Bagaimana Rutinitas media yang terjadi di Tempo setiap harinya misal: editing,

harus lihat itu, gitu loh. Kamu juga harus adil dalam melihat persoalan ini. Seperti yang saya bilang tadi, apakah kita mudah menemui sumber ini, apakah kita mudah menemukan sumber itu. Kita butuh banyak informasi, gitu loh. Jadi gitu, sehingga inilah yang terjadi. Jadi Tempo sebetulnya melhat kepada masyarakat bagaimana sih masyarakat. Kan ada polling, macem-macem kan, ada polling, ada survey dan macem-macem semua kan tahu. Kok orang menuju kesana, lalu didalamnya ada Tempo. kemudia kta menulis, fakta kan. Fakta kan kalau Jokowi itu memang dicalonkan di PDIP. Memang ada perdebatan, apakah Jokowi apakah Megawati. Apakah kalau Tempo menulis tidak ada perdebatan itu, begitu. Ya memang waktu itu PDI partai pemenang, jadi publik pun harus paham gitu. Kenapa kalau apa-apa UI ditulis? Kenapa UIN enggak? Kan begitu ka nada cemburu- cemburunya kan. Ya kan? Ya tapi kemudian kita harus sadar bahwa UIN tidak meluas, misalnya begitu. Kenapa PDIP menjadi penting? Nah sorotan publik memang ke PDIP karena dia partai pemenang. Setelah 10 tahun oposisi atau tidak menang. Dia akan punya banyak anggota DPR, siapa saja mereka, kita juga harus tahu. Dan dia memilih siapa calonnya, karena kemungkinan orang yang menjadi calonnya PDIP akan jadi presiden. Gitu loh. Jadi maksud saya, penelitian ini harus melihat konteks sosial dan politik waktu itu gitu loh, gak ujug-ujug. Gak kaya orang yang baru lahir langsung nanya mengenai sesuatu, gitu. Kan ada peristiwa terdahulu, kenapa media lain itu banyak mengambil Jokowi, termasuk Tempo. pertanyaan saya adalah ada gak media di tahun 2014 yang sedikit memberitakan Jokowi? Coba kamu survey. Soal Jokowi aja nih, ada gak yang sedikit. Saya sudah jawab. Tapi menurut pandangan saya, semua media tuh menulis dia. Dia menjadi media darling. Terus kenapa, orang pengen tahu siapa sih dia itu. Jadi kaya ada kembang kampus, kamu kan jga pernah lihat cowo ganteng di kampus. Kan kahirnya kamu nyari tahu kan, yang berpura-pura terbuka dan tertutup siapa sih cowo itu. Sama, sama saja masyarakat juga seperti itu. Jadi memang waktu itu Indonesia ada problem, ada sebuah kebutuhan, ada mensupply. Ada kemudia menkrucut jadi dua orang saja, Prabowo dan Jokowi. Media Jakarta post kan yang tajuknya menulis kami memang berpihak pada Jokowi. Waktu itu Tempo ditudh berpihak sampai sekarang, saya gak tahu itu siapa yang ngomong. Tertudu Tempo, wah Tempo terlalu Jokowi, jawaban saya ya kaya tadi itu. Memang fakta waktu itu Jokowi menjadi tokoh baru yang muncul. Kemudia ada kebutuhan msyarakat mencari presiden yang baru 2014. Kemudia dia muncul. Di PDIP ada perdebatan antara dia atau Megawati, akhirnya Maret 2014 diputuskan dia. Dan kemudian dari pihak lain banyak, ada siapa ada siapa, ada ini, ada itu macem-macem, akhirnya at the end Prabowo. Kan gitu, yak an. Tentu orang akan membicarakan siapa ini siapa itu. Prabowo masalalunya gimana, Jokowi masalalunya apasih kok dia pedagang meubel, macem-macel bisa menjadi calon. Naah gimana sih dia setelah dua periode menjabat ebagai walikota Solo ka nada disitu. Nah kan orang mulai mulai mulai melihat dua orang calon itu kan. Kan fungsi media secara umum begitu. Bahwa kemudia Tempo mengatakan telah berpihak pada Jokowi, kan gak begitu. Yaa kemudian publik mempersepsikan begitu. Yaa kalau mau baca Jokowi baca Tempo saja, ya tapi Tempo melhat bahwa ini figur yang baru, begitu. Menurut berita kan tidak ada keseimbangan. Sini sekilo, situ sekilo, gak gitu kan. Kalau soal Prabowo kan Tempo harus mencari apa yang baru dari Prabowo. Semua orang sudah tahu, daripada baca Tempo mendingan googling gitu kan. Prabowo kamu tahu kan anaknya siapa, sekolah dimana, dan kemudia kawin dengan anaknya Soeharto, dia ngapain saja pada 98, kan sudah ada semua. Apakah Tempo harus menulis lagi, sesuatu orang yang sudah tahu. Gitu looh, kemudian Tempo sibuk mencari apa yang baru. Ya kan misalnya timnya siapa, siapa yang mendukung pendanaannya. Nah sementara Jokowi itu orang baru, sehingga semua media itu ingin mencari tentang dia sebanyak-banyaknya. Maksud saya ini dua tokoh startnya beda gitu loh. Sehingga tidak bisa dipandang aman-aman, tidak bisa dipandang begitu gitu loh. Keberimbangan berita di per situ berimbang juga, bukan hanya 55;56, bukan begitu. Apakah kita harus paksakan menulis dalam 10 halaman mengenai seseorang ini yang sebenarnya bisa saja ditulis dua halaman. Coba kamu riset ke media-media lain. Ada gak media lain yang sedikit nulis soal Jokowi. Kalau menurut saya, kenapa? Ya karena dia orang baru. Jagad politik kita itu baru. Jokowi itu orang baru di politik kita. Nasional loh, lokal juga cuma Solo. Jadi maksud saya kamu harus menambahkan mengenai sosok Jokowi sebagai tokoh Nasional yang baru. Itu harus ada gitu, supaya orang tuh paham gitu. Kalau enggak, kan banyak artis yang dipelintir kan gitu, karena gak tahu kontek. Kenapa terjadi seperti itu pada Jokowi, kamu harus menjelaskan itu. Jelaskan itu, di dalam paparanmu di kamu dalam pengantar atau dimana kamu harus bisa menjelaskan bahwa Jokowi. Nasional tahu Jokowi tuh dari apa, esemka misalnya, nah dari situ tuh orang tahu dia pernah meraih walikota terbaik, bla blaa sebelumnya tapi kan pada gak tahu. Bahwa gini gini, nah kemudian gini dia main di Nasional, main di Jakarta. Jakarta itu kan Indonesia, kalau kamu jadi gubernur Jakarta udah mirip-mirip presiden itu. Lain sama gubernur Riau, gubernur Jawa Tengah, lain itu. Jadi kamu harus menulis itu bagaimana munculnya Jokowi ini dari awal. Supaya kamu tidak terjebak kepada hal-hal yang apa namanya eee tidak terjangkau. Kalau kamu bisa menggambarkan, ooh begini