BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
60
Pemerintah mengakui selama ini bergerak lambat dalam merangsang investor untuk masuk ke bisnis listrik geotermal. Hingga sekarang pemerintah
belum menetapkan berapa harga yang akan dibeli dari perusahaan listrik yang menjual listrik dari tenaga panas bumi. Sejauh ini di Indonesia terdapat 15
PLTP yang membangkitkan daya listrik sebesar 1.155 MW, jauh lebih kecil dari potensi keseluruhannya sebesar 27.000 MW. Oleh karena itu penetapan harga
yang tepat sangat penting untuk memperbesar kontribusi panas bumi dalam bauran listrik nasional.
Dengan semakin dinamisnya perkembangan industri panas bumi di Indonesia, pemerintah kemudian menerbitkan
feed-in-tariff nasional pada tahun 2012. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menerbitkan Peraturan
Menteri Permen No.22 tahun 2012 tentang Penugasan kepada PT Perusahaan Listrik Negara PLN persero untuk melakukan pembelian tenaga listrik dari
PLTP dan harga patokan pembelian tenaga listrik oleh PLN dari PLTP. Dalam Peraturan Menteri tersebut, diatur untuk wilayah Sumatera harga listrik panas
bumi untuk wilayah Sumatera harga dipatok US 10 sen per kilowatt hours
kwh, sedangkan pada tegangan menengah dipatok harga US 11,5 sen per kwh. Sementara untuk wilayah Jawa, Madura dan Bali harga pada tegangan
tinggi dipatok US 11 sen per kwh sedangkan pada tegangan menengah US 12,5 sen per kwh. Untuk wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan
Sulawesi Tenggara tegangan tinggi tarif dikenakan biaya US12 sen per kwh sementara untuk tegangan menengah harga dipatok pada US 13,5 sen per
kwh. Untuk wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo harga listrik di tegangan tinggi dipatok US13 sen per kwh sementara pada tegangan
menengah dipatok pada harga US14,5 sen per kwh. Lalu untuk wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur harga listrik dipatok US15 sen per
kwh pada tegangan tinggi sedangkan pada tegangan menengah harga dipatok US 16,5 sen per kwh. Terakhir,wilayah Maluku dan Papua untuk tegangan
tinggi dipatok harga US17 sen per kwh sedangkan pada tegangan menengah US18,5 sen per kwh.
2.1.5.5. SUMBERDAYA MINERAL
Dalam Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 dijelaskan mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar,
kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit,
gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen, dan batuan
meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap fullers earth, slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt,
trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas,
batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali,
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
61
kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami sirtu, bahan timbunan pilihan tanah, urukan tanah setempat, tanah merah
laterit, batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang
berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Di wilayah penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat ditemukan adanya batuan vulkanik jenis andesitik termineralisasi, dibagian
atas singkapan batuan tersebut berupa ubahan lempung kuarsa ± khlorit,
sedangkan pada kedalaman 10 meter berubah ke arah kuarsa±adularia-serisit- pirit, sebagian silisifikasi dengan kalsedonit mengandung pirit dan urat-urat
kuarsa mengandung
pirit, sedikit
sfalerit dan
galena. Kalsedonik
memperlihatkan struktur koloform dan indikasi bentuk krustifikasi dari kuarsa berbutir kasar ke arah yang halus, dengan indikasi adularia, lempung dan
bentuk lembaranbladded karbonat. Menurut Leach T. et al, 1997, lingkungan ubahan seperti di atas berkaitan erat dengan adanya pencampuran air meteorik
dengan fluida hidrotermal yang kaya akan mineral-mineral vanadium dan kaya akan illit, roscoclite yang menggantikan mineral potasium serta kaya akan ilit-
smektit
Di kabupaten Bolaang Mongondow Timur, munculnya markasit berwarna kehijauan, berbutir sangat halus mencerminkan adanya indikasi oksida
menengah yang miskin akan pirit, sebagai indikasi pembentukan mineralisasi di permukaan dimana akan terbentuk asosiasi perak dengan emas teluride
atau emas sebagai elektrum, di lapangan terlihat dari beberapa conto batuan di dalam lobang tambang dengan kedalaman 12 m. Ditemukannya cebakan emas
bonanza di atas 50 grton telah memicu para penambang melakukan kegiatannya secara maksimal, disini telah terjadi pembentukan formasi bijih
ketika terjadi up welling cairan fluida yang membawa mineralisasi terutama emas dan perak.
Masyarakat Kotabunan selama ini mengetahui bahwa ada dua buah bukit yang dianggap sebagai wilayah prospek untuk logam emas dan sedikit
perak, dimana sebelumnya mereka telah melakukan penambangan dengan posisi urat kuarsa yang diambil berarah barat laut-tenggara dan timur laut-
barat daya. Hasil pengamatan lapangan di wilayah ini setelah melakukan pengecekan terhadap singkapan batuan dan beberapa fragmen batuan sisa
para penambang, bahwa di daerah ini telah terjadi adanya proses mineralisasi tipe epitermal sulfida rendah, seperti yang ditemukannya indikasi akan
pembentukan tipe mineralisasi tersebut.
Breksi hidrotermal dengan dicirikan oleh adanya urat-urat kuarsa mengandung pirit halus, bersama kalsedon, adularia terlihat jarang dan serisit
yang memperlihatkan adanya over printing mineralisasi di wilayah ini telah memberikan suatu gambaran bahwa mineralisasi logam di Molobog dapat
dianggap signifikan. Ubahan khlorit-lempung-pirit-kuarsa di bagian atas lokasi prospek telah memberikan indikasi adanya aktifitas hidrotermal berulang,
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
62
sehingga kearah kedalaman ditemukan adanya ubahan serisit-adularia, dengan kandungan pirit yang sangat halus sekali, kemudian kristal kuarsa halus
terdapat di dalam lobangvughy. Kearah makin dalam dari lobang vertikal sedalam 15 m ditemukan ubahan kuarsakalsedon-pirit dan urat-urat kuarsa
halus beberapa puluhan sentimeter, berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut- baratdaya. Singkapan di permukaan sangat jarang sekali ditemukan adanya
batuan terubah kuat, sehingga temuan ini hanya terdapat di dalam lobang yang dibuat oleh penduduk setempat.
Keberadaan mineral non logam di Provinsi Sulawesi Utara menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tahun 2014
cukup potensial. Potensi mineral Andesit sebagai bahan bangunan secara hipotetik sebanyak 280.434.000 ton. Batuapung terdapat dalam jumlah
hipotetik sebanyak 960.000 ton. Batugamping sebanyak 18.815.000 ton. Endapan belerang dijumpai di wilayah Kawah Gunung Ambang dengan
cadangan 121.456 metrik ton. Kemudian potensi panas bumi di daerah Lombongo 50º C, Binggele 81º C, Hunggayono 40º C dan Tulabado 80º C.
Pada saat ini Pertamina sedang melakukan tahap penyelidikan awal untuk panas bumi di wilayah Kecamatan Mondayag dan Kotabunan. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.16. Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Sulawesi Utara.
Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam-RI, 2014.
HIPOTETIK TEREKA
TERTUNJUK TERUKUR TERKIRA TERBUKTI
1 Andesit An
Bahan Bangunan 280.434.000
- -
- -
-
2 Batuapung Pu
Mineral Industri 960.000
- -
- -
-
3 Batugamping Ls Mineral Industri
18.815.000 -
- -
- -
4 Belerang S
Mineral Industri 118.000
- -
- -
-
5 Bentonit Btn
Mineral Industri 52.000
- -
- -
-
6 Kaolin Ka
Bahan Keramik 7.828.000
- -
- -
-
7 Lempung Cly
Bahan Keramik -
6.262.000 -
- -
-
8 Obsidian Ob
Bahan Keramik 4.005.000
- -
- -
-
9 Sirtu Gra
Bahan Bangunan 1.250.000
- -
- -
-
10 Tras Tra
Bahan Bangunan 74.620.000
- -
- -
- SUMBER DAYA Ton
CADANGAN Ton NO.
KOMODITI KODE
KELOMPOK
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
63
Sirtu terdapat pada aliran sungai yang besar mereka ambil pasir dan batuan andesit yang cukup prospek. Punggungan Doup prospek ditempati oleh
breksi vulkanik dengan fragmen andesit berukuran bongkah hingga kerakal, yang diperlukan untuk bahan bangunan dan perbaikan jalan yang masih
dalam keadaan persiapan pembangunan pemukiman kabupaten baru. Kotabunan dengan perbatasan wilayah Buyat banyak tersingkap batugamping
yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya, menurut camat setempat telah dilakukan inventarisasi batugamping oleh salah satu perusahaan swasta
nasional, untuk kepentingan pabrik semen. Akan tetapi di wilayah pantai tenggara untuk batugamping ada kemungkinan terbentuknya mineralisasi
logam seperti yang ditemukan di Ratatotok.
Mineralisasi emas-perak diperoleh dari urat-urat kuarsa, sedangkan dari batuannya mereka tidak pernah mengambilnya, dikarenakan menurut mereka
kurang mengandung emas. Galena dan sfalerit terlihat mengisi lobang-lobang bersama kristal kuarsa yang dianggap mereka banyak mengandung emas.
Mangan berwarna hitam dan hematit berwarna merah mengisi retakan-retakan, kemungkinan mangan tersebut yaitu jenis pirolusit. Keadaan struktur pada
sistim epitermal sulfida rendah untuk kuarsa-emas-perak, pada umumnya terbentuk di busur magmatik, biasanya mencirikan zonasi penekukan secara
oblique dan jelas mencerminkan tipe keadaan back arcbusur luar dari tipe adularia-serisit epitermal emas-perak, bentuk struktur tersebut berupa jogs,
dilihat dari struktur yang saling berpotongan dengan ciri-ciri adanya rekahan dilasi dan fissure veins, splittingpemisahan dari pada hanging wall. Kejadian
di atas akan berlanjut secara luas berupa strike slip faultsesar mendatar sejajar arahjurus batuannya Sibson, 1987. Keadaan tersebut terlihat pada
lokasi tambang Molobog pada kedalaman 8 m, dimana ciri mineralnya telah memperlihatkan serisit dan sedikit adularia.
Proses penambangan bahan galian emas di wilayah ini sama seperti yang dilakukan di wilayah Panang dan Tungau, yaitu dengan cara tambang dalam
dengan membuat lobang-lobang tambang mengikuti arah urat-urat emas yang berarah utara-selatan. Sedangkan pengolahannya masih menggunakan metoda
amalgamasi dan pembuangan tailing sebagian ke sungai kecil didekatnya, apabila pada musim penghujan semua sisa-sisa penambangan ini terbawa
banjir hingga ke laut.
2.1.5.6. SUMBERDAYA HUTAN