BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
67
untuk terus menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga ekonomi dan kehidupan mereka serta generasi dimasa yang akan datang. Seiring itu pula
Pemerintah melakukan upaya penegakan hukum bagi para perusak atau pelaku
pelanggaran kehutanan,
memberikan akses
masyarakat untuk
mengelola hutan secara lestari, melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan melibatkan masyarakat serta mendorong upaya-upaya mengantisipasi
perubahan iklim global dengan kerjasama di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.
2.1.5.7. Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan
Pengelolaan sumberdaya ikan berkenajutan adalah pengelolaan yang mengarah pada bagaimana sumberdaya ikan yang ada saat ini mampu
memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang, dimana aspek berkelanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial-ekonomi,
masyarakat dan institusi. Pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan tidak melarang aktifitas penangkapan yang bersifat ekonomikomersial, ettapi
menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung carryng capacity
lingkungan perairan atau kemampuan pulih sumberdaya ikan, sehingga generasi mendatang tetap
memiliki asset sumberdaya alam yang sama atau bahkan lebih banyak dari genrasi saat ini.
Pengelolaan sumberdaya ikan dapat dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan berkelanjutan
yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan
dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistim, memelihara daya dukung
lingkungan, dan
konservasi sumberdaya
ikan termasuk
keanekaragaman hayati biodiversity, sehingga pemanfaatan sumberdaya ikan dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa
kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan
masyarakat, identitas sosial dan pengembangan kelembagaan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa kegiata pengelolaan sumberdaya ikan harus
dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumberdaya ikan serta investasi secara efisien.
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
68
Tabel 2.20. Komoditas Perikanan tahun 2010-2015 Provinsi Sulawesi Utara ton
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulut., 2015
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah disebutkan bahwa penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang
kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Dalam Undang-Undang inipun
dijelaskan bahwa penentuan Daerah kabupatenkota penghasil untuk penghitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan yang berada dalam
batas wilayah 4 empat mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan.
Dalam hal batas wilayah kabupatenkota kurang dari 4 empat mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak
No. Usaha Perikanan
2010 2011
2012 2013
2014 2015
Kenaikan 2014-
2015 1
Perikanan Tangkap:
-Penangkapan di PU
-Penangkapan di Laut
222.220,5
1.460 220.760,3
230.879,7
976,9 229.902,8
281.633,0
2.304,3 279.328,7
350.534,50
1.213,5 349.321,0
296.362,00
1.163,50 295.203,40
285.270,5
905,5 284.365
-3,74
-22,13 -3,67
2 Perikanan
Budidaya:
-Budidaya Laut -Budidaya
Tambak -Budidaya Tawar
: Kolam
sawah Karamba
Jaring apung
98.502,8
72.051,0 606,0
26.451,8 6.915,4
7.582,2 3.371,7
7.976,6 184.444,9
136.547,3 427,5
47.897,6 33.016,1
8.474,5 3.036,9
2.942,6 210.703,8
159.642,7 260,8
50.800,3 34.681,6
12.951,0 298,8
2.868,8 322.862,46
174.052,00 10.451,00
138.359,46 81.761,72
16.353,33 342,93
39.901,87 429.292,45
301.866,52 688,90
126.737,03 72.379,26
17.304,75 344,99
36.708,03 473.646,91
339.573,00 703,00
133.370,91 89.284,07
9.361,15 409,89
34.315,80 10,33
12,49 2,05
5,23 23,35
-45,90 18,81
-6,51
Jumlah ton 320.723,3
415.324,6 492.336,8
673,396,96 725.634,45
758.917,41 4,58
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
69
atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari daerah yang berbatasan. Hal ini berarti daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber
daya alam di laut yang ada di wilayahnya.
Grafik 2.1. Volume Perikanan Tangkap Prov. Sulut 2005-2015
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulut, 2015
Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut meliputi:
a eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar minyak dan gas bumi;
b pengaturan administratif; c pengaturan tata ruang;
d ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan e ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut paling jauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
danatau ke arah perairan kepulauan. Apabila wilayah laut antardua Daerah provinsi kurang dari 24 dua puluh empat mil, kewenangan untuk mengelola
sumber daya alam di laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antardua daerah provinsi tersebut.
Potensi Kelautan dan Perikanan diperuntukan bagi kesejahteraan rakyat, yang diarahkan untuk dapat mengentaskan kemiskinan Pro-poor, menyerap tenaga
kerja Pro-job dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi por-growth serta pro-
192,911.10 190,789.60
192,415.70 207,527.00
215,531.70 220,760.30
229,902.80 281,633.00
350,534.50 296,362.00
285,270.50
0.00 50,000.00
100,000.00 150,000.00
200,000.00 250,000.00
300,000.00 350,000.00
400,000.00
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015
Perikanan Tangkap Data DKP Prov. Sulut
Perikanan Tangkap Data DKP Prov. Sulut
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
70
business. Potensi Perikanan dan kelautan Sulawesi Utara sangat strategis, dimana Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu dari tujuh Provinsi
Kepulauan di Indonesia yang memiliki 286 buah pulau dan 11 diantaranya merupakan pulau terluar.
Grafik 2.2. Volume Perikanan Budidaya Prov. Sulut 2005-2015.
Wilayah ini memiliki biota- biota laut langka antara lain ikan Coelacanth, dan juga sebagai World Heritage Marine Site terletak di Wallace Line dan
Kawasan Sulu Sulawesi Marine Eco-region, memiliki gunung bawah laut yaitu Gunung Mahangetang yang terletak di perairan kabupaten kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, tempat pemijahan mamalia laut, dan sebagai lintasan ikan beruaya antar negara.
Sumberdaya kelautan dan perikanan Sulawesi Utara sangat besar dengan luas wilayah laut 351.540 km2, Luas perairan Teritorial 161.540,00 km2, luas Zone
Ekonomi Eksklusif ZEE 190.000,00 km2, panjang garis pantai 2.395,99 km. Potensi Lestari Sumberdaya ikan 1.884.900 tontahun dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan 1.491.000 tontahun.
Potensi sumber daya alam di Sulawesi Utara relatif besar namun
pengelolaannya belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, baik sumber daya hutan, sumber daya
kelautan dan perikanan, sumber daya air, dan sebagainya. Dilain pihak sumber daya panas bumigeothermal relatif besar namun belum dimanfaatkan secara
optimal, hanya pada beberapa lokasi saja.
Fenomena perubahan iklim memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai sektor kehidupan, seperti
0.00 100,000.00
200,000.00 300,000.00
400,000.00 500,000.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2014 20,299.00
212,417.40 213,537.00
232,035.80 246,704.90
320,723.30 408,784.80
492,459.20 473,646.91
Perikanan Budidaya Data DKP Prov. Sulut
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
71
lingkungan hidup, kelautan perikanan, pertanian, kehutanan, infrastruktur, dan kesehatan. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain mitigasi dan adaptasi
terhadap dampak dari perubahan iklim tersebut, termasuk pengembangan kerjasama, penguatan kelembagaan dan penetapan peraturan perundang-
undangan. Dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, sektor kehutanan melakukan upaya-upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta pengamanan
kawasan hutan.
Upaya-upaya tersebut dilakukan secara terpadu melibatkan instansi terkait, seperti Dinas Kehutanan, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan,
Kepolisian, Kejaksaan, Pemerintah, dan masyarakat setempat. Namun upaya- upaya tersebut masih perlu ditingkatkan dengan langkah strategis
pembentukan tim terpadu pengamanan hutan Sulawesi Utara, tim Pembina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Sulawesi Utara, penyediaan sarana-prasarana
pengamanan hutan dan penambahan personil polisi kehutanan.
2.1.6. Kerjasama Antar Daerah 2.1.6.1. Kerjasama Teluk Tomini
Kawasan Teluk Tomini merupakan kawasan yang mempunyai nilai ekonomi, sosial, dan ekologislingkungan yang sangat berarti bagi kelangsungan
penghidupan masyarakat. Teluk Tomini merupakan kawasan andalan nasional, tetapi juga menjadi perhatian dunia internasional karena tipe ekosistem khas
yang beranekaragaman, seperti mangrove, padang lamun, rumput laut, estuaria, delta, dan rawa pantai non bakau. Ekosistem-ekosistem tersebut
sebagai penyangga kehidupan yang perlu dilindungi. Selain itu, ekosistem terumbu karang yang ada di Teluk Tomini merupakan bagian dari Segitiga
Terumbu Karang Coral Triangle yang memiliki keragaman karang tertinggi di dunia. Secara wilayah administrasi, Teluk Tomini merupakan teluk terbesar di
daerah Khatulistiwa, dimana perairan Teluk Tomini meliputi tiga provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Kesepakatan bersama 3
Gubernur Gubernur Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo Nomor 66005blhd-g-st2009, Nomor 1001186sekr-blh, dan Nomor 06hkm-
nkv2009 Tanggal 13 Mei 2009, menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan Teluk Tomini yang memuat empat kesepakatan yaitu:
1. Rencana strategis pengelolaan Teluk Tomini secara terpadu dan
berkelanjutan sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah. 2. Pelaksanaan pengelolaan Teluk Tomini secara terpadu dan berkelanjutan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan strategi pengelolaan secara konsisten dan konsekuen.
3. Pelaksanaan pengelolaan Teluk Tomini secara terpadu dan berkelanjutan untuk melaksanakan koordinasi, integrasi, sinergitas programkegiatan,
dan evaluasi bersama. 4. Peningkatan alokasi anggaran untuk pengelolaan Teluk Tomini secara
terpadu dan berkelanjutan melalui APBD ketiga provinsi, APBD
BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
72
kabupatenkota, dukungan APBN, penganggaran dunia usaha, masyarakat serta kerjasama internasional.
5. Hal-hal yang lebih teknis akan disusun kesepakatan bersama oleh badandinas terkait dan perguruan tinggi di ketiga provinsi.
2.1.6.2. Kerjasama Provinsi-Provinsi se-Sulawesi Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi BKPRS didirikan oleh 4
empat Gubernur se-Sulawesi Tahun 2000, dimana isu keamanan menjadi fokus utama program pembangunan ekonomi di wilayah Sulawesi. Salah satu
program utama BKPRS adalah memfasilitasi kerjasama regional, nasional, internasional dalam menopang pembangunan ekonomi wilayah Sulawesi
sebagai bagian dari pengembangan ekonomi nasional. Kedepan diharapkan BKPRS menjadi one stop agency untuk mengurangi terjadinya tumpang tindih
sejumlah regulasi yang dibuat baik ditingkat kabupatenkota sampai ke tingkat provinsi dalam rangka meningkatkan investasi.
2.1.6.3. Kerjasama Regional a. Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth