commit to user
131
D. Gambaran Umum Variabel Indeks Nikkei
Indeks Nikkei pada tahun 2007 mengalami tekanan yang tidak terlalu berarti. Terbukti bahwa indeks Nikkei mengalami pergerakan hanya pada level
15.000-17.000. Tekanan ini tidak begitu terasa pada pasar modal domestik Jepang. Pada awal tahun hingga pertengan tahun yaitu Juni 2007, indeks Nikkei
terus mengalami peningkatan kinerja seiring dengan stabilnya harga komoditas sebagai bahan baku industri Jepang. Namun mulai dari bulan Juni 2007, indeks
Nikkei mengalami tekanan sampai akhir tahun 2007 karena terjadi fase awal krisis keuangan di Amerika yang melemahkan daya beli masyarakatnya.
Grafik 4.14 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2007
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 Perekonomian Jepang sebagai kekuatan ekonomi nomor 2 di dunia sangat
berhubungan dengan perekembangan pasar keuangan internasional. Pada triwulan
commit to user
132
I 2008 indeks Nikkei mengalami tekanan yang tidak begitu besar terkait dengan melemahnya indeks di Amerika dan Eropa Bank of Japan, 2008:5. Tekanan ini
dikarenakan ECB European Central Bank dan Bank Sentral negara-negara di Eropa menaikkan tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga ini
menyebabkan para pemain pasar modal di indeks Nikkei melarikan dananya ke luar negeri.
Tekanan yang terjadi pada triwulan I 2008 juga dikarenakan adanya kenaikan harga komoditas di pasar dunia. Harga komoditas yang naik antara lain
adalah gas alam dan minyak bumi dimana 2komoditas ini sangat vital bagi perekonomian Jepang. Kenaikan harga komoditas menekan pemerintah Jepang
untuk menaikkan harga jual energi kepada pihak industri sehingga menimbulkan sedikit shock pada indeks Nikkei Bank of Japan, 2008:9.
Pergerakan indeks Nikkei dibarengi dengan penurunan nilai mata uang Jepang yaitu yen terhadap dollar Amerika. Yen mengalami depresiasi dari awal
tahun secara perlahan dan fluktuatif hingga berada pada level 107-108 yen per dollar Amerika pada triwulan I tahun 2008 Bank of Japan, 2008:5.
commit to user
133
Grafik 4.15 Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2008
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 Keterkaitan antara perekonomian Jepang dan Amerika adalah sangat
signifikan karena Amerika merupakan negara tujuan ekspor nomor 1 bagi Jepang. Oleh karena itu, ketika perekonomian Amerika mengalami perlambatan akibat
dari krisis keuangan yang berada pada fase awal maka indeks Nikkei pun ikut tertekan. Konsumsi pribadi dan investasi di Amerika yang mengalami penurunan
ikut menekan Indeks Nikkei. Selain itu, pemain asing yang selama ini mendominasi investasi pasar modal di Jepang turut melarikan danaya dengan
alasan kekeringan likuditas dan krisis keuangan global. Namun, dibalik tekanan tersebut, indeks Nikkei sempat mengalami
penguatan pada Maret hingga Mei 2008 karena kinerja ekspor negara Jepang masih surplus. Emiten yang terdaftar di indeks Nikkei sebagian besar adalah
commit to user
134
perusahaan berorientasi sebagai pengekspor. Artinya adalah bahwa apabila ekspor meningkat maka profit perusahaan masih terjaga dan dapat memberikan sentiment
positif terhadap indeks domestiknya. Walaupun pertumbuhan ekspor terkesan pelan, namun pasar masih bisa menyerap hasil industri negara jepang. Salah satu
indikatornya adalah bahwa emiten di sektor teknologi masih mampu mengekspor mesin-mesin ke negara eropa dan Amerika sebagai pangsa pasar terbesar Bank of
Japan, 2008:13. Namun krisis keuangan yang mulai terjadi di Amerika akibat kasus
subprime mortage mengakibatkan perlambatan ekonomi dunia. Indeks Nikkei ikut
mengalami tekanan. IHSG pun tidak luput dari kejadian ini. Tercatat bahwa indeks Nikkei mengalami penurunan lebih dari 45 dari awal tahun 2008 hingga
akhir tahun 2008. Kinerja emiten Nikkei selama tahun 2008 mengalami tekanan dari segi profit sehingga saham mereka tertekan dan akhirnya indeks Nikkei
menunjukkan kinerja negatif. Tekanan dari permintaan asing terhadap barang-barang Jepang yang
melemahkan ekspor memberikan efek negatof terhadap Nikkei. Daya beli masyarakat Amerika sebagai negara tujuan ekspor nomor 1 jepang memberikan
efek yang signifikan terhadap penurunan indeks Nikkei. Keadaan krisis ini dibarengi dengan kenaikan harga barang-barang material dan energi karena
peningkatan permintaan dari negara-negara berkembang atau emerging market sehingga indeks Nikkei tertekan lebih dalam lagi. Indeks Nikkei mencatat level
paling tinggi yaitu pada level 14370 pada bulan Mei 2008 dan level paling rendah
commit to user
135
pada bulan November 2008 yang hanya sebesar 8515 atau menurun hampir sebesar 45 dari awal tahun.
Grafik 4.16 Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2009
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 Tahun 2009, ekonomi Jepang mulai pulih seiring dengan pemulihan
perekonomian dunia. Kebijakan domestik negara Jepang juga turut mendukung terciptanya perbaikan di sektor perekonomian. Namun masalah masih muncul dari
tingkat permintaan domestik yang belum pulih.
Ekspor dan impor pada tahun 2009 mulai tumbuh setelah sebelumnya sempat terkoreksi oleh krisis keuangan global. Dengan membaiknya ekspor, maka
sebagai negara yang berorientasi ekspor, indeks Nikkei yang didominasi oleh
commit to user
136
emiten pengekspor ikut mengalami kenaikan harga saham yang merupakan imbas dari perbaikan ekonomi dunia.
Namun dalam perjalannnya, indeks Nikkei pada triwulan I 2009 sempat terkoreksi akibat dari kenaikan harga komoditas. Efek deflasi yang diakibatkan
oleh kelebihan penawaran barang memicu deflasi yang turut menekan indeks Nikkei Bank of Japan, 2009:8. Kenaikan harga energi yaitu minyak bumi pada
tahun 2008 masih terasa terutama di sektor industri domestik Jepang. Kenaikan harga energi menyebabkan kenaikan ongkos produksi sehingga saham melemah
selain dikarenakan sentimen krisis keuangan global yang melemahkan permintaan asing terhadap produk Jepang.
Kenaikan indeks Nikkei sebesar 20 di triwulan II 2009 jika dibandingkan dengan triwulan I 2009 merupakan efek dari kebijakan bunga
rendah oleh pemerintah Jepang yang berada pada kisaran 1.3-1.4. Suku bunga yang rendah diimplementasikan agar sektor industri dapat memperoleh dana
murah sehingga biaya ekspansi dapat ditekan. Efeknya adalah kenaikan indeks Nikkei dari level 7895 pada bulan Januari 2009 menjadi lebih dari 10.000 pada
bulan Juli-Agustus 2009. Selain itu, penguatan indeks di Eropa dan Amerika ikut memberikan efek positif bagi indeks Nikkei Bank of Japan, 2009:6.
Indeks Nikkei sempat melemah secara drastis pada akhir bulan November 2009 yang disebabkan oleh penguatan nilai tukar yen. Penguatan nilai tukar yen
akan menyebabkan barang hasil produksi Jepang lebih mahal dari pada
commit to user
137
kompetitornya. Menurunnya daya saing akibat dari kenaikan harga barang ini sangat berbahaya bagi negara Jepang yang berorientasi pada ekspor. Dampaknya
adalah tekanan pada indeks Nikkei yang turun dari level 9500 ke level 9000.
Indeks Nikkei kembali bergerak ke kisaran 11.000 pada akhir tahun atau tepatnya pada bulan desember 2009. Penguatan indeks Nikkei secara garis besar
disebabkan oleh melemahnya nilai tukar yen terhadap dollar Amerika. Penguatan nilai tukar yen pada tahun 2009 sempat menyentuh angka 84-85 yen per dollar
Amerika. Penguatan ini diindikasikan menyebabkan indeks Nikkei tertekan karena nilai ekspor ikut tertekan. Namun, depresiasi nilai tukar yen mulai terjadi
pada bulan Desember 2009 dan menyebabkan indeks Nikkei kembali menguat di akhir tahun 2009. Nilai tukar yen pada bulan Desember tahun 2009 berada di
kisaran 93-94 yen per dollar Amerika.
Grafik 4.17 Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2010
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011
commit to user
138
Indeks Nikkei pada tahun 2010 bergerak cukup fluktuatif seperti terlihat pada grafik 4.17. Dengan suku bunga yang berada pada level 0.9-1.0 indeks
Nikkei bergerak di sekitar level 9500 Bank of Japan, 2010:5. Perekonomian dunia yang melambat pada tahun 2009 tetap terjadi pada tahun 2010. Amerika
sebagai negara tujuan utama ekspor Jepang masih mulai memasuki tahap pemulihan setelah ekonomi negaranya mengalami krisis keuangan yang merembet
pada perekonomian negara lain. Hal terpenting dari krisis keuangan global dan pengaruhnya terhadap perekonomian Jepang adalah masalah permintaan barang-
barang ekspor jepang. Untuk memacu permintaan dalam negerinya, maka Amerika meluncurkan program stimulus fiskal yang pada akhirnya dapat
memberikan dampak positif terhadap ekspor negara Jepang Bank of Japan, 2010:5.
Selain Amerika, Eropa merupakan tujuan utama ekspor negara Jepang. Ekspor merupakan komponen penting untuk mengukur kekuatan ekonomi Jepang
karena sebagian besar emiten di indeks Nikkei merupakan eksportir. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi dan permintaan di berbagai negara akan memberikan efek
positif pada indeks Nikkei. Walaupun sempat mengalami kenaikan pada triwulan I 2010, indeks
Nikkei mengalami tekanan mulai dari awal triwulan III hingga triwulan IV tahun 2010 yang disebabkan oleh apresiasi yen dan pelemahan ekonomi global Bank of
Japan, 2010:11. Ekspor negara Jepang berada pada posisi stagnan selama tahun 2010 namun diharapkan pada tahun 2011 dapat terus tumbuh. Seiring dengan
commit to user
139
menurunnya investasi publik maka pada tahun 2010 indeks Nikkei ikut tertekan Bank of Japan, 2010:7.
Dengan efek stimulus yang diberikan Bank of Japan berupa suku bunga yang rendah maka aktivitas perekonomian negara Jepang selama tahun 2010 terus
mengalami peningkatan. Efek positif dari kebijakan uang longgar quantitative easing monetary policy ini adalah berupa pertumbuhan keuntungan perusahaan-
perusahaan di Jepang. Tekanan yang fluktuatif pada indeks Nikkei cukup terasa pada tahun 2010.
Namun secara keseluruhan perekonomian negara Jepang cukup solid untuk menopang penguatan indeks Nikkei. Kenaikan produktivitas barang-barang
manufaktur yang menjadi ciri khas negara Jepang selama tahun 2010 merupakan indikasi positif bagi penguatan indeks Nikkei. Secara khusus, penjualan
kendaraan bermotor yang merupakan ciri khas Jepang mengalami peningkatan selama tahun 2010, bahkan melebihi ekspektasi. Walaupu indeks Nikkei sempat
tertekan selama 3 kuartal berturut-turut namun penguatan indeks pada akhir tahun mengindikasikan bahwa keuangan dan profit para emiten di indeks Nikkei tetap
terjaga. Peluang indeks Nikkei pada tahun 2011 tetap pada tren penguatan.
Pulihnya ekonomi global menjadi peluang para emiten di indeks Nikkei untuk memperbaiki kinerjanya yang sempat buruk pada tahun 2008-2009. Apresiasi
mata uang menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi negara Jepang.
commit to user
140
Menurut pengalaman indeks Nikkei pada beberapa triwulan sebelum tahun 2010 menunjukkan bahwa apresiasi memberikan efek negatif pada perekonomian
berupa penurunan ekspor dan profit emiten di negara Jepang.
E. Pemilihan Model