Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang

PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 128

2.3.1.5. Perencanaan Pembangunan

Dengan ditetapkannya Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah maka koordinasi perencanaan dilakukan secara holistic, tematik dan spasial. Melalui Undang-Undang ini dilakukan pengaturan yang bersifat afirmatif yang dimulai dari pemetaan Urusan Pemerintahan yang akan menjadi prioritas Daerah dalam pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya. Melalui pemetaan tersebut akan tercipta sinergi kementerianlembaga pemerintah nonkementerian yang Urusan Pemerintahannya di desentralisasaikan ke Daerah. Sinergi Urusan Pemerintahan akan melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah karena setiap kementerianlembaga pemerintah nonkementerian akan tahu siapa pemangku kepentingan stakeholder dari kementerianlembaga pemerintah nonkementerian tersebut di tingkat provinsi dan kabupatenkota secara nasional. Sinergi Urusan Pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan menciptakan sinergi dalam perencanaan pembangunan antara kementerianlembaga pemerintah nonkementerian dengan Daerah untuk mencapai target nasional. Manfaat lanjutannya adalah akan tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari kementerianlembaga pemerintah nonkementerian terhadap Daerah-Daerah yang menjadi stakeholder utamanya untuk akselerasi realisasi target nasional tersebut. Undang-Undang ini juga menegaskan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas dan wewenang menyelaraskan pedalam rencanaan pembangunan antar daerah kabupatenkota dan antara Daerah provinsi dan daerah kabupatenkota di wilayahnya. Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam system perencanaan pembangunan nasional. Rencana pembangunan Daerah disinergikan, dan diharmonisasikan oleh Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah. Perencanaan pembangunan Daerah dilakukan dengan pendekatan teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas serta menggunakan pendekatan politis. Pada tahun 2015 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menerima Anugerah Pangripta Nusantara, yang diserahkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas sebagai Provinsi Terbaik dalam Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan. Selain itu, pada tahun 2015 pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meraih Penghargaan Terbaik I se-Indonesia Timur Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah Millenium Development Goals, dan Terbaik I pelaporan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi. Perencanaan Pembangunan dalam rangka ketersediaan infrastruktur dasar seperti sumber daya air, prasarana jalan, jembatan, transportasi darat, angkutan sungai danau, dan penyeberangan, transportasi udara, ketenagalistrikan, telekomunikasi, perumahan PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB II |GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 129 dan permukiman, air bersih, air limbah, drainase, persampahan, dan fasilitas-fasilitas sarana penunjang lainnya di wilayah Provinsi Sulawesi Utara menjadi syarat utama untuk memacu pembangunan daerah dalam menarik investor melakukan bisnis di daerah. Selama ini sebagian besar penyediaan infrastruktur dasar, infrastruktur utama, dan sarana pendukungnya dibiayai oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupatenkota, dan pelaksanaan pembangunannya dilakukan oleh pihak swasta. Pengembangan infrastruktur seperti: pengembangan pelabuhan Bitung menjadi Pelabuhan Internasional Hub Bitung; pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi; pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung; pembangunan Jalan Lingkar Manado Tahap II Dan III; pembangunan Boulevard II; pembangunan Jembatan Lembeh; pembangunan Jalan Lingkar Lembeh; pembangunan Waduk Multifungsi SawanganKuwil dan pembangunan PLTP Lahendong V dan VI. Ketersediaan infrastruktur dasar dan fasilitas penunjang akan menjadi penggerak utama berkembangnya sektor ril dan sekitar lainnya di Kawasan Timur Indonesia KTI. Kemudahan untuk memproduksi barang dan melakukan ekspor langsung ke negara tujuan dari Bitung, akan dapat mengurangi biaya produksi dan transportasi sehingga pelaku sektor rill akan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan produk yang sama dari provinsi lainnya di Kawasan Barat Indonesia KBI. Kondisi seperti ini akan mempercepat sektor rill di KTI dapat meningkatkan daya saing, dan secara makro akan dapat bersama-sama meningkatkan daya saing ekonomi nasional.

2.3.1.6. Perhubungan a. Perhubungan Darat