Level Pengaruh Individu Pekerja Media

2. Level Pengaruh Kerutinan Media

Level ini memelajari tentang efek pada pemberitaan dilihat dari sisi kerutinan media. Kerutinan media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan sebuah berita. Dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang sudah terpola, sudah dipraktekan oleh pekerja media, dan terjadi secara berulang- ulang. Sebagai contoh, seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya menggukanan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan oleh media ditempatnya bekerja, misalnya media yang menggunakan aturan penulisan dengan gaya bahasa yang frontal dalam membuat naskah berita, bagi produser tidak akan meloloskan naskah berita yang tidak memenuhi strandarisasi di media tersebut. Apa yang dilakukan oleh sang jurnalis dan gatekeeper tersebut sesungguhnya bukan kehendak mereka, melainkan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh media. Mereka hanya menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku di media massa tersebut. Hal inilah yang disebut dengan media routine yang memengaruhi konten media. Kerutinan media terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita suppliers, organisasi media processor, dan audiens consumers. 3 Tiga unsur ini saling berhubungan, berkaitan dan membentuk kerutinan media yang membentuk pemberitaan pada sebuah media, seperti skema gambar dibawah ini: 3 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 109. Media Organization Producer Audience Consumers Sources Suppliers Routin e Ketergantungan media terhadap audiens yang akan menghasilkan keuntungan bagi media, turut menjadi penyebab kenapa media sangat memerhatikan unsur audiens dalam pemilihan berita. Media sangat memerhatikan unsur nilai berita yang akan disajikan sebuah media dimana media tersebut sangat tergantung pada audiens. Kedua, unsur organisasi media supplier yang bisa disebut juga sebagai pengolahan pemberitaan. Unsur organisasi media yang paling berpengaruh adalah editor media atau biasa disebut gatekeeper penjaga gawang. Seorang editor pada setiap media adalah orang yang menentukan mana berita yang layak untuk diterbitkan mana yang tidak. Hasil pencarian berita oleh wartawan akan diputuskan oleh editor di meja redaksi. Sang editorlah yang menentukan berita mana yang layak untuk diterbitkan. Kebijakan dari editorlah yang menentukan kerutinan sebuah media dalam menentukan pemberitan. Jenis dari media juga ikut memengaruhi kerutinan sebuah media yang pada akhirnya juga berpengaruh pada isi dari media. Ketiga, unsur sumber berita. Sumber berita adalah berita atau informasi yang didapatkan oleh jurnalis dalam pencarian berita di lapangan. Sumber berita biasanya adalah lembaga pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, partai politik dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga ini ikut memengaruhi pemberitaan sebuah media, karena terkadang lembaga yang menjadi sumber berita memberikan pesanan kepada wartawan agar berita yang keluar dari sebuah media tidak bertentangan dengan lembaganya. Disinilah terjadinya sebuah simbiosis mutualisme antara sumber berita dengan media yang mencari berita. Sebuah media mendapatkan bahan berita dengan mudah sedangkan lembaga yang menjadi sumber berita mendapat pencitraan yang baik. Dalam teori hirarki pengaruh media yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, level kerutinan media ini di dalamnya juga terdapat kebijakan redaksi yang mengatur segala kebijakan redaksional media massa. Untuk lebih lanjut mengetahui yang dimaksud kebijakan redaksional, peneliti menjelaskan pengertiannya sebagai berikut: a Kebijakan Redaksional Penyampaian sebuah berita yang disajikan oleh seorang jurnalis ternyata sedikit banyaknya menyimpan subjektivitas. Seorang jurnalis mempunyai andil atas berita yang disajikannya, mulai dari mencari dan mengelola berita pun tidak luput dari campur tangan jurnalis. Hal inilah yang membuat terjadinya sebuah subjektifitas dari jurnalis terhadap sebuah berita. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita tidak akan dinilai lebih dalam makna yang terkandung di dalamnya. Bagi mereka berita yang disajikan merupakan informasi yang akurat dari media untuk masyarakat. Namun pandangan ini dinilai berbeda bagi para kalangan tertentu yang memahami ruang gerak media. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan yang disajikan, yaitu dalam setiap penulisan berita, penyampaian ideologi secara implisit atau latar belakang dari media tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang jurnalis dalam