Definisi dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Penugasan. Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa, baik berupa soal ataupun permasalahan yang perlu dipecahkan. Setelah menjawabnya, siswa mencocokan hasil kerjanya itu dengan teman kelompoknya. Jika ada satu yang ketinggalan, maka teman satu kelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskannya. Guru harus menekankan kepada siswa bahwa mereka belum tuntas belajar sampai semua anggota kelompok mendapatkan poin 100 untuk kuis. Pemberian kuis. Tahap ini dilakukan setelah guru melakukan presentasi materi beberapa kali. Dalam kuis ini, siswa tidak diperbolehkan saling membantu sebagaimana pada tahap penugasan. Sebelum memberikan kuis, guru diharapkan telah membuat interval nilai. 52 Evaluasi. Dalam evaluasi, siswa akan menerima nilai individual dan nilai kelompok. Nilai individual diperoleh dari hasil teskuis yang diberikan guru kepada masing-masing siswa. Sedangkan nilai kelompok, bisa diperoleh dengan dua cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok juga bisa diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok, dari sumbangan setiap anggota. 53 Penutup. Guru memberikan penghargaan kepada tim yang mendapat poin tertinggi. C. IPS

1. Hakikat IPS

Masyarakat Indonesia sebelumnya belum mengenal istilah IPS. “Dengan diberlakukannya kurikulum tahun 1975 di sekolah-sekolah, istilalah IPS pun baru dikenal secara luas pada tahun 1976. Nama IPS memang baru diperkena lkan pertama kali oleh kurikulum 1975.” 54 52 Robert E. Slavin, Cooperative Learning…, hlm. 143 – 157 53 Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2010, hlm. 88 – 89 54 Lili M. Sadeli, dkk, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Depdikbud UT, 1986, hlm. 20 Ilmu Pengetahuan Sosial bukanlah ilmu sosial. Namun, IPS merupakan bagian dari ilmu sosial. “Sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, dan prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu sosial.” 55 Oleh karena itu, Trianto mendefinisikan “IPS sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial.” 56 Adapun cabang-cabang ilmu yang menginduk kepada ilmu sosial, antara lain “Geografi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Psikologi Sosial, Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Hukum, dan lain sebagainya. Semuanya dipadukan dan dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan program pendidikan dan pen gajaran di sekolah dasar dan lanjutan.” 57 Max Helly mengemukakan pendapat Nu‟man Soemantri mengenai definisi IPS sebagai mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, dan sekolah lanjutan tingkat atas. 58 Namun komposisi ilmu yang dipelajari dalam IPS tidaklah sama. Komposisi tersebut disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Sebagai suatu disiplin ilmu, IPS mengkaji beberapa hal pokok atau aspek untuk dipelajari oleh siswa. Di antara aspek-aspek yang menjadi kajian dan ruang lingkup pelajaran IPS, yaitu: a. “Manusia, tempat, dan lingkungan b. Waktu, kesinambungan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.” 59 Ruang lingkup di atas masih bisa diperinci lagi sesuai dengan jenjang pendidikan. Di jenjang sekolah dasar, “kajian IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dan di 55 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran …, hlm 10 56 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu…, hlm. 171 57 Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 3 58 Max Helly Waney, Wawasan Ilmu …, hlm. 62 59 Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu; Teori, Konsep, dan Implementasi, Yogyakarta: Familia, 2012, hlm. 174 jenjang sekolah lanjutan, kajian dan bobotnya diperluas kepada masalah lingkungan, penerapan teknologi di berbagai sektor kehidupan, transportasi, komunikasi, dan sebagainya.” 60 Ruang lingkup atau kajian IPS di atas terus dikembangkan dari tahun ke tahun.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Selama ini, banyak orang menganggap bahwa IPS adalah materi pelajaran yang ditujukan untuk dihafal dan diingat oleh siswa. Namun lebih dari itu, “IPS melatih keterampilan para siswa baik fisik maupun berpikir dalam mengkaji dan mencari solusi dari masalah sosial yang dihadapin ya.” 61 Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto yang mengemukakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep, di mana siswa diharapkan memperoleh pemahaman sejumlah konsep dan menguasai serta mengembangkan sikap juga keterampilannya sesuai dengan konsep yang dimiliki. 62 Jadi, tujuan belajar IPS kini bukan lagi untuk dihafal dan diingat dalam memori siswa. Secara rinci, Mulyono menjabarkan tujuan pendidikan IPS di Indonesia yang mencakup tiga aspek belajar, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari segi kognitif, IPS memberikan pengetahuan kepada siswa tentang: a. Sejarah kebudayaan bangsa b. Lingkungan geografis tempat tinggal manusia dan interaksinya c. Pemerintahan Negara d. Struktur kebudayaan dan cara hidup suatu bangsa e. Cara pemberdayaan lingkungan f. Efek kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kehidupan manusia g. Efek pertambahan penduduk terhadap lingkungan 60 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran …, hlm. 11 - 12 61 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran …, hlm. 21 62 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu …, hlm. 172 - 173

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PpEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) (mardani)

0 0 10