BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
63
Sirtu terdapat pada aliran sungai yang besar mereka ambil pasir dan batuan andesit yang cukup prospek. Punggungan Doup prospek ditempati oleh
breksi vulkanik dengan fragmen andesit berukuran bongkah hingga kerakal, yang diperlukan untuk bahan bangunan dan perbaikan jalan yang masih
dalam keadaan persiapan pembangunan pemukiman kabupaten baru. Kotabunan dengan perbatasan wilayah Buyat banyak tersingkap batugamping
yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya, menurut camat setempat telah dilakukan inventarisasi batugamping oleh salah satu perusahaan swasta
nasional, untuk kepentingan pabrik semen. Akan tetapi di wilayah pantai tenggara untuk batugamping ada kemungkinan terbentuknya mineralisasi
logam seperti yang ditemukan di Ratatotok.
Mineralisasi emas-perak diperoleh dari urat-urat kuarsa, sedangkan dari batuannya mereka tidak pernah mengambilnya, dikarenakan menurut mereka
kurang mengandung emas. Galena dan sfalerit terlihat mengisi lobang-lobang bersama kristal kuarsa yang dianggap mereka banyak mengandung emas.
Mangan berwarna hitam dan hematit berwarna merah mengisi retakan-retakan, kemungkinan mangan tersebut yaitu jenis pirolusit. Keadaan struktur pada
sistim epitermal sulfida rendah untuk kuarsa-emas-perak, pada umumnya terbentuk di busur magmatik, biasanya mencirikan zonasi penekukan secara
oblique dan jelas mencerminkan tipe keadaan back arcbusur luar dari tipe adularia-serisit epitermal emas-perak, bentuk struktur tersebut berupa jogs,
dilihat dari struktur yang saling berpotongan dengan ciri-ciri adanya rekahan dilasi dan fissure veins, splittingpemisahan dari pada hanging wall. Kejadian
di atas akan berlanjut secara luas berupa strike slip faultsesar mendatar sejajar arahjurus batuannya Sibson, 1987. Keadaan tersebut terlihat pada
lokasi tambang Molobog pada kedalaman 8 m, dimana ciri mineralnya telah memperlihatkan serisit dan sedikit adularia.
Proses penambangan bahan galian emas di wilayah ini sama seperti yang dilakukan di wilayah Panang dan Tungau, yaitu dengan cara tambang dalam
dengan membuat lobang-lobang tambang mengikuti arah urat-urat emas yang berarah utara-selatan. Sedangkan pengolahannya masih menggunakan metoda
amalgamasi dan pembuangan tailing sebagian ke sungai kecil didekatnya, apabila pada musim penghujan semua sisa-sisa penambangan ini terbawa
banjir hingga ke laut.
2.1.5.6. SUMBERDAYA HUTAN
Provinsi Sulawesi Utara memiliki luas lahan sebesar 1.591.786 Ha yang terdiri dari kawasan hutan seluas 788.691,88 Ha 49,5 dan areal penggunaan lain
seluas 803.093 Ha 50,5. Dari luas lahan sebesar 788.691,88 Ha 49,5 tersebut kawasan hutan terbagi dalam tiga fungsi yaitu:
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
64
a Hutan konservasi yang berfungsi sebagai taman nasional. Suaka margasatwa dan cagar alam dgn luas seluruhnya sebesar 310.759,74
hektar. b Hutan Lindung yaitu berupa hutan lindung seluas 175.958,33 ha.
c Hutan Produksi seluas 301.974,81 Ha. Hutan sangat berpengaruh terhadap karakteristik pengaturan Daerah Aliran
Sungai watershed. Pengaruh ini sangat kompleks dan saling bergantung karena watershed hutan dapat dipandang sebagai satu kesatuan sistem
ekosistem sehingga saling bergantung antara daerah atas atau daerah hulu upland watershed dan daerah hilir lowland watershed. Dengan demikian
gangguan hutan pada daerah hulu akan memberikan pengaruh terhadap daerah hilir. Beberapa kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Sulawesi
Utara antara lain Cagar Alam CA Gunung Lokon, CA Gunung Ambang, CA Tangkoko, Suaka Margasatwa SM Karakelang, SM Manembo-nembo, Taman
Nasional Boganinani Wartabone, Taman Nasional Laut Bunaken, Taman Wisata Alam Batu Putih dan TWA Batu Angus. Taman Nasional Boganinani Wartabone
terletak dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara 177.115 Ha dan Provinsi Gorontalo 110.000 Ha.
Tabel dibawah ini menunjukkan luas lahan Provinsi Sulawesi Utara menurut kabupatenkota sesuai dengan fungsi kawasan.
Tabel 2.17. Luas Lahan Provinsi Sulawesi Utara Sesuai Dengan Fungsi Kawasan Ha
No KABUPATEN
HSA KPA
HL HPT
HP HPK
Kawasan Hutan
APL TOTAL
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Bolaang
Mongondow 193.647
95.089 159.610
50.827 14.643
513.816 321.988
835.804 2
Kep. Sangihe -
13.820 13.820
87.483 101.303
3 Kep. Talaud
29.804 10.199
2.348 42.351
82.741 125.092
4 Kota Bitung
9.615 6.027
15.643 14.757
30.400 5
Kota Manado 15.106
1.086 16.192
12.492 28.684
6 Kota Tomohon
694 585
1.615 2.895
11.765 14.660
7 Minahasa
8.417 9.173
5.758 23.348
79.778 103.126
8 Minahasa Selatan
18.773 22.551
30.432 16.597
88.353 128.661
217.014 9
Minahasa Utara 44.486
17.428 10.361
72.276 63.428
135.704 Total
320.543 175.959
210.124 67.424
14.643 788.693
803.093 1.591.786
Sumber : BPKH 2006; Sk Menhutbun No.452Kpts-II99 tanggal 17 Juni 1999
Secara umum kegiatan budidaya dan pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Sulawesi Utara dapat dibedakan menurut karakteristiknya.
Dalam hal ini, kawasan hutan produksi merupakan penyangga dari kawasan
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
65
lindung, sedangkan kawasan pertanian, pertambangan, perindustrian dan permukiman merupakan kegiatan budidaya
intensif . Pariwisata yang berorientasi pada obyek wisata alam dapat dipandang sebagai kegiatan yang
fleksibel di dalam memanfaatkan ruang sehingga kawasannya dapat saja bertumpang tindih pada kawasan lindung yang telah ditetapkan dengan tetap
menjaga fungsi lindungnya.
Tabel 2.18. Kekritisan Lahan per KabupatenKota Provinsi Sulawesi Utara, 2014
No KabupatenKota
Besar an
Tidak Kritis
Kritis Potensial Kritis
Kritis Agak Kritis
Kritis Kritis
Sangat Kritis
Kritis Total
1 Bitung
ha 7,511.00
16,596.39 6,096.05
602.79 30,806.23
0.00 24.38
53.87 19.79
1.96 100
2 Bolaang Mongondow
ha 4,420.96
150,764.25 109,532.59
60,256.24 7,874.50
332,848.54 1.33
45.30 32.91
18.10 2.37
100 3
Bolaang Mongondow Selatan
ha 5,416.36
94,514.23 49,600.02
18,421.02 11,344.35
179,295.98 3.02
52.71 27.66
10.27 6.33
100 4
Bolaang Mongondow Timur
ha 41.86
32,240.85 33,239.70
20,250.75 2,692.01
88,465.17 0.05
36.44 37.57
22.89 3.04
100 5
Bolaang Mongondow Utara
ha 2,414.99
68,275.45 69,333.51
16,855.72 2,981.76
159,861.43 1.51
42.71 43.37
10.54 1.87
100 6
Kepulauan Sangihe ha
147.71 1,749.79
29,788.92 25,182.81
1,330.76 58,199.99
0.25 3.01
51.18 43.27
2.29 100
7 Kepulauan Talaud
ha 316.25
27,223.62 61,519.37
8,618.40 252.08
97,929.72 0.32
27.80 62.82
8.80 0.26
100 8
Kotamobagu ha
3,647.62 1,288.51
90.02 30.73
5,056.88 0.00
72.13 25.48
1.78 0.61
100 9
Manado ha
231.08 2,469.82
12,154.19 1,390.06
144.14 16,389.29
1.41 15.07
74.16 8.48
0.88 100
10 Minahasa
ha 527.72
37,575.54 49,339.40
21,414.14 2,271.68
111,128.48 0.47
33.81 44.40
19.27 2.04
100 11
Minahasa Selatan ha
1,315.08 30,601.90
73,848.30 40,580.87
1,862.34 148,208.49
0.89 20.65
49.83 27.38
1.26 100
12 Minahasa Tenggara
ha 458.27
19,452.71 33,965.69
16,241.36 583.88
70,701.91 0.65
27.51 48.04
22.97 0.83
100 13
Minahasa Utara ha
4,155.77 27,207.18
53,048.65 15,117.94
776.42 100,305.96
4.14 27.12
52.89 15.07
0.77 100
14 Siau Tagulandang
Biaro ha
288.42 2,387.40
6,335.74 10,731.39
1,214.01 20,956.96
1.38 11.39
30.23 51.21
5.79 100
15 Tomohon
ha 5,357.02
6,134.56 3,098.32
74.84 14,664.74
0.00 36.53
41.83 21.13
0.51 100
Total ha
19,734.4 7
510,978.38 605,725.54
264,345.0 9
34,036.29 1,434,819.7
7
1.38 35.61
42.22 18.42
2.37 100
Sumber: BPDAS Tondano, 2015
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
66
Masyarakat Sulawesi
Utara masih
banyak yang
menggantungkan kehidupannya
pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Keberlangsungan ketiga sektor tersebut sangat bergantung pada kondisi
hutan sebagai penyedia air dan penyangga kehidupan dalam mencegah bencana di masa depan. Isu kehutanan yang masih dihadapi saat ini
adalah masih luasnya lahan kritis dalam kawasan maupun di luar kawasan, pemanfaatanpenggunaan lahan untuk
kepentingan non
kehutanan secara illegal dalam kawasan hutan, perambahan dan pencurian kayu illegal logging, alih fungsi kawasan hutan terkait tata
ruang serta isu perubahan iklim terkait hutan. Luas lahan kritis agak kritis sampai dengan sangat kritis Sulawesi Utara saat ini adalah
832.626,56 Ha yang terdiri dari kawasan hutan seluas 289.977,27 Ha 36,48, Areal Penggunaan Lain seluas 542.646,29 Ha 83 dan luas
areal yang terbakar tahun 2015 seluas 11.402 Ha.
Tabel 2.19. Tingkat Kekritisan Lahan Sulawesi Utara Tahun 2015
Fungsi Kawasan
Tingkat kekritisan lahan ha Total
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis Kritis
Sangat Kritis
Kawasan Hutan Lindung HK
10802.88 163228.54
49823.09 15549.19
6110.96 245514.66
HL 6477.23
82672.86 48167.29
17354.34 6077.99
160749.71
17280.11 245901.4
97990.38 32903.53
12188.95 406264.37
Kawasan Lindung di luar kawasan hutan HPT
563.37 54242.14
124422.22 23750.4
5883.16 208861.29
HP 13493.95
33331.47 12933.72
4755.59 64514.73
HPK 1377.76
11245.44 1888.71
166.94 14678.85
563.37 69113.85
168999.13 38572.83
10805.69 288054.87
Kawasan Budidaya APL
1891.01 195960.48
338736.2 192868.66
11041.43 740497.78
Total 19734.49
510975.73 605725.71
264345.02 34036.07
1434817.02
Luas kawasan hutan adalah 788.693Ha yang sesuai dengan fungsinya terbagi atas Hutan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam HSAKPA
seluas 320.543Ha 40,64, Hutan Lindung HL seluas 175.959Ha 22,31, Hutan Produksi Terbatas HPT seluas 210.124Ha 26,46, Hutan Produksi
HP seluas 67.424Ha 8,55 dan Hutan Produksi Konversi HPK seluas 14.643Ha 1,86. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah harus terus
melakukan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan secara lestari diantaranya melalui penyadartahuan masyarakat yang berada disekitar hutan
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
67
untuk terus menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga ekonomi dan kehidupan mereka serta generasi dimasa yang akan datang. Seiring itu pula
Pemerintah melakukan upaya penegakan hukum bagi para perusak atau pelaku
pelanggaran kehutanan,
memberikan akses
masyarakat untuk
mengelola hutan secara lestari, melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan melibatkan masyarakat serta mendorong upaya-upaya mengantisipasi
perubahan iklim global dengan kerjasama di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.
2.1.5.7. Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan