PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
100
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan Sulawesi Utara sebagai salah satu dari lima destinasi wisata unggulan
di Indonesia. Salah satu yang menjadi unggulan Sulawesi Utara adalah keunikan seni dan budaya daerah yang dimiliki, seperti Musik
Kolintang, Musik Bambu, Tari Maengket, Tari Kabasaran, Tari Tuitan, Tari Wella, Tulude, Masamper, dsb. Dalam rangka melestarikan seni
budaya daerah dan mengembangkannya sebagai daya tarik wisata, maka pemerintah membuat paket-paket wisata ataupun pergelaran-
pergelaran seni budaya, seperti Festival Bunaken, pemilihan Nyong- Noni
Sulawesi Utara,
dll. Pelestarian
seni budaya
dan pengembangannya dilakukan
bekerjasama dengan pihak-pihak swasta atau organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
kepariwisataan. Selain itu, dilakukan perencanaan dan pembangunan museum atau pusat seni budaya daerah. Demikian pula peran
tenaga-tenaga ahli dan kaum profesional di bidang kebudayaan dan pariwisata sangat diperlukan
dimana mereka membutuhkan peningkatan kemampuan SDM dan penguasaan IPTEK. Hal ini akan
menjadi sangat penting untuk pelestarian, pengembangan, dan promosi seni budaya daerah.
Adapun beberapa upaya pemerintah dalam mempromosikan pariwisata daerah Sulawesi Utara meliputi pembentukan Badan
Promosi Pariwisata Daerah pada 2009, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, kerjasama berupa
Memorandum of Understanding dengan Provinsi Bali paket wisata, promosi pariwisata, pembuatan paket-paket wisata lokal, promosi
seni budaya ke mancanegara berupa pergelaran-pergelaran lokal daerah yang dibawa ke pentas internasional, dan pembuatan Branding
Sulawesi Utara yang representatif untuk diusung ke dunia Internasional.
2.2.3.2. Olah Raga Salah satu bagian dari Pembinaan Pemuda yaitu melalui olahraga.
Prestasi olahraga dalam berbagai even sudah cukup baik, namun masih
perlu peningkatan
kesadaran berolahraga
dikalangan masyarakat luas, pembibitan olahraga, dan peningkatan jumlah ruang
publik untuk olahraga yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan dan masyarakat luas. Diharapkan dengan peningkatan
ruang publik untuk olahraga, pembibitan, dan penemuan bibit unggul daerah di bidang olahraga bisa membudayakan olah raga di
masyarakat. Adapun permasalahan yang masih dihadapi di bidang olahraga adalah masih rendahnya budaya berolahraga di kalangan
masyarakat, serta kurangnya pembibitan olahraga dan penyediaan ruang publik untuk berolahraga.
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
101
Penyelenggaraan keolahragaan
di Indonesia
diatur dalam
UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional SKN. Setiap warga negara diberi hak yang sama untuk
melakukan kegiatan olahraga, memperoleh pelayanan dalam kegiatan olahraga, memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang
sesuai dengan bakat dan minatnya. Selanjutnya, semua unsur yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk berperan
serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan keolahragaan. Berdasarkan data dari BPS
sampai dengan saat ini, apresiasi masyarakat dalam berolahraga masih rendah. Berdasarkan hasil Susenas MSBP Tahun 2014,
penduduk berumur 10 tahun ke atas yangmelakukan olahraga hanya sekitar 25 persen saja. Hal ini berarti dari 100penduduk Indonesia
berumur 10 tahun ke atas, ada 25 orang yang aktifberpartisipasi dalam kegiatan olahraga, sedangkan 75 orang lainnyatidak
melakukan
olahraga. Dibedakan
menurut tempat
tinggal, tingkatpartisipasi
olahraga penduduk
perkotaan lebih
tinggi dibandingkandengan penduduk perdesaan. Sementara itu, partisipasi
penduduk lakilaki lebih tinggi 9,29 persen dari partisipasi perempuan dalam melakukan olah raga.
Ditinjau dari motivasi penduduk melakukan olah raga, mayoritas penduduk 66,63 persen melakukan olahraga dengan tujuan menjaga
kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang melakukannya dengan tujuan prestasi dan rekreasi yaitu masing-
masing sebesar 8,06 persen dan 3,27 persen. Selanjutnya dari sisi frekuensi berolah raga, sebesar 66,68 persen penduduk berumur 10
Tahun ke atas berolah raga setidaknya satu hari dalam seminggu. Sementara itu, penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga selama
2-4 hari dalam seminggu sebesar 24,92 persen. Hanya sekitar 5 persen penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga hampir setiap
hari. Adapun intensitas berolahraga yaitu berapa menit dalam sehari seseorang melakukan olahraga. Hasil
Susenas MSBP 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk melakukan olahraga
dengan intensitas tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Persentase penduduk yang melakukan olahraga rata-rata 31-60 menit dalam
sehari sebesar 50,14 persen dan 10-30 menit sebesar 34,02 persen. Jalur sekolah merupakan wadah olah raga yang paling banyak
diakses penduduk untuk berolah raga, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melakukan olah raga melalui jalur sekolah adalah
sebesar 56,06 persen. Selain sekolah, cukup banyak penduduk berolah raga dengan jalur sendiri, yaitu sebesar 26,75 persen.
Sementara yang melakukan olah raga dengan memanfaatkan jalur perkumpulan olahraga sebesar 12,92 persen dan yang tempat bekerja
sebesar 7,14 persen. Sisanya adalah dengan memanfaatkan jalur lainnya 7,57 persen.
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
102
Berdasarkan data dari BPS, senam, jogging, dan sepak bola adalah tiga jenis olah raga yang paling banyak diminati penduduk. Dibedakan
dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih menyukai jenis olah raga yang dapat dilakukan sendiri seperti jogging yang mana
persentase penduduk perkotaan yang melakukan jogginggerak jalan adalah sebesar 24,05 persen. Sebaliknya, penduduk di daerah
perdesaan, umumnya lebih menyukai jenis olahraga berbentuk permainan dan dilakukan bersama-sama atau berkelompok, seperti
senam, sepak bola, dan bola voli. Misal untuk permainan bola voli, persentase penduduk perdesaan yang melakukan bola voli adalah
sebesar 12,93 persen atau hampir tiga kali dari persentase penduduk perkotaan yang melakukan bola voli.
Ketersediaan fasilitas olahraga baik fisik dan non fisik dapat mendukung peningkatan partisipasi penduduk dalam berolah raga.
Berdasarkan data Podes 2014, persentase desakelurahan yang memiliki fasilitas olah raga fisik berupa lapangan bola voli adalah
sebesar 66,89 persen. Selanjutnya persentase desa yang memiliki lapangan sepak bola sebesar 54,38 persen, dan lapangan bulu tangkis
sebesar 42,34 persen. Untuk fasilitas olah raga non fisik seperti perkumpulan olah raga, tiga kelompok kegiatan olahraga yang paling
banyak tersedia di desakelurahan adalah kelompok olah raga sepak bola, bola voli, dan bulu tangkis.
2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar