SUMBERDAYA AIR Kawasan Budidaya Penetapan

BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 54 7 Batu Gamping dan kapur, terdapat di Bolaang Mongondow Lolak, Passi, Dumoga, Domisili Pangi; Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten Talaud Kecamaan Rainis; Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko; 8 Basalt terdapat di Bebali Siau, Pangulu Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 10.250.600 m3; 9 Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang Pulau Ruang; 10 Zeolit terdapat di Lamango Pulau Biaro; 11 Batu apung terdapat di Pulau Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 240.000 m3; 12 Batu setengah permata terdapat di Tagulandang; 13 Lempung terdapat di Mengawa Tamako, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 2.200.000 m3; 14 Sirtu terdapat di Minahasa Selatan Sinonsayang, Ranoyapo, Tenga, Amurang, Tumpaan, Tatapaan, Amurang Timur, Amurang Barat; dan sekitar Gunung Awu, Gunung Karangetang; 15 Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 6.240 ton. 16 Semen, terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

2.1.5.2. SUMBERDAYA AIR

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Sedangkan air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, dan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau butiran di bawah permukaan tanah. Daerah Aliran Sungai DAS adalah suatu kawasan ekosistem yang dibatasi oleh topografi pemisah air punggung-punggung bukit dan berfungsi sebagai penampung, penyimpan dan penyalur air dalam sistem sungai yang keluar melalui sungai utama lalu menuju ke danau atau laut. Dalam sistem suatu DAS tersebut terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor abiotik, biotik dan culturemanusia sehingga merupakan suatu ekosistem Asdak, 2006. Berpedoman pada ekosistem DAS, maka Daerah Aliran Sungai DAS dapat dibagi menjadi: 1. Sub sistem DAS bagian hulu Upland watershed, 2. Sub sistem DAS bagian tengah Midland watershed dan 3. Sub sistem DAS bagian hilir pantai Lowland watershed. BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 55 Masing-masing sub sistem DAS tersebut di atas memiliki karakteristik dan sumber daya alam yaitu sumber daya tanah, sumber daya air, vegetasi dan aktivitas masyarakat yang berbeda-beda. Apabila salah satu dari faktor- faktor tersebut di atas mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi ekosistem DAS atau sub DAS, dan selanjutnya perubahan ekosistem akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS atau sub DAS sebagaimana mestinya. Peristiwa banjir dan kekeringan dapat terjadi karena DAS atau sub DAS telah gagal memenuhi fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpanan dan penyalur air ke sungai-sungai. Kejadian tersebut akan menyebabkan melimpahnya air pada musim hujan, dan sebaliknya sangat minimumnya air pada musim kemarau. Wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 23 Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai SWP DAS yang terbagi dalam 66 SWP SUBDAS- dengan luas 1.423.047 ha. SWP DAS berperan dalam tata hidroorologis wilayah, yaitu dalam hal pasokan air pengaturan secara alamiah yang mampu mengendalikan aliran air dan penyediaan air dalam bentuk reservoir alami. Bencana alam dalam bentuk banjir dan tanah longsor di musim hujan dan kekeringan sungai, anak sungai serta pendangkalan danau yang melanda Sulawesi Utara adalah indikasi sangat diperlukannya penanganan yang terencana, sistematis dan berkelanjutan di wilayah SWP DAS. SWP DAS terluas di Sulawesi Utara adalah Sangkub Langi yang diikuti Dumoga Mongondow, Molibagu, Tumpaan, Ratahan Pantai, Likupang, Ranoyapo, Poigar, Esang, Tondano, Mahena dan seterusnya. Perhatian terhadap lingkungan SWP DAS sangat berperan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Harmonisasi pembangunan dan lingkungan harus dijamin kelangsungannya secara berkelanjutan. Perencanaan tata ruang wilayah, dengan demikian perlu menganalisis penataan ruang yang optimal antara kawasan lindung dan kawasan budidaya secara jangka panjang. Nilai tingkat kualitas suatu DAS atau sub DAS dapat diukur dari dua parameter yaitu tingkat erosi dan fluktuasi debit sungai yang mengalir dalam beberapa kondisi curah hujan yang berbeda. Kandungan lumpur yang terbawa oleh aliran sungai berasal dari daerah aliran sungai yang mengalami proses erosi. Dengan demikian, kualitas lahan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas sumber daya air. Provinsi Sulawesi Utara memiliki enam belas Daerah Aliran Sungai DAS, yaitu DAS Tondano, DAS Kosibidan, DAS Sangkup, DAS Ranoyapo, DAS Pororosen, DAS Poigar, DAS Ongkak Mongondow, DAS Nuangan, DAS RanowangkoNimangan, DAS Likupang, DAS Buyat, DAS Bolangitang, DAS Ayong, DAS Andegile, DAS Dumoga dan DAS Bone berdasarkan Peta Pembagian DAS Sulawesi Utara. Berdasarkan Keputusan Presiden No.12 Tahun 2012 tentang Pembagian Wilayah Sungai, Provinsi Sulawesi Utara terbagi atas 3 tiga Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1 adalah: BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 56 4 Wilayah Sungai Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas Wilayah Sungai Strategis Nasional; 5 Wilayah Sungai Dumoga Sangkub Wilayah Sungai Lintas Propinsi; dan 6 Wilayah Sungai Poigar-Ranoyapo Wilayah Sungai Lintas Kabupaten. Keadaan sumber daya air di Provinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh air permukaan atau sungai-sungai yang mengalir. Terdapat sungai-sungai besar diwilayah ini yaitu antara lain Sungai Talawaan, Sungai Tondano, Sungai Ranowangko, Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, dan Sungai Sangkup. Sungai sungaii tersebut sampai saat ini belum ditetapkan kawasan sempadannya. Bersamaan dengan pemanfaatan sumberdaya air permukaansungai, maka di Provinsi Sulawesi Utara telah dilakukan pengembangan wilayah sungai PWS seiring dengan pengembangan daerah irigasi pada 12 dua belas lokasi yang tersebar di empat kabupaten yang ada dengan luas total 66.902 ha BAPPEDA Provinsi SULUT, 2014. Di antara kedua belas lokasi tersebut, PWS Dumoga-Mongondow di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu PWS terbesar yang telah dikembangkan. Sebagai prasarana penunjang bagi kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah atau persawahan, maka pengembangan sistem irigasi pada dasarnya mengikuti potensi pengembanganperluasan daerah persawahan. Proyek-proyek irigasi yang relatif besar ada di daerah irigasi Kasinggolan-Toraut, daerah irigasi Dumoga, daerah irigasi Sangkup, daerah irigasi Ayong-Bolangat dan daerah Irigasi Lolak. Danau-danau di Sulawesi Utara secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi pengembangan bidang-bidang kepariwisataan, pengairan, dan energi. Danau-danau tersebut adalah Danau Tondano luas 4.278Ha di Kabupaten Minahasa, Danau Moat seluas 617ha di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Pada umumnya sungai-sungai dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain irigasi, sumber tenaga listrik, dan sumber air minum. Sungai-sungai tersebut terletak di Kabupaten Minahasa yaitu: Sungai Tondano 40Km, Sungai Poigar 54,2Km, Sungai Ranoyapo 51,9Km, Sungai Talawaan 34,8Km. Sungai besar lainnya terdapat di daerah Kabupaten Bolaang Mongondow yaitu Sungai Dumoga 87,2Km, Sungai Sangkup 53,6Km, Sungai Ongkaw 42,1Km, dan lainnya. BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 57

2.1.5.3. SUMBERDAYA UDARA