Pemilihan Lag Optimum pada Model ARDL Membentuk Variabel Jangka Panjang dalam Model ARDL

commit to user 88 variabel lag independen ke dalam analisis regresinya disebut sebagai model distributed lag. Apabila dalam persamaan model awal regresi kita memasukkan lag variabel dependen sebagai variabel independen dan disertai dengan lag variabel independen lainnya maka model ini dikatakan sebagai model ARDL Autoregressive Distributed Lag. Persamaan ARDL untuk penelitian ini akan berubah menjadi : 3.9 Persamaan model 3.9 disebut sebagai model ARDL karena memasukkan variabel lag LIHSG, LKURS dan LNIKKEI sebagai variabel independen.

3. Pemilihan Lag Optimum pada Model ARDL

Permasalahan yang sering muncul dari model ARDL adalah menentukan pada lag keberapa variabel tersebut akan menghasilkan hasil estimasi yang baik. Penentuan panjang lag penting karena lag yang terlalu panjang akan mengurangi banyaknya degree of freedom, sedangkan lag yang terlalu pendek akan mengarah pada kesalahan spesifikasi Gujarati, 2004:849. Untuk memilih lag optimum pada model ARDL beberapa peneliti menggunakan Schwarz Criterion SC Falianty, 2003. Jika besarnya suatu lag memberikan nilai SC yang paling kecil terhadap model maka jumlah lag tersebut dipilih. t k t k t k t k t t t t t u LIHSG LSukubunga LNikkei LKurs LSukubunga LNikkei LKurs LIHSG + + + + + + + + = - - - - 7 6 5 4 3 2 1 b b b b b b b b commit to user 89 n T K SSR T SIC k 2 ln + = ………………………………………………3.10 Dimana : T : Jumlah observasi yang digunakan k : panjang lag SSR : sum square residual n : Jumlah parameter yang diestimasi Persamaan 3.10 digunakan untuk memilih lag keberapakah variabel- variabel dari model regresi tersebut menghasilkan estimasi yang baik.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal.. Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memilki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita. Data yang berdistribusi normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak berdistribusi normal commit to user 90 tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Data yang mempunyai distribusi normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji Jarque-Bera JB Gujarati, 2004:148. Nilai JB diharapkan mendekati 0. Hipotesis yang diasumsikan adalah : Ho : residual berdistribusi normal Ha : residual berdistribusi tidak normal Jika probabilitas JB lebih kecil dari 0,05 berarti JB statistik berbeda dengan 0, maka H ditolak. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari 0,05 berarti JB statistik tidak berbeda dengan 0 yang artinya tidak menolak Ho Gujarati, 2004:150. Persamaan untuk mencari JB adalah : 2 2 2 2 24 3 6 = - ú û ù ê ë é - + = df x k S n JB ……………………………………….3.11 Dimana : n : jumlah sampel commit to user 91 S : koefisien skewness K : koefisien kurtosis

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen Frisch dalam Gujarati, 2004:342. Multikolinearitas sering terjadi jika diantara variabel bebas x saling berkorelasi sehingga hasil estimasi menjadi bias. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu 1. melakukan regresi model lengkap Y = f X 1 …Xn sehingga kita mendapatkan R 2 1 R 2 regresi asal ; 2. Melakukan regresi X 1 variabel bebas terhadap seluruh X 1,2…n ,maka diperoleh nilai R 2 2,3,4….n metode ini dinamakan korelasi parsial; dan 3. Membandingkan nilai R 2 1 dengan R 2 2,3….n . Pedoman yang digunakan, jika nilai R 2 1 lebih tinggi dari R 2 2,3…n pada regresi antar commit to user 92 variabel bebas, maka dalam model empirik tidak terdapat masalah multikolnieritas dan sebaliknya..

c. Uji Autokorelasi

Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi pada penelitian ini adalah Breusch-Godfrey BG test atau sering juga disebut Lagrange Multiplier LM test. Tes ini merupakan salah satu tes autokorelasi yang bisa dilakukan pada regresi dimana terdapat lag dari dependen variabel sebagai variabel independen dan lebih direkomendasikan untuk jumlah observasi yang cukup besar Gujarati, 2004:472. Disamping itu LM test dapat dilakukan pada derajat aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR 1, AR2 dan seterusnya. Misalnya dari persamaan 3.9 diasumsikan bahwa residualnya mengikuti autokorelasi derajat 2 atau AR2 : t t t t u u u e r r + + = - - 2 2 1 1 .......................................................... 3.12 Maka residual dari persamaan 3.9 diregres terhadap semua variabel independen lainnya serta nilai lag dari residual pada persamaan 3.12 sebagai regresor tambahan dalam model : t t t t t t t u u Sukubunga Nikkei Kurs u e r r a a a a + + + + + + = - - 2 2 1 1 4 3 2 1 ... 3.13 Null hypothesis pada LM test diatas adalah Ho = 2 1 = = r r atau tidak terdapat autokorelasi pada derajat 2. Penentuan ditolak atau tidaknya commit to user 93 Null hypothesis mengikuti tabel chi square dengan r sebagai derajat kebebasannya. Jika nilai 2 R n r - yang didapat dari persamaan 3.13 lebih besar dari nilai chi square maka null hypothesis ditolak, dengan kata lain terdapat masalah autokorelasi Gujarati, 2004:474.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terdapat homokedastisitas atau tidak tejadi heterokedastisitas. Untuk menguji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji white sebagai berikut Gujarati, 2004:413: Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan nilai residual untuk estimasi error. 1 Lakukan regresi auxiliary dengan memasukkan U i 2 sebagai variabel dependen dan variabel X 2 t…n sebagai variabel dependen sehingga kita dapatkan nilai obsR² Rsquared dikalikan dengan jumlah data observasi dari regresi ini. commit to user 94 2 Bandingkan obsR² dari regresi awal dengan nilai chi square dengan derajat kebebasan degree 0f freedom sejumlah dengan variabel bebasnya. 3 Jika nilai chi square dengan level signifikansi yang dipilih lebih besar dari obsR² maka model tidak mengalami masalah heterokedastisitas. Jika R² x n lebih besar dari nilai tabel chi square alpha, df berarti terjadi heteroskedastisitas jika sebaliknya berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

5. Uji Statistik

a. Uji t

Uji t adalah bentuk pengujian koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi perubahan variabel terikat, dalam melakukan pengujian diasumsikan variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan. Pengujian ini menggunakan uji satu sisi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1 Merumuskan formula hipotesis untuk uji sisi negatif: Hipotesis Pertama : H 1 : β 1 Hipotesis Kedua : H 1 : β 3 2 Menentukan level of significance α sebesar 5 commit to user 95 3 Menentukan t tabel dan menghitung t hitung t tabel ® t α : n-k Keterangan: a=Derajat signifikansi = 5; a = 0,05 n=Jumlah sampel observasi k=Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep t hitung ® Keterangan: β i = Parameter Se β i = standart error parameter commit to user 96 Gambar 3.1 One-tail Test Level of Significance Daerah penolakan H = luas daerah terarsir ini = a = 5 Daerah penerimaan H -t tabel Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4 th Edition, hal. :132 4 Kriteria pengujian: a Jika t hitung ≥ -t tabel H diterima dan H 1 ditolak. Kesimpulannya b 1 dan b 2 lebih besar dari 0 b 1 dan b 3 tidak signifikan pada a=5. Dapat dikatakan bahwa X 1 dan X 3 secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y. b Jika t hitung £ -t tabel , maka H ditolak dan H 1 diterima. Kesimpulannya b 1 dan b 3 lebih kecil dari nol b 1 signifikan pada a=5. Dapat dikatakan bahwa X 1 dan X 3 secara statistik berpengaruh terhadap Y. commit to user 97 5 Merumuskan formula hipotesis untuk uji sisi positif: Hipotesis Ketiga : H 1 : β 2 6 Menentukan level of significance α sebesar 5 7 Menentukan t tabel dan menghitung t hitung t tabel ® t α : n-k Keterangan: a=Derajat signifikansi = 5; a = 0,05 n=Jumlah sampel observasi k=Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep t hitung ® Keterangan: β i = Parameter Se β i = standart error parameter commit to user 98 Gambar 3.2 One-tail Test Level of Significance Daerah H Diterima luas daerah terarsir H Ditolak = a 5 t tabel Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4 th Edition, hal. :132 4 Kriteria pengujian: a Jika t hitung t tabel , H diterima dan H 1 ditolak. Kesimpulannya b 2 lebih kecil besar dari 0 b 2 tidak signifikan pada a=5. Dapat dikatakan bahwa X 2 dan secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y.

b. Uji F

Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama-sama untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut Insukindro, et al., 2004:59: commit to user 99 1 Merumuskan formula hipotesis H : b 1 =b 2 =b 3 =b 4 =b 5 =0 H a : b 1 ≠b 2 ≠b 3 ≠b 4 ≠b 5 ≠0 2 Menentukan level of significance α sebesar 5 3 Menentukan F tabel dan menghitung F hitung F tabel ® F a, n-k, k-1 F hitung ® Keterangan: R 2 = Koefisien determinasi k = Banyaknya parameter termasuk intersep Gambar 3.3 F- Test Level of Significance H diterima H ditolak F tabel Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4 th Edition, hal. :962 commit to user 100 4 Kriteria pengujian a Jika F hitung F tabel , maka H diterima dan H a ditolak. Kesimpulannya bahwa b 1, b 2, b 3 , b 4 dan b 5 tidak berbeda dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresiparameter secara bersama-sama tidak signifikan pada α=5. b Jika F hitung F tabel , maka H ditolak dan H a diterima. Kesimpulannya bahwa b 1, b 2, b 3 , b 4 , b 5 tidak sama dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresiparameter secara bersama-sama signifikan pada a=5.

c. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 menunjukkan seberapa besar persentase variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R 2 terletak antara 0 dan 1 0 ≤ R 2 ≤ 1. Jika R 2 =1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan 100 variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Namun, jika R 2 =0, artinya garis regresi tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Oleh karena itu, suatu model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu. commit to user 101

6. Membentuk Variabel Jangka Panjang dalam Model ARDL

Estimasi yang didapatkan melalui analisis model ARDL hanya menggambarkan hubungan jangka pendek variabel-variabel di dalamnya. Untuk mendapatkan hubungan atau estimasi jangka panjang dalam model ARDL maka digunakan pendekatan seperti dibawah ini : 1 1 1 1 - - - + = t t t Y X X Xb ……………...……….……………………….3.14 Dimana : X b : Variabel jangka panjang t X 1 : Koefisien variabel X 1 1 - t X : Koefisien variabel jangka pendek t-1 1 - t Y : Koefisien variabel Y t-1 commit to user 102

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Variabel IHSG

Kondisi pasar modal pada tahun 2007 sangat kondusif. IHSG mengalami kenaikan lebih dari 60 jika dibandingkan dengan awal tahun 2007 seperti yang terlihat pada grafik 4.1. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia atau IHSG merupakan tempat investasi yang menarik. Grafik 4.1 Pergerakan IHSG Tahun 2007

Dokumen yang terkait

Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Indonesia

3 52 73

Pengaruh Indeks Harga Saham Nikkei 225, Hangseng 43, Kospi 200, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2005 - 2010

2 43 105

Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG

0 39 99

PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Tahun 1993 – 2014).

0 4 15

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKARRp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-De

1 4 15

PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-Desember 2008).

0 2 21

LANDASAN TEORI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-Desember 2008).

0 6 21

PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).

0 2 20

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Kurs Dollar AS, dan Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

0 0 23

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar RupiahUS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Periode Juli 2008 Juni 2010

0 0 1