake  tangan,  tampeleng,  ais  dia tandang begitu.” 03 RP04
Dia  memukul  saya  menggunakan  tangan, ditampar, setelah itu ditendang.
“Kalau dia terlalu marah nah dia pake parang. Dia  angkat  parang  ko  mau  potong  ma  beta
lari.” 05 RP04 Apabila  dia  terlalu  marah,  dia  menggunakan
parang.
Dia mengambil
parang untuk
memotong saya tetapi saya melarikan diri. “Satu bulan tu paling tidak dia pukul beta dua
atau  tiga  kali  begitu.  Sonde  menentu  ju, kapan  ko  dia  pulang  ko  mau  langsung  pukul
na dia su pukul beta.” 07 RP04 Dalam  satu  bulan,  paling  tidak  dia memukuli
saya  sebanyak  dua  atau  tiga  kali.  Tidak menentu  juga,  kapan  saja  dia  mau,  ya  dia
langsung memukuli saya.
Selain  kekerasan  fisik,  kekerasan  psikis  juga dialami  oleh  ibu  SS.  Ia  pernah  dimaki  oleh  suaminya,
selain itu Ibu SS juga diancaman akan diusir dari rumah dan  ditinggalkan  oleh  suaminya  apabila  anak  yang
dilahirkan  adalah  anak  perempuan  seperti  yang diungkapkan dalam pernyataan berikut:
“Bamaki, ko ais su marah na.” 26 RP04 Dimaki karena dalam keadaan marah
“Ia,  waktu  itu  dia  bilang  kalau  kita  hamil  ko bersalin  ko  laki-laki,  ma  kalau  perempuan,
nanti  beta  cerai  deng  lu  te  anak  nona  su banyak.  Cerai  deng  tanta.  Ma  kalau  laki-laki
beta  sonde  cerai.  Ais  itu  su  bersalin  dia  laki- laki dia su keluar jalan.” 55 RP04
Ia, saat itu dia bilang apabila saya hamil dan saat  melahirkan  ternyata  anak  laki-laki  tapi
kalau  perempuan  maka  saya  akan  bercerai
176
dengan  kamu  karna  anak  perempuan  sudah banyak. Cerai dengan tante korban. Apabila
laki-laki,  saya  tidak  cerai.  Setelah  melahirkan anak laki-laki, dia pergi meninggalkan kami.
Penelantaran  rumah  tangga  juga  dialami  oleh ibu  SS.  Suaminya  sering  pergi  dari  rumah  selama
beberapa  hari  dan  waktu  pulangnya  tidak  menentu tergantung  kemauan  suami.  Pada  saat  suaminya
kembali  maka  suaminya  langsung  marah-marah  dan langsung  memukuli  ibu  SS  tanpa  alasan  yang  jelas
seperti yang diungkapkan pada pernyataan berikut.
“Kalau  ini,  mulai  beta  su  bersalin  tu  dia  su marah-marah,  keluar  jalan.  Kalau  dia  keluar
jalan dua malam, satu malam dia datang kami su mulai bapukul.” 06 RP04
Setelah  saya  melahirkan,  dia  sering  marah- marah
dan pergi
dari rumah.
Dia meninggalkan  rumah  selama  dua malam  dan
ketika dia kembali, kami langsung berkelahi. “Kalau  dia  keluar  pigi  di  luar  sana,  datang  tu
dia  su  mulai  marah-marah  dia  su  pukul.”  08 RP04
Apabila dia keluar, saat kembali dia langsung marah-marah dan memukuli saya.
“Ia, beta sond tau. Dia datang sonde tau mau apa  ko  apa,    te  dia  datang  sa  langsung
marah-marah,  dia  sonde  mau  beta.”  09 RP04
Ia,  saya  tidak  tahu.  Saat  dia  kembali,  dia langsung  marah-marah  dan  tidak  menyukai
saya.
Kekerasan  fianansial  yang  dialami  oleh  ibu  SS yaitu  ia  mendapat  penjatahan  uang  belanja  dari  suami
karena  tidak  ada  pengelolaan  penghasilan  bersama-
177 sama.  Ibu  SS  mengatakan  bahwa  suami  yang
mendominasi pengelolaan penghasilan keluarga. Suami menggunakan
setengah penghasilannya
dan setengahnya lagi diberikan kepada ibu SS seperti pada
pernyataan berikut:
“Eh,  dia  pakai  separuh,  dia  kasih  separuh  di tanta.” 45 RP04
Dia menggunakannya
setengah, setengahnya lagi diberikan kepada saya.
Penyebab  kekerasan  yang  dialami  oleh  Ibu  SS yaitu  jumlah  anak  perempuan  yang  banyak  5  orang
padahal  suami  menginginkan  adanya  anak  laki-laki. Selain  itu  Ibu  SS  akan  dimarahi  apabila  tidak
memberikan  perhatian  kepada  suaminya.  Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.
“Ia,  waktu  itu  dia  bilang  kalau  kita  hamil  ko bersalin  ko  laki-laki,  ma  kalau  perempuan,
nanti  beta  cerai  deng  lu  te  anak  nona  su banyak.  Cerai  deng  tanta.  Ma  kalau  laki-laki
beta  sonde  cerai.  Ais  itu  su  bersalin  dia  laki- laki dia su keluar jalan.” 55 RP04
Ia, waktu itu suami saya mengatakan apabila saya melahirkan anak perempuan, saya akan
menceraikan  kamu  karena  anak  perempuan sudah  terlalu  banyak.  Apabila  anak  laki-laki,
maka  saya  tidak  menceraikan  kamu.  Namun setelah
melahirkan, dia
suami pergi
meninggalkan kami. “Ais  dia  marah  ma  kalau  beta  su  sibuk  deng
pekerjaan,  kadang-kadang  te  beta  sonde  liat dia te dia su marah.” 39 RP04
Selin  itu,  dia  marah-marah  apabila  saya sibuk  dengan  pekerjaan  saya.  Terkadang
178
apabila  saya  tidak  melihatnya,  dia  langsung marah.
Selama kehamilan, dampak yang dirasakan oleh ibu  SS  dari  KDRT  yang  dialami  yaitu  adanya  luka
memar, ibu SS juga merasa pusing akibat pukulan dan tendangan  dari  suaminya.  Ibu  SS  merasa  stress  dan
tertekan sehingga ia berpikir untuk mencoba membunuh suaminya. Selain  itu  ibu SS  juga  mengalami gangguan
pola makan dan gangguan pola tidur karena memikirkan masalah yang ia alami. Ibu SS juga harus bekerja keras
dengan  menjual  sayur  dan  ayam  untuk  mencukupi kebutuhan  sehari-hari  apabila  uang  yang  diberikan
suaminya  tidak  cukup.  Berikut  pernyataan  yang mendukung informasi tersebut:
“Dia  pukul  sampe  pokoknya  tacoret,  bekas begitu, kita dapa liat dia luka.” 60 RP04
Dia  memukuli  saya  sampai  berbekas  dan terlihat seperti ada luka.
“Dia  pukul  marah  itu,  pokonya  tau  sa.  Nanti tendang,
pukul sampai
pusing-pusing
memang, te dia keluar jalan.” 62 RP04 Dia  pukul  karena  marah.  Saya  ditendang,
dipukul  sampai  pusing  namun  setelah  itu  dia pergi.
“Dia  pukul  begitu  pikiran.  Pikiran  ko  marah dia. Pikir begini-begini.” 65 RP04
Saat dipukul, saya stres. “Pikir, beta rencana begini-begini ko mau kas
mati dia ko mau karmana. Ko ais dia su pukul abis katong ko dia su keluar jalan.” 66 RP04
Saya
berencana untuk
membunuhnya karena  setelah  dia  memukul  saya,  dia
langsung pergi begitu saja.
179
“Ia.  Jual  ayam,  pokoknya  sayur-sayuran begitu.” 50 RP04
Ia, jualan ayam dan sayur-sayuran.
Respon  ibu  SS  saat  mendapatkan  perilaku kekerasan  dari  suaminya  yaitu  hanya  berdiam  diri
karena  dia  tinggal  di  tempat  yang  jauh  dari  orang tuanya.  Selain  itu  ibu  SS  pernah  melaporkan  masalah
yang  dihadapinya  kepada  keluarga  suami.  Hal  ini mengakibatkan suami dan keluarganya sendiri berkelahi
karena  masalah  tersebut.  Ibu  SS  menuturkan  bahwa karena  sifat  suaminya  yang  kasar  dan  keras  membuat
keluarga  dari  suami  menjadi  takut  untuk  menegur suaminya  lagi.  Ibu  SS  juga  melarikan  diri  dari  kejaran
suami  yang akan  memotongnya dengan  menggunakan parang.
“Diam  sa,  te    ais  tinggal  di  orang  pung kampung,  mau  bakalai  na  dia  tambah  foe.”
11 RP04 Diam  saja  karena  tinggal  di  kampungnya
orang.  Saya  ingin  memarahi  dia  tetapi  dia semakin agresif.
“Di RT, dia pung bapa RT jadi beta pi lapur di dia  pung  bapak.  Dia  pung  bapak  panggil  dia
datang, dia marah-marah. Dia marah kembali dia  pung  bapak.  Dong  barau  rame  lai.”  22
RP04 Di  ketua  RT,  bapaknya  ketua  RT  jadi  saya
lapor  di  bapaknya.  Bapaknya  memanggil  dia tetapi dia malah marah-marah. Dia memarahi
bapaknya sehingga terjadi perselisihan antara mereka berdua.
“Ia,  dia  pung  keluarga  takut  dia  na  ko  dong tenang sa.” 28 RP04
180
Ia,  keluarganya  takut  sehingga  mereka hanya diam saja.
“Kalau dia terlalu marah nah dia pake parang. Dia  angkat  parang  ko  mau  potong  ma  beta
lari.” 05 RP04 Apabila  dia  terlalu  marah,  dia  menggunakan
parang.
Dia mengambil
parang untuk
memotong saya tetapi saya melarikan diri.
4.  Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak MT
Anak  MT  adalah  anak  kelima  dari  ibu  SS  yang berusia 2 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Dari informasi
yang diberikan oleh orang tua, anak MT dapat menggerakan kepala  dengan  mandiri  seperti  menggelengkan  kepala
secara  perlahan  ke  kiri  atau  ke  kanan,  serta  dapat menegakkan  dan  menundukkan  kepala  ketika  ia  berusia  1
bulan. Anak  MT  duduk  tanpa  dukungan  ketika  berusia  6
bulan.  Hal  ini  dibuktikan dengan  anak  mampu  duduk  tanpa dipegang  ataupun  tanpa  bersandar  pada  bantal.  Ibu  SS
mengatakan  bahwa  pada  usia  6  bulan  ketika  anak  MT bermain  dengan  kakaknya,  ia  lebih  memilih  untuk  duduk
sambil memainkan alat permainannya dibandingkan dengan bermain sambil tiduran. Jika anak MT diajak bermain sambil
tiduran  maka  anak  MT  akan  menangis  dan  akan  diam apabila  ia  sudah  dalam  posisi  duduk  seperti  kakaknya.
Selain itu, informasi lain yang diberikan orang tua yaitu anak
181 MT  dapat  berjalan  secara  mandiri  pada  usia  1  tahun.  Ia
berjalan  sendiri  tanpa  ada  bantuan  dari  orang  tua  ataupun berpegang pada kursi dan meja untuk berjalan.
Anak  MT  mengeluarkan  kata-kata  pertama  seperti memanggil “ma-ma” dan  “ba-pa” pada usia 1 tahun 2 bulan.
Orang  tua  mengatakan  bahwa  anak  MT  dapat  berbicara karena rangsangan yang diberikan oleh kakaknya. Anak MT
selalu  menirukan bunyi  kata  yang  diajarkan  oleh  kakaknya. Dalam  hal  berinteraksi,  saat  ini  anak  MT  sudah  mampu
melakukan  interaksi  dengan  teman  sebayanya.  Interaksi yang  dilakukan  oleh  anak  MT  seperti  memanggil  nama
temannya, merespon ucapan dari teman sepermainan untuk mengambilkan  alat  permainan  maupun  meminta  temannya
untuk  mengambilkan  alat  permainan.  Pada  saat  peneliti melakukan  pengamatan  ketika  anak  MT  sedang  bermain,
terjadi  interaksi  antara  anak  MT  dengan  teman-temannya. Anak  MT  menggunakan  bahasa  sehari-hari  dengan  suara
yang  jelas  dan  dapat  dimengerti  oleh  teman-temannya, seperti ketika dia berbicara dengan temannya yang bernama
E,  anak  MT  mengatakan  “E,  tolong  ambil  kasih  kita  bola dolo”  anak  MT  berbicara  sambil  menujukan  letak  bola
kepada temannya E.
182 Selain
mampu berinteraksi
dengan teman
sebayanya,  anak  MT  mampu  berinteraksi  dengan  orang dewasa  yang  sudah  akrab  dengannya.  Interaksi  yang
dilakukan  seperti  mendengarkan  perintah  atau  pernyataan yang  diberikan  oleh  ibu  atau  kakaknya,  mengikuti  perintah
orang  tua,  menjawab  pertanyaan  yang  diberikan  ataupun meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu,
anak  MT  akan  bertanya  apabila  dia  tidak  mengerti  tentang perkataan  yang  diucapkan  oleh  ibu  dan  kakaknya.  Pada
saat peneliti melakukan interaksi dengan anak MT, awalnya dia  hanya  diam  dan  terkesan  malu-malu.  Namun  ketika
peneliti  memanggil  namanya  kemudian  berjabatan  tangan dengan  anak  MT,  dia  merespon  dengan  baik  yaitu
tersenyum  dan  langsung  berjabat  tangan  dengan  peneliti. Ibu  SS  mengatakan  bahwa,  anak  MT  merasa  malu  ketika
bertemu  dengan  orang  yang  baru  ia  kenal  namun  apabila sudah  berkenalan  maka  anak  MT  akan  berkomunikasi
dengan  orang  tersebut.  Untuk  lebih  mengakrabkan  diri dengan  anak  MT,  peneliti  harus  datang  ke  rumahnya
dengan  membawakan  alat  permainan  yaitu  bola  kaki barulah anak MT mau berbicara dengan peneliti.
Ketika  peneliti  melakukan  pengamatan  tentang aktivitas  bermain,  anak  MT  dan  teman-temannya  sedang
183 bermain sepak bola. Pada saat itu anak MT sedang bermain
bersama  teman-temannya  yang  bernama  E,  A  dan  W. Mereka berempat adalah teman sebaya yang setiap harinya
selalu  menghabiskan  waktu  bersama  untuk  bermain.  Pada saat    bermain  sepak  bola,  anak  MT  dan  teman-temannya
melakukan  gerakan  seperti  menendang  bola  ke  depan, berlari,  melompat  dan  melempar  bola  ke  atas.  Mereka
berempat  tidak  membagi  diri  ke  dalam  tim  namun  mereka merebut  bola  tersebut  kemudian  menendangnnya  ke  arah
gawang.  Pada  saat  bermain,  terjadi  interaksi  antara  Anak MT dengan teman-temanya seperti memanggil nama teman,
meminta  bantuan  ataupun  menolong  teman  yang  meminta bantuan.
Saat ini anak MT berada di kategori bermain secara berkelompok.  Anak  MT  mengatakan  bahwa  dia  sering
bermain  bersama  E,  A  dan  W.  Kegiatan  bermain  yang mereka  lakukan  yaitu  bermain  bola  dan  mobil-mobilan.  Ibu
SS mengatakan bahwa mereka berempat merupakan anak- anak  seumuran  yang  sering  mengabiskan  waktu  bersama
untuk bermain karena mereka belum bersekolah.
184
5.  Status Gizi dan Status Kesehatan Anak MT Dalam  menilai  status  gizi,  peneliti  menggunakan
pengukuran  Antropometri  yakni  umur,  berat  badan,  dan tinggi  badan  untuk  menentukan  status  gizi  anak.  Hasil
penimbangan  ditemukan  berat  badan  11,2  kg  dan  tinggi badan  80  cm.  Peneliti  kemudian  menentukan  status  gizi
menggunakan standar WHO 2005.
Tabel 4.13 Status Gizi Anak MT Berdasarkan Standar WHO 2005
Indeks Z-Score
Kategori Status
Gizi
BBU - 2 SD sd 2 SD
Gizi baik TBU
- 3SD Sangat pendek
BBTB - 2 SD sd 2 SD
Normal
Tebel  4.13  menunjukkan  status  gizi  anak  MT berdasarkan indeks BBU dengan Z-Score - 2 SD sd 2 SD
berada  pada  kategori  status  gizi baik.  Sementara  itu, untuk indeks  TBU  menunjukkan  bahwa  anak  MT  berada  dalam
kategori sangat pendek dengan Z-Score - 3 SD sedangkan untuk  indeks  BBTB  dengan  Z-Score  -2  SD  sd  2  SD
sehingga  anak  MT  berada  dalam  kategori  berat  badan normal.
Sementara  itu,  jumlah  angka  kecukupan  gizi  yang dikonsumsi  oleh  anak  MT  yaitu  1.166  Kkal  dengan  tingkat
185 kecukupan gizi energi sebesar 93 sedangkan untuk angka
kecukupan  gizi  protein  yaitu  21  mg  dengan  tingkat kecukupan  gizi  protein  sebesar  93.  Hal  ini  menunjukkan
bahwa  tingkat  kecukupan  gizi  energi  dan  protein  dari  anak MT berada dalam rentang tingkat konsumsi kurang.
Status  kesehatan  anak  MT  dilihat dari  jenis  keluhan sakit,  upaya  pencarian  layanan  kesehatan,  imunisasi  dan
perilaku kebersihan. Untuk jenis keluhan sakit, ibu SS mengatakan bahwa
anak  MT  jarang  menderita  sakit.  Terakhir  kali  anak  MT terkena  sakit  yaitu pada  tanggal  14 September 2012. Pada
saat itu anak MT menderita batuk dan pilek. Menurut ibu SS, anak  MT  terkena  sakit  karena perubahan  cuaca yang  tidak
menentu.  Tindakan  yang  pertama  kali  dilakukan  apabila anak  MT  sakit  yaitu  memanfaatkan  layanan  kesehatan.
Layanan kesehatan yang dimaksudkan adalah mengunjungi ibu  bidan  ataupun  posyandu  untuk  mengambil  obat  sesuai
dengan jenis penyakit yang diderita. Ibu  SS  mengatakan  bahwa  anak  MT  telah
mendapatkan  5  imunisasi  dasar  yaitu  Hepatitis-B,  BCG, DPT, Polio dan Campak dari Posyandu di wilayah setempat.
Dalam hal menjaga kebersihan, ibu SS mengatakan bahwa anak MT hanya mandi satu kali saja yaitu pada pagi
186 atau sore hari.  Apabila anak MT dimandikan pada pagi hari
maka  pada  sore  harinya  anak  MT  hanya  dilap  dengan menggunakan  handuk  basah  pada  bagian  kaki,  wajah  dan
tangannya.  Sebaliknya  apabila  anak  MT  mandi  pada  sore hari, keesokan harinya anak MT hanya dibersihkan dengan
mencuci  muka,  tangan  dan  kakinya.  Ibu  SS  mengutarakan bahwa karena anak MT menolak, ia jarang memotong kuku
dan  menyikat  kuku  anak  MT.  Hal  ini  mengakibatkan  kuku, jari  kaki  dan  tangannya  kelihatan  kotor.  Selain  itu,  untuk
perilaku  mencuci  tangan,  ibu  SS  mengatakan  bahwa  anak MT  jarang  mencuci  tangan  sebelum  dan  sesudah  makan
ataupun setelah bermain di luar rumah.
6.  Hasil Pemeriksaan DDST II Pada Anak MT
Pengamatan  yang  dilakukan  oleh  peneliti  saat melakukan  pemeriksaan  DDST  II  kepada  anak  MT
menunjukkan  bahwa  anak  MT  mampu  bersosialisasi  dan berinteraksi  dengan  keluarga  maupun  teman-temannya.
Anak  MT  mampu  mengenali  keluarga  dan  teman-temanya dengan  baik  hal  ini  dibuktikan  dengan  anak  MT  mampu
memanggil  atau  menyebutkan  dengan  jelas  nama  anggota keluarga  maupun  nama  teman-temannya.  Selain  itu  anak
MT  mampu  berinteraksi  dengan  orang  yang  baru
187 pertamakali  dikenalnya  walaupun  awalnya  malu-malu.  Hal
ini  memudahkan  peneliti  dalam  melakukan  pemeriksaan DDST II pada anak MT.
Hasil  pemeriksaan  DDST  II  menunjukkan  bahwa anak MT memiliki perkembangan yang normal karena dapat
melakukan  31  item  yang  seharusnya  ia  lakukan  sesuai dengan  usia  perkembangannya.  Berikut  tabel  pemeriksaan
DDST II pada anak MT:
Tabel 4.14 Pemeriksaan DDST II Pada Anak MT SEKTOR
RESPON ANAK KESIMPULAN
Personal sosial   Anak
dapat memakai T-Shirt
  Anak dapat
menyebutkan  nama teman
  Anak  dapat  mecuci dan  mengeringkan
tangan   Anak
dapat mengosok
gigi dengan bantuan
  Anak dapat
memakai baju   Anak
dapat menyuapi boneka
  Anak dapat
membuka pakaian   Anak
dapat menggunakan
sendok  atau  garpu untuk makan
Anak mampu
melakukan  semua item yang diperiksa
pada sektor
personal sosial. Anak  dalam  batas
normal  dan  tidak mengalami
keterlambatan personal sosial.
Selengkapanya dapat  dilihat  pada
lampiran.
Motorik halus   Anak
dapat membuat
menara dari
kubus 2
kubus, 4
kubus, dan 6 kubus
Anak mampu
melakukan  semua item yang diperiksa
pada sektor motorik halus.
188   Anak  dapat  meniru
garis vertikal   Anak
dapat mengambil  manik-
manik yang
ditunjukkan Anak  dalam  batas
normal  dan  tidak mengalami
keterlambatan motorik halus.
Bahasa   Bicara
semua dimengerti
  Anak  mengetahui 2 kegiatan
  Anak dapat
menyebut 4
gambar   Bicara
dengan dimengerti
  Anak dapat
menunjuk 4
gambar   Menyebutkan
6 bagian badan
  Anak dapat
menyebut 1
gambar   Anak
dapat mengucapkan
kombinasi kata   Anak
dapat menunjuk
2 gambar
  Anak dapat
menyebutkan 6
kata Anak
mampu melakukan  semua
item yang diperiksa pada
sektor bahasa.
Anak  dalam  batas normal  dan  tidak
mengalami keterlambatan
dalam perkembangan
bahasanya.
Motorik kasar   Anak  dapat  berdiri
dengan 1
kaki dalam
waktu 1
detik   Anak
dapat melakukan  loncat
jauh   Anak
dapat melempar  bola  ke
atas   Anak
dapat melompat
Anak mampu
melakukan  semua item yang diperiksa
pada sektor motorik kasar.
Anak  dalam  batas normal  dan  tidak
mengalami keterlambatan
dalam perkembangan
motorik kasar.
189   Anak
dapat menendang
bola ke depan
  Anak  dapat  naik tangga
  Anak dapat berlari Pada  sektor  personal  sosial  anak  MT  mampu
melakukan  aktivitas-aktivitas  untuk  memenuhi  kebutuhan dasarnya  secara  mandiri  seperti  memakai  T-shirt,  mencuci
dan  mengeringkan  tangan,  menggosok  gigi,  membuka pakaian dan menggunakan sendok atau garpu untuk makan.
Walaupun  anak  MT  belum  bersekolah,  namun  anak MT  mampu  melakukan  gerakan  motorik  halus  seperti
menirukan garis vertikal yang digambar oleh peneliti. Selain meniru  garis  vertikal,  anak  MT  sudah  mampu  membuat
menara  dari  kubus  ataupun  mengambil  manik-manik  yang ditunjukkan oleh peneliti.
Observasi  yang dilakukan  peneliti  saat pemeriksaan DDST,  didapatkan  hasil  bahwa  anak  MT  mampu  berbicara
serta  berkomunikasi    dengan  baik.  Kemampuan  berbicara dari  anak  MT  dapat  dilihat  dari  cara  anak  memahami  dan
melakukan  tindakan  sesuai  intruksi,  menjawab  pertanyaan serta  bersosialisasi  dengan  bahasa  Indonesia  yang  dapat
dimengerti oleh peneliti.
190 Anak  MT  mampu  melakukan  aktivitas  dan  gerak
motorik kasar secara mandiri sesuai dengan perkembangan umurnya.  Kemapuan  tersebut  terlihat  anak  mampu  berdiri
dengan 1 kaki, melompat, melempar bola katas, menendang bola ke depan, naik dan turun tangga ataupun berlari.
7.  Kajian Faktor-Faktor
Lain Yang
Memengaruhi Perkembangan Anak MT
a.  Faktor Fisik