PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
216
Tabel 2.105. Indeks Pemberdayaan Gender Provinsi dan Kabupaten Kota se-Sulawesi Utara Tahun 2014
Di bidang pendidikan perempuan masih tertinggal, dapat dilihat dari rata-rata lamanya sekolah dimana laki-laki adalah 9,07 tahun
sedangkan perempuan adalah 8,72 tahun. Di bidang ekonomi, usaha mikro dan kecil 45 dikelola oleh perempuan dan lebih dari 60
pelaku usaha mikro adalah perempuan yang jika dikembangkan lebih jauh akan dapat membuka lapangan kerja, terutama di tingkat
perdesaan. Sementara dukungan untuk mereka masih terbatas, program pembangunan dapat mendorong perkembangan lebih jauh
untuk membentuk wiraswasta-wiraswasta baru yang mendukung perekonomian di Sulawesi Utara.
2.3.1.10. Ketenagakerjaan Struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada tahun 2015
menunjukkan adanya kenaikan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja, dan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja
di banding tahun 2014 bertambah sebanyak 39 ribu orang. Hal serupa terjadi pada penduduk yang bekerja, dimana pada tahun 2015
jika dibanding keadaan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebanyak 19,3 ribu orang. Sementara jumlah penganggur pada tahun
2015 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 19,2 ribu orang jika dibandingkan dengan tahun 2014. Secara relatif angka
pengangguran Sulawesi Utara menunjukkan kenaikan dari 7,54
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
217
persen pada tahun 2014 menjadi 9,03 persen pada tahun 2015. Angka pengangguran Sulawesi Utara tersebut berada di atas angka
pengangguran nasional. Pada tahun 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka nasional sebesar 6,18 persen.
Indeks Pemberdayaan Gender IDG memperlihatkan sejauh mana peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik yang
mencakup partisipasi politik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan.
SPM Standard Pelayanan Minimum 1. Penanganan
Pelayanan Pengaduan
kekerasan terhadap
perempuan dan anak 2. Pelayanan kesehatan
3. PenegakanBantuan hukum 4. Rehabilitasi sosial
5. Reintegrasi sosial
Peran partai politik
berkaitan dengan pemihakan terhadap peningkatan partisipasi masyarakat akan terlihat pada mekanisme
pencalonan anggota legislatif. Ketentuan kuota seperti termuat dalam undang-undang mesti disikapi hati-hati. Kuota 30 bagi perempuan
tidak bersifat mutlak dan mengikat sehingga tetap terbuka peluang bagi partai
politik menempatkan calon perempuan sekadar
pengumpul suara vote getter atau alat legitimasi. Selain itu, partai politik juga mungkin secara sepihak menempatkan wakil-wakil
perempuan yang tidak memiliki perspektif dan keberpihakan terhadap nilai, prinsip, dan aspirasi masyarakat.
Perempuan Sulawesi Utara pada kenyataannya menjadi penentu kebijakan dan kini saatnya perempuan diperhitungkan di politik.
DPRD Sulawesi Utara yang dipimpin perempuan termasuk 12
anggota dewan perempuan dari total 45 anggota DPRD Sulawesi Utara. Dewan provinsi yang dihuni banyak legislator perempuan
menjadi bukti kapasitas perempuan di dunia politik. Di lembaga pemerintah sekitar 20 perempuan menduduki posisi strategis
sebagai pemimpin daerah di kabupatenkota dimana saat ini terdapat 3 Bupati perempuan, 1 Wakil Bupati perempuan dan 1 Wakil Walikota
perempuan.
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
218
Tabel 2.106.Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu, 2002-2014
Kegiatan Utama
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
2014 2015
1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
Angkata n Kerja
Bekerja
797 923
803 574
873 436
854 646
828 550
908 503
912 198
940 173
936 939
990 720
957 292
946 852
980 756
1 000 000
Penganggur an Terbuka
1
Pernah Bekerja
39 391 9 975
32 074 32 624
39 990 27 872
35 396 25 631
26 802 29 683
26 740 14 475
27 234
Tidak Pernah
Bekerja
62 791 39 999
74 934 111
128 101
876 100
124 73 358
85 326 72 833
63 800 54 096
53 273 52 762
Jumlah
102 182
49 974 107
008 143
752 141
866 127
996 108
754 110
957 99 635
93 483 80 836
67 748 79 996
99 200
Jumlah Angkatan Kerja
900 105
853 548
980 444
998 398
970 416
1 036 499
1 020 952
1 051 130
1 036 574
1 084 203
1 038 128
1 014 600
1 060 752
1 099 200
Persentase Bekerja Terhadap Angkatan Kerja
88,65 94,15
89,09 85,60
85,38 87,65
89,35 89,44
90,39 91,38
92,21 93,32
92,46 90,98
Bukan Angkata
n Kerja Sekolah
118 136
135 744
125 402
125 499
135 456
135 611
135 318
141 920
138 793
135 968
157 741
154 636
173 111
168 500
Mengurus Rumah Tangga
375 647
441 192
401 680
392 100
443 542
398 195
406 882
416 048
368 047
365 182
375 735
420 038
420 168
427 400
Lainnya
84 612 141
519 91 288
85 689 89 868
102 350
106 161
85 027 93 952
74 461 104
627 108
645 114
131 98 600
Jumlah Bukan Angkatan Kerja
578 395
718 455
618 370
603 288
668 866
636 156
648 361
642 995
600 792
575 611
638 103
683 319
707 410
694 400
Jumlah
1 478 500
1 572 003
1 598 814
1 601 686
1 639 282
1 672 655
1 669 313
1 694 125
1 637 366
1 659 814
1 676 231
1 697 919
1 768 162
1 793 600
Persentase Angkatan Kerja Terhadap Penduduk usia Kerja
60,88 54,30
61,32 62,33
59,20 61,97
61,16 62,05
63,31 65,32
61,93 59,76
59,99 61,28
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
219
Jumlah pengangguran keadaan tahun 2015 sebesar 99,2 ribu orang, mengalami kenaikan sebanyak 19,2 ribu orang dari tahun
2014. Tingkat pengangguran terbuka TPT provinsi Sulawesi Utara selama tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan, yaitu 6,79
persen tahun 2013, menjadi 7,54 persen tahun 2014 dan naik menjadi 9,03 persen tahun 2015. Dilihat perbandingan desa-kota,
tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Sebanyak 11,54 persen angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai
penganggur terbuka pencari kerja, setara dengan 62,7 ribu orang. Sedangkan di perdesaan rural area tingkat pengangguran 5,6 persen
atau 36,5 ribu orang. Dibandingkan tahun 2014 jumlah penganggur di daerah perkotaan dan perdesaan terjadi peningkatan.
Disparitas gender pada pengangguran dan partisipasi angkatan kerja terjadi ketimpangan. Tingkat pengangguran perempuan
sebesar 13,02 persen hampir dua kali lipat tingkat pengangguran laki- laki yang hanya 7,13 persen. Pada satu sisi tingkat pengangguran
perempuan yang tinggi bermakna positif karena berarti ada potensi yang tinggi pada partisipasi kerja perempuan. Jika dibandingkan
dengan keadaan tahun 2014, tingkat partisipasi angkatan kerja laki- laki dan perempuan mengalami kenaikan.
Struktur lapangan pekerjaan hingga tahun 2015 tidak mengalami perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, dan Jasa
Kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara. Jika
dibandingkan dengan keadaan tahun 2014, jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan pada beberapa sektor antara lain
di Sektor keuangan sebanyak 3,4 ribu orang 11,42 persen, Sektor lainnya sebanyak 2,2 ribu orang 9,15 persen, sektor industri
sebanyak 3,6 ribu orang 5,08 persen, dan sektor pertanian 1,6 ribu orang 0,51 persen sedangkan yang mengalami kenaikan paling besar
yaitu Sektor konstruksi sebanyak 5,3 ribu orang 6,69 persen.
Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari
tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruhkaryawan, sisanya termasuk pekerja informal. Dilihat menurut status pekerjaan penduduk, pada tahun 2015 sebanyak 404,5 ribu
orang 40,45 persen bekerja pada kegiatan formal dan 595,5 ribu orang 59,55 persen bekerja pada kegiatan informal. Dalam setahun
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
220
terakhir tahun 2014 tahun 2015, penduduk bekerja dengan status
buruhkaryawan berkurang 16,2 ribu orang . Keadaan ini menyebabkan jumlah pekerja formal berkurang sekitar 9,4 ribu orang
atau 42,21 persen pada tahun 2014 menjadi 40,45 persen pada tahun 2015. Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja
dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja keluargatak dibayar. Dalam
setahun terakhir tahun 2014 tahun 2015, pekerja informal bertambah sebanyak 28,7 ribu orang, dan persentase pekerja informal
bertambah dari 57,79 persen pada tahun 2014 menjadi 59,55 persen pada tahun 2015.
2.3.1.11. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jumlah koperasi di Sulawesi Utara terus meningkat periode Tahun
2010-2015. Tahun 2010, jumlah koperasi tercatat sebanyak 51.218 unit dan meningkat menjadi 58.807 unit Tahun 2015. Namun
demikian, sebagian besar koperasi tersebut tidak lagi melakukan aktivitas, hal ini menunjukkan bahwa kinerja koperasi di Sulawesi
Utara belum optimal. Lemahnya kelembagaan Koperasi, ditandai dengan tingginya jumlah
Koperasi tidak aktif Tahun 2014 sebanyak 2.594 koperasi, rendahnya jumlah pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan RAT oleh Koperasi aktif
yang tercatat hanya 849 dari 2.594 koperasi aktif. Secara kelembagaan, persoalan yang dihadapi oleh UMKM terutama
berkaitan dengan legalitas usaha dan administrasi kelembagaan yang tidak memadai.
Otonomisasi daerah sebagai amanah Undang-Undang disatu sisi berdampak sangat baik bagi pengembangan daerah tetapi di sisi lain
memunculkan beberapa persoalan baru antara lain 1. pergantian aparatur rolling di Kabupatenkota yang putarannya terjadi dalam
jangka waktu yang cepat, sangat berakibat pada ketiadaan tenaga yang memiliki kompetensi yang memadai dibidang perkoperasian. 2.
Anggaran APBD pada Dinas yang membidangi pembinaan Koperasi dan UMKM di KabupatenKota pada umumnya masih relatif kecil.
Akumulasi dari pemasalahan ini mengakibatkan tugas-tugas pembinaan koperasi dan UMKM menjadi tidak maksimal, selain itu
diakupula bahwa masih adanya budaya membentuk koperasi yang semata-mata bertujuan hanya untuk mengejar bantuan fasilitas dari
pemerintah. Pada dasarnya, perkembangan kuantitas UMKM belum dibarengi dengan perkembangan kualitas yang dapat memberi nilai
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
221
tambah yang besar bagi Sulawesi Utara. Hal ini disebabkan UMKM Sulawesi Utara belum didukung sepenuhnya dengan permodalan yang
memadai, teknologi tepat guna, dan promosi produk untuk pemasaran yang efektif serta belum adanya kemitraan dalam bentuk inti-plasma,
subkontrak,
waralaba franchise,
distribusi dan
keagenan, perdagangan umum, dan bentuk-bentuk kemitraan lainnya, seperti
usaha patungan joint venture, bagi hasil, dan penyumberluaran outsourcing, pelaksanaannya belum sepenuhnya optimal. Disamping
itu masih kurangnya minat wiraswasta muda lokal local and young entrepreneur. Adapun fungsi kelembagaan koperasi masih belum
optimal karena banyak permasalahan internal. Salah satu upaya untuk mengembangkan perekonomian daerah adalah ekonomi kreatif
lokal yang sampai saat ini masih sangat terbatas pengembangannya.
Dalam membantu pelaku-pelaku ekonomi didaerah termasuk UMKM mempromosikan produk-produk mereka kepada pihak-pihak investor
baik di dalam maupun di luar negeri maka perusahaan daerah memegang peran yang sangat penting. Untuk itu pemerintah provinsi
harus mendorong adanya peningkatan peran dan fungsi perusahaan daerah yang telah ada. Perkembangan perusahaan daerah tidak
mengalami peningkatan baik pengelolaan organisasi maupun usaha- usaha yang dijalankan selama ini di sektor jasa dan perdagangan.
Selain itu untuk menarik minat investor menanamkan modalnya di berbagai bidang, maka perlu adanya data base dan pusat informasi
bisnis yang memadai dan up to date, karena sampai saat ini belum tersedia.
2.3.1.12. Kebudayaan Masyarakat Sulawesi Utara dikenal oleh orang luar dengan