Gambaran Umum Kurs Nilai Tukar

commit to user 114 kawasan. Berbagai rilis laporan keuangan emiten pada triwulan III 2010 menunjukkan tingkat keuntungan emiten yang masih cukup terjaga. Bahkan, jika dibandingkan dengan beberapa negara kawasan, return on equity emiten Indonesia tercatat masih yang terbesar. Cukup kondusifnya kondisi mikro emiten juga digambarkan oleh aksi pembagian dividen oleh beberapa emiten. Pembagian dividen tersebut merupakan sinyal bahwa kondisi solvabilitas emiten masih cukup kokoh. Pelaku pasar juga cukup optmis terhadap pertumbuhan laba emiten ke depan mengingat ekspektasi yang cukup tinggi terhadap pihak korporasi dalam pengalokasian anggaran untuk pengeluaran modal.

B. Gambaran Umum Kurs Nilai Tukar

Kinerja nilai tukar rupiah pada tahun 2007 cukup fluktuatif Grafik 4.5 . Nilai tukar rupiah yang fluktuatif disebabkan oleh melemahnya daya beli di beberapa negara tujuan ekspor utama. Selain Jepang, Amerika sudah mulai mengalami perlambatan daya beli sehingga menekan jumlah dana investasi di negara kita. Berkurangnya dana investasi kita secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa terjadi aliran modal asing keluar. Grafik 4.5 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2007 commit to user 115 Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Secara umum nilai tukar rupiah cenderung stabil mulai dari awal tahun 2008 hingga bulan September 2008. Dukungan dari neraca perdagangan yang surplus dan kebijakan makroekonomi yang hati-hati turut mendukung stabilnya nilai tukar rupiah. Namun, rupiah mulai tertekan atau terdepresiasi akibat dari banyaknya jumlah uang yang beredar pada triwulan III 2008 Grafik 4.7. Grafik 4.6 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2008 Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Melemahnya harga komoditas menyebabkan kinerja ekspor menurun dan penawaran mata uang asing ikut tertekan yang dibarengi dengan penurunan IHSG. commit to user 116 Di lain sisi, kenaikan impor yang disebabkan oleh permintaan domestik ikut andil dari terjadinya depresiasi rupiah. Pelemahan nilai tukar rupiah yang dimulai karena sentimen negatif akibat krisis keuangan global tahun 2008 memberikan efek larinya modal domestik ke luar negeri sehingga rupiah terdepresiasi. Pelemahan nilai tukar rupiah sejalan dengan pelemahan IHSG yang tertekan pada triwulan IV 2008 sebesar lebih dari 50 jika dibandingkan dengan level awal tahun 2008. Fluktuatifnya nilai tukar rupiah pada tahun 2008 dipicu oleh krisis keuangan di Amerika, jatuhnya harga komoditas dan melambatnya ekonomi global. Nilai tukar rupiah sebenarnya sudah mulai terdepresiasi pada kuartal pertama tahun 2008 walaupun tidak terlalu terasa pada perekonomian nasional saat itu. Tekanan terhadap rupiah juga dipicu oleh harga minyak yang semakin melambung sehingga investor memilih menempatkan asetnya di instrumen yang lebih aman. Tekanan terhadap IHSG juga mulai terasa karena terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Permintaan asing yang menurun menyebabkan emiten yang bergerak di bidang ekspor mengalami tekanan pada proyeksi keuntungan mereka sehingga menyebabkan harga saham menurun seperti yang terjadi pada emiten sektor pertambangan dan perkebunan. Tekanan yang paling dirasakan terhadap rupiah dimulai pada triwulan III tahun 2008. Efek kepanikan dari krisis global yang memiliki episentrum di Amerika mulai terasa. Para investor mulai khawatir sehingga memindahkan dana investasinya dari emerging market. Pergerakan nilai tukar pada tahun 2008 juga commit to user 117 dipengaruhi oleh resiko investasi di Indonesia. Persepsi mengenai resiko investasi di negara-negara berkembang mulai meningkat sejalan dengan terjadinya krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju. Persepsi negatif yang menyebabkan depresiasi rupiah ini akhirnya mengubah alur investasi para investor untuk meletakkan instrumen investasinya ke tempat yang lebih aman selain dikarenakan terjadinya keketatan likuditas di pasar internasional. Ketidakpastian yang masih tinggi mendorong pelaku pasar valas menahan dolar AS yang dimiliki sehingga mengakibatkan keketatan likuiditas di pasar valas domestik Bank Indonesia, 2010:25. Keketatan pasar valas semakin meningkat karena pada saat bersamaan counterparty risk antar pelaku pasar, terutama dengan bank-bank asing, juga meningkat. Kondisi tersebut mengakibatkan volume perdagangan pasar valas pada triwulan I 2009 menjadi semakin tipis dari rata-rata sekitar 2.799 miliar dolar AS setap bulan menjadi 1.323 miliar dolar AS Bank Indonesia, 2010:25. Secara keseluruhan, ketidakpastian dan persepsi risiko di pasar valas tersebut mengakibatkan rupiah pada triwulan I 2009 masih mendapat tekanan cukup besar. Nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah pada level Rp12.020 per dolar AS pada awal Maret 2009 disertai peningkatan volatilitas. Grafik 4.7 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2009 commit to user 118 Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Perkembangan buruk rupiah pada triwulan I 2009 direspon oleh Bank Indonesia dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar secara terukur melalui upaya menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas domestik yang dibarengi dengan penurunan suku bunga deposito oleh perbankan nasional . Respons kebijakan tersebut dapat menahan peningkatan ekspektasi depresiasi yang berlebihan, di tengah meningkatnya ketidakpastian. Faktor fundamental berupa neraca transaksi berjalan yang mencatat surplus juga menahan pelemahan rupiah lebih dalam. Saat bersamaan, sentimen positif di pasar keuangan global yang mulai terjadi pada pertengahan akhir Maret 2009 juga dapat mengurangi tekanan pelemahan rupiah untuk keseluruhan triwulan I 2009. Pemulihan ekonomi global yang mulai terasa pada tahun 2009 ikut andil dalam meredam depresiasi nilai tukar. Dengan berbagai perkembangan commit to user 119 tersebut, pelemahan nilai tukar rupiah pada triwulan I 2009 sebesar 5,7, atau relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode triwulan akhir tahun 2008 yang mencatat pelemahan sebesar 15,5. Perkembangan itu juga diikut oleh penurunan volatilitas nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah mulai kembali pada tren menguat sejak triwulan II 2009 ditopang perbaikan persepsi risiko terhadap emerging market dan kondisi fundamental domestik yang tetap terjaga. Optimisme akan pemulihan ekonomi global yang disertai dengan terjaganya kondisi fundamental domestik mendorong terus naiknya pasokan valas dari investor asing di pasar keuangan domestik. Penguatan nilai rupiah sejalan dengan menguatnya IHSG sepanjang tahun 2009. Penguatan nilai rupiah mengakibatkan impor semakin murah. Dengan penguatan nilai tukar rupiah, industri Indonesia yang memiliki kecenderungan mengimpor barang modal merasakan manfaat apreasiasi. Akibatnya adalah penguatan IHSG karena dengan impor barang modal tersebut maka output produksi mereka meningkat sehingga proyeksi keuntungan meningkat yang pada akhirnya mengangkat harga saham . Selain itu, neraca transaksi berjalan yang tetap surplus semakin mendukung tren penguatan rupiah. Berbagai perkembangan tersebut mengakibatkan rupiah ditutup pada level Rp9.425 pada akhir tahun 2009 atau terapresiasi 18,4 dibandingkan dengan akhir Maret 2009. Secara keseluruhan tahun 2009, level rupiah akhir tahun 2009 menguat 15,7 dibandingkan dengan level akhir tahun 2008 Bank Indonesia, 2010:43. commit to user 120 Meskipun dalam tren menguat, perkembangan rupiah masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia. Grafik 4.8 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2010 Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan terutama disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar rupiah juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. Nilai tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak awal tahun dan mencapai level Rp 9.081 per dolar AS atau menguat secara rata-rata sebesar 3,8 dibandingkan dengan akhir tahun 2009 Bank Indonesia, 2011:3. Penguatan yang signifikan juga terjadi di IHSG dimana pada tahun 2010 tepatnya pada bulan Desember berhasil mencetak rekor tertingginya. Penguatan ini commit to user 121 mengindikasikan bahwa dengan adanya pelemahan kurs nilai tukar IHSG tidak tertekan. Apabila negara yang mata uangnya terdepresiasi namun tidak mengalami pelemaham IHSG maka negara tersebut dapat dikatakan negara berbasis ekspor. Di awal tahun 2010 pergerakan rupiah sempat mengalami gejolak, sebagai dampak dari krisis fiskal di Yunani yang sempat menimbulkan sentimen risk aversion penghindaran resiko aset negara-negara emerging markets. Namun, optimisme pemulihan global, komitmen penyelamatan bailout ECB European Central Bank dan IMF terhadap Yunani, serta peningkatan peringkat utang Indonesia mampu menutupi sentimen negatif terkait Yunani tersebut, sehingga rupiah kemudian mengalami penguatan yang cukup tajam dari level Rp 9.400 per dolar AS di awal Februari 2010 ke level di bawah Rp 9.000 per dolar AS memasuki Mei 2010 Bank Indonesia, 2011:16. Di awal Juni 2010, krisis fiskal di Yunani akhirnya meluas ke krisis PIIGS dan sempat menimbulkan guncangan luar biasa di pasar keuangan global. Perilaku risk aversion yang memuncak di triwulan ini mendorong nilai tukar kembali ke level Rp 9.400 per dolar AS. Namun, seiring dengan meredanya kekhawatiran pelaku pasar, yang ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia, semakin lebarnya selisih suku bunga antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets, serta perbaikan kondisi prospek Indonesia, rupiah kembali bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di akhir triwulan II 2010. commit to user 122 Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global akibat kebijkan moneter longgar serta perbedaan respons kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets. Aliran dana asing yang deras ikut masuk ke pasar modal dalam negeri sehingga IHSG ikut terangkat. Untuk ikut berinvestasi pada pasar modal maka para pemain asing harus menukarkan mata uang asingnya ke dalam bentuk rupiah. Alasan ini juga menyebabkan cadangan devisa kita meningkat yang dibarengi dengan penguatan IHSG selama tahun 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG pada tahun 2010. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi. Dari sisi domestik, solidnya fundamental ekonomi dan prospek pencapaian Investment Grade Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran modal masuk. Aliran modal kembali gencar membanjiri pasar negara- negara emerging markets yang kali ini dipicu oleh kuatnya ekspektasi terhadap rendahnya suku bunga kebijakan negara maju dan peluncuran quantitative easing tahap dua oleh Federal Reserve Bank Sentral Amerika. Perkembangan yang diutarakan terakhir tersebut mendorong sentimen depresiasi dolar AS sehingga para investor asing beralih mengalokasikan dana investasinya ke negara-negara emerging market . commit to user 123

C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan

Dokumen yang terkait

Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Indonesia

3 52 73

Pengaruh Indeks Harga Saham Nikkei 225, Hangseng 43, Kospi 200, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2005 - 2010

2 43 105

Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG

0 39 99

PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Tahun 1993 – 2014).

0 4 15

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKARRp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-De

1 4 15

PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-Desember 2008).

0 2 21

LANDASAN TEORI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-Desember 2008).

0 6 21

PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).

0 2 20

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Kurs Dollar AS, dan Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

0 0 23

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar RupiahUS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Periode Juli 2008 Juni 2010

0 0 1