PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
85
listrik, telur ayam ras, semen, lemon dan lain-lain. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain tindarung,
cakalangsisik, ekor kuning, daun bawang, anggur, apel, minyak goreng, sawi hijau, seladadaun selada, ketimun dan lain-lain.
Sumbanganandil inflasi masing-masing kelompok pengeluaran pada bulan Desember 2015 yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,3981
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,1268 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar sebesar 0,1143 persen, kelompok sandang sebesar 0,0201 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,0119 persen; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,0225 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
0,0457 persen. Tantangan yang akan dihadapi oleh Sulawesi Utara di masa depan adalah bagaimana menekan harga barang dan jasa di
wilayah kepulauan terkait, serta masih adanya masalah infrastruktur perhubungan di daerah-daerah terpencil.
2.2.1.3. Perkembangan Investasi Perkembangan investasi
di Sulawesi Utara dapat dilihat dari
Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB pada Tahun 2014 sebesar 27,535 triliun meningkat dari 20,141 triliun pada Tahun 2010.
Tabel 2.31. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Sulawesi Utara 2010
2014.
N
o Komponen Pengeluaran
2010 2011
2012 2013
2014 1
2 3
4 5
6 7
1 Pengeluaran Kons. RT
25 425 28 032
30 909 32 859
37 585 1.a.
Makanan, Minuman, Rokok
11 707 12 649
13 718 14 127
15 569 1.b.
Pakaian Alas Kaki 81,00
97,00 76,00
80,00 114,00
1.c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan Penyelenggaraan RT
1 910 2 184
2 576 2 704
3 251 1.d.
Kesehatan Pendidikan 1 773
2 155 2 563
2 647 2 905
1.e. Transportasi, Komunikasi,
Rekreasi, Budaya 8 207
8 878 9 653
10 812 12 854
1.f. Hotel Restoran
1 190 1 354
1 514 1 652
1 938 1.g.
Lainnya 557,00
714,00 808,00
838,00 954,00
2 Pengeluaran Kons. LNPRT
1 153 1 258
1 419 1 470
1 643 3
Pengeluaran Kons.Pemerintah
8 423 10 078
11 110 12 252
13 994
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
86
3.a. Konsumsi Kolektif
4 868 5 826
6 561 7 428
8 649 3.b.
Konsumsi Individu 3 554
4 252 4 549
4 824 5 345
4 PMTB
20 141 23
053 23
054 25
118 27 535
4.a. Bangunan
17 958 21 142
21 143 22 517
24 720 4.b.
Non-Bangunan 2 183
1 911 1 911
2 601 2 815
5 Perubahan Inventori
160,00 62,00
135,00 67,00
63,00 6
Ekspor Luar Negeri 5 412
9 406 12 427
10 542 15 588
6.a. Barang
5 027 8 975
11 911 10 009
15 063 6.b.
Jasa 385,00
431,00 516,00
533,00 525,00
7 Impor Luar Negeri
1 625 2 268
2 270 2 588
3 038 7.a.
Barang 671,00
1 347 1 213
1 257 1 568
7.b. Jasa
955,00 921,00
1 057 1 331
1 470
8 Net Ekspor Antar Daerah
7 048 12
275 12
908 8 641
12 747
PDRB 51 721
57 344 63 875
71 079 80 623
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015
2.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dari
Tahun 2005-2015
menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun 2009, dimana Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
berada pada kisaran angka 4,9, yang kemudian naik menjadi 6,18 Tahun 2006. Selanjutnya Tahun 2007 kembali terjadi kenaikkan
mencapai angka 6,47 dan kenaikkan yang cukup tinggi terjadi Tahun 2008 dan 2009 yang menyentuh angka masing-masing 7,56
dan 7,85, jauh melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5. Kemudian Tahun 2010 sedikit mengalami penurunan
menjadi 7,12 dan terus meningkat sampai tahun 2012 dapat mencapai 7,86. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi sedikit
melambat mencapai angka 7,45. Dengan penggunaan tahun dasar 2010, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada tahun 2014
mencapai 6,31 dan tahun 2015 kembali melambat mencapai 6,12 .
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
87
Tabel 2.32. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara, 2005- 2015
TAHUN 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
2014 2015
PERTUMBUHAN EKONOMI
4.90 6.18
6.47 7.56
7.85 7.12
7,39 7,86
7,45 6,31
6,12
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.
Pertumbuhan ekonomi
yang terjadi
saat ini
adalah pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas karena di tahun 2014,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara diketahui bahwa penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar bukanlah
berasal dari sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB pertanian, tetapi berada pada sektor ekonomi yang justru
memiliki kontribusi relatif kecil, karena penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar secara triwulanan q-to-q adalah pada sektor
bangunan 12,94 Persen , pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,92 persen dan sektor industri pengolahan tumbuh 7,78 persen , namun
bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu y-on-y perekonomian Sulawesi Utara tumbuh 7,63 persen. Pertumbuhan
tertinggi justru pada sector pengangkutan dan komunikasi 21,94 persen sektor listrik, gas dan air bersih 13,98 persen sector
perdaganganperhotelan dan restoran 8,61 persen sementara sektor ekonomi
yang memiliki
potensi besar
di Sulawesi
Utara pertanianperikanan
justru belum
memberikan kontribusi
pertumbuhan yang memadai. Pertumbuhan
ekonomi pada
tingkat provinsi
tidak menggambarkan serentaknya seluruh daerah di provinsi Sulawesi
Utara untuk berspesialisasi pada sektor yang sama sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi. Tertapi pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada sektor yang berbeda walaupun ada beberapa daerah tingkat dua yang memiliki kesamaan atas sektor unggulan. Hal inilah
yang mendorong disparitas ekonomi terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang relatif tinggi pada
tahun 2009-2013
terutama dipicu oleh bertambahnya infrastruktur dasar dari pemerintah dan infrastruktur perdagangan
dari kalangan swasta. Pertumbuhan infrastruktur dasar dan
perdagangan yang cukup signifikan menjadi modal utama untuk pembangunan ekonomi Sulawesi Utara lebih lanjut karena menjadi
daya tarik investasi Sulawesi Utara di masa mendatang. Namun demikian, tantangan terbesar dalam pembangunan infrastruktur
adalah penyediaan listrik secara memadai untuk mengantisipasi peningkatan investasi di masa mendatang. Tantangan lainnya muncul
sebagai konsekuensi Sulawesi Utara sebagai provinsi kepulauan, yaitu pembangunan infrastruktur di pulau terpencil sulit untuk mencapai
skala ekonomi yang diharapkan.
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
88
2.2.1.5. Ketimpangan Kemakmuran dan Pemerataan Pendapatan Proses distribusi perlu dicermati mengingat kegagalan proses ini akan
berdampak pada gejolak sosial karena ketimpangan tersebut akan direspon sebagai ketidakadilan pada masyarakat golongan bawah.
Untuk melihat ketimpanganpemerataan pendapatan penduduk, salah satu indikator yang sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai
koefisien ini berkisar antara 0nol hingga 1satu. Semakin mendekati angka nol maka dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan
penduduk makin merata atau sebaliknya. Koefisien gini penduduk Sulawesi Utara Tahun 2005-2010 terlihat pada Tabel 2.25.
Tabel 2.33. Koefisien Gini Provinsi Sulawesi Utara, 2011-2015 Koefisien Gini
2011 2012
2013 2014
2015 Perkotaan
0,320 0, 470
0,475 0,452
0,295
Perdesaan 0,285
0,375 0,385
0,366 0,281
Perkotaan + Perdesaan 0,39
0,43 0,446
0,436 0,296
Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2015. Berdasarkan Tabel 2.25 koefisien gini Sulawesi Utara dari Tahun
2011-2015 berada pada kisaran angka 0,39 0,43. Hal ini
memperlihatkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan penduduk berfluktuatif di rentang angka indeks yang tidak jauh. Tahun 2013
sedikit mengalami peningkatan ketimpangan pendapatan yang berada pada angka 0,446. Selanjutnya Tahun 2014 angka indeks ini
mengalami sedikit perbaikan kembali pada angka
0,436 dan selanjutnya menurun menjadi 0,296 pada tahun 2015..
2.2.1.6. Ketimpangan Regional Tingkat