Ada tidak keberpihakan Tempo terhadap pemberitaan Jokowi saat itu?

menentukan kan, eee apa sykotes ya terus kemudian hasil wawancara dan tes kesehatan juga menentukan. 4. Apakah latar belakang pendidikan sangat ditekankan? Cuma S1 sama apa namanya eee ipk minimal 2,8, gitu aja sih. Kan lain-lainnya disaring di psikotes juga ya. Itu juga kan sangat menentukan, misalnya yang daftar ada 2000 ka, pada saat sesi pertama itu langsung ada psikotes tahap satu, psikotes tahap dua. Jadi eee kalau nanti kerja itu ada tahapan beberapa psikotes itu. Ada yang apa namanya, eee modelnya tuh psikotes semua nanti eee hasil finalnya dikasih tahu. Kemudian menunjukkannya lulus atau enggak. Tapi kalau di Tempo itu enggak, jadi ada tahapan psikotes yang satu tahapan itu penyaringan gitu. Misalnya dari 2000 eee pendaftar ya, kemudia berkurang jadi 1500 gitu, tahap kedua berkurang jadi 1000, terus saja begitu. Sampai terus tersisa eee beberapa puluh kandidat untuk tes wawancara. Tes wawancara tahap kedua ya, karena dalam rangkaian psikotes itu ada wawancara tahap pertama. Tidak ada yang istimewa kan ya, sama seperti pada umumnya. 5. Bagaimana ideologi anda sendiri sebagai jurnalis? Ya kalau ideologi yang dimaksud ini besar seperti marxisme atau kapitalism ya ini seperti yang diajarkan kehidupan sehari-hari kita. Dimana kita harus eee apa namanya eee membela nilai-nilai yang dianggep benar ya gitu. Dimana nilai-nilai itu dianggap relatif benar tergangtung di masyarakat apa dan di negara apa berlakunya. Tapi pada dasarnya ada nilai-nilai yang universal. Kaya misalnya, eee apa namanya pedoman pembelaan hak asasi manusia, itu namanya universal. Terus eee anti korupsi, harus apa namanya eee menemukan keadilan, kan universal juga. Eee kesetaraan baik gender maupun usia atau misalnya suku, agama dan sebagainya. Sama seperti yang ada di konstitusi kita, dimana hak-hak minoritas dijamin oleh negara. Jadi hak-hak atau nilai-nilau universal yang dianggap baik itulah yang saya yakini dan Tempo yakini kan gitu. Jadi tidak ada istilah Tempo kirii, tidak ada juga. Kalau temen-temen lihat disini tuh kebanyakannya yaitu temen yang ngerokok itu sedikit gitu. Jadi eee misalnya kalau lagi bulan puasa eee awet puasanya, terus kemudian eee banyak yang istri-istrinya itu yang jilbab-jilbab syar’i gitu soaltnya rajin-rajin gitu, tapi kalau misalnya sudah berhubungan dengan masyarakat ya nilai-nilai yang di masyarakat yang diutamakannya bukan hukum positif yang diutamakannya. 6. Bagaimana anda ketika mencari berita di lapangan? Apakah sudah ditentukan dalam rapat redaksi, anda mencari beritanya sesuai situasi atau ada pesanan dari owner atau atasan? Eee untuk yang terakhir dulu ya, kalau temen-temen riset, Tempo itu satu eee apa namanya perusahaan media pertama yang pertama kali melakukan IPO ya, Inisial Pubrik Offering atau sahamnya yang dimiliki pubrik gitu misalnya. Kita media itu baru IPO baru tahun berapa ya eee 20112012 an, kita itu 2001 sudah IPO gitu. Inisial Publik Offering IPO jadi kita apa namanya eee penawaran saham perdana ke publik gitu. Jadi penting nanti dimasukkan di tulisan itu soal komposisi kepemilikan. Itu bisa diriset diinternet juga bisa. Kalau kuramg datanya bisa minta ke eee SDM atau bagian pusat tapi aku gak punya datanya ya. Atau bisa minta ke BEI, Bursa Efek Indonesia, karena kita kan perusahaan pubrik jadi harus terdaftar di BEI itu. Jadi bisa dilihat itu kompisisi kepemilikannya itu. Yang jelas eee tidak ada owner atau pihak yang dominan dalam eee disitu ada apa namanya Yayasan karyawan Tempo, kemudian juga ada Yayasan Jaya Raya, kemudian ada Yayasan 22 Juni, itu karyawan juga ex Tempo ada sebagiannya, terus disini mah enggak ada owner gitu, enggak ada owner individual sehingga kemudian ya kalau segi kepemilikan gitu ya mungkin di Indonesia satu-satunya media yang paling independen gitu, ya Tempo. kamu lihat Kompas pemiliknya Jacob Oetama, MNC pemiliknya Hary Tanoe, dan lain sebagainya, Detik, Transtv dimiliki Chairul Tanjung dan sebagainya. Media yang dilepas sahamnya ke publik paling Cuma berapa persen gitu, kalau kita kan yang dilepas banyak gitu kan. Bahkan karyawan pun memiliki saham gitu. Jadi pengaruh owner dalam pemberitaan di Tempo itu tidak berpengaruh sama sekali gitu. Ya eggak ada kan, pake logika aja gitu. Nah coba lihat di media lain itu dari sisi kepemilikan. Tapi diluar itu misi kita itu segala pemberitaan itu harus melalui rapat redaksi. Tidak bisa ada berita tiba-tiba nyelonong secara pemimpin redaksi mau nulis apa, enggak bisa. Pemimpin redaksi pun harus mengusulkan usulannya dalam sebuah rapat yang harus disetujui oleh forum rapat ya. Jadi di majalah Tempo itu ada yang disebut rapat perencanaan yak an, nah itu dimulai hari senin. Jadi ketika kita mau nulis sesuatu, itu harus direncanakan dan itu ditemtukan pada rapat hari senin. Nah rapat perencanaan hari Senin itu ada dua, rapat kompartemen ya kan, yang biasanya dilakukan jam Sembilan, kedua rapat besar, rapat gabungan amtar kompartemen. Nah jadi pada rapat kompartemen itu setiap kompartemen misal desk nasional ya desk politik, nanti ditanya sama si redpel redaktur pelaksana, apa usulanmu untuk tulisan ini, apa usulanmu, apa usulanmu, nanti dijaring, kalau misalnya enggak menari ya enggak ditulis. Ketika misalnya menarik, ditaya argumennya apa, kalau kita gak bisa jawab ya dicoret juga gitu. Itu ditingkatan rapat kompartemen. Artinya filter pertama ada di rapat kompartemen, yak an. Nah setelah eee terumuskan, misalnya desk nasional itu dalam sepekan di majalah menulis sekitar empat atau lima item ya artinya ada empat atau lima tulisan ya yang perlu dibikin. Nah nanti dibawa ke rapat perencanaan besar itu. Itu di challance lagi oleh kompartemen lain. Kita sepakati desk nasional ingin menulis misalnya tentang Jokowi dengan angel ini ini, nah di rapat kompartemen tadi itu termasuk dirumuskan angel nya. Desk exbis mau nulis gini gini gini, yak an, dan lain sebagainya disana di challance itu. Maksudnya belum tentu yang disetujiu di rapat kompartemen itu kemudian jadi disetujui oleh rapat besar gitu ya. Enggak otomasti gitu ya, karena di challance gitu ya. Misalnya bisa juga kan, anggota desk kompartemen lain punya informasi yang valid yang lebih eee apa namanya eee lebih komprehensip. Sehingga kemudian sebenarnya informasi yang dimiliki oleh desk kita ini kurang gitu, sehingga usulan yang diterimanya ya gini, jadi saling challence gitu. Nah dalam rapat besar juga kita eee menyerap dari usulan kompartemen lain, tiba- tiba eeh ada loh ini isu nasional sebenarnya yang belum ada di usulan kalian, usulannya kira-kira begitu, gitu. Ooh ini layak nih, kita serap usulan tersebut untuk dibuat tulisan. Nah pemred atau siapapun ya eee kalau ingin membuat usulan atau ingin apa namanya eee memberi usulan ya di rapat perencanaan itu jadi diluar forum itu enggak bisa tiba-tiba nyelonong ada tulisan yang diluar rapat perencanaan, semua harus melalui rapat perencanaan, ya kan. Setelah melalui rapat perencanaan kemudian eee waktu itu belum ditentukan cover story nya apa kan, kan perolehan bahannya masih mentah semua kan. Nah eee kita rapat lagi pada hari Rabu, jadi hari selasa itu dan senin sore sudah mulai gerak, selasa sudah janji-janjian gitu, selasa ketemu-ketemu orang, yak an, nanti ada rapat Rabu yang disebut rapat checking, rapat ngecek bahan. Nah hasil Senin Selasa itu apa gitu, bener enggak yang kearen dipresentasikan kuat bahannya. Kalau enggak mentah lagi tuh. Ada lagi apa namanya eee filtering tahap ketiga ya, tadikan tahap pertama kompartemen, rapat besar yang ketiga rapat checking ini. Nanti disana challence lagi, yak an. Kalau misalnya bahannya ternyata enggak sekuat yang diperkirakan, ya tetep ditulis mungkin enggak tapi mungkin ada usulan baru, pada initinya ditentukan oleh rapat. Ooh ternyata usulan ekonomi nih yang lebih menraik untuk jadi cover story yang jadi laporan utama nya yak an. Atau mungkin desk iptek atau gaya hidup atau apa, nanti di challence disana. Mana yang lebih eee layak untuk jadi cover stories, seperti itu. Nah itu untuk penentuan eee cover story, tapi itu bukan satu-satunya ya. Nah pada Rabu sore juga, ada yang disebut rapat opini. Di rapat opini itu biasanya ditentukan eee finally ya mana tulisan atau desk mana yang jadi cover story, kalau di rapat checking tadi cuma semacam usulan, ini ini gitu karena cuma ngecak bahan doing kan. Nah pada rapat opini ini, oh iya peserta rapatnya ya, kalau rapat kompartemen itu peserta rapatnya anggota kompartemen ya, misalnya saya, redaktur-redaktur lain terus ada bawahan saya reporter sampai redpel. Nah kalau di rapat besar itu semua kompartemen itu, mulai eee semua anggota redaksi Tempo dateng. Kompartemen nasional lengkap, mulai dari redpel sampai ke reporternya, redakturnya dan seterusnya. Disana juga ada pemred dan RA. Nah pada rapat checking juga demikian, yang datang pas rapat checking cuman pemred sama redpel. Kenapa memang karena penulis, redaktur atau reporter itu masih nyari bahan di lapangan. Kalau misalnya ikut lagi rapat, waktunya habis buat rapat gitu. Sementara pencarian bahannyaenggak sempet. Jadi si redpel sebelum rapat checking itu nanya ke anak buahnya, bahan-bahan apa nih yang kita bwa ke rapat checking. Apa progress dari pengejarannya, paling gitu-gitu doang. Ooh ini mas, gini-gini biasanya redpel yang menyampaikan di rapat checking itu. Nah sudah, satu hal kalau di rapat opini yang datang itu redpel ke atas ya, redaktur utama ke atas. Kan di Tempo itu ada redaktur utama, ada redpel, ada eee nanti kamu cari majalah yang baru nanti ada sususannya tuh ada pemred, pemimpin redaksi, ada redaktur eksekutif, di bawah redaktur eksekutif ada redaktur lapangan, kalau di setiap kompartemen itu ada redaktur utama, di bawah redaktur utama itu ada redaktur, kemudia ada staff redaksi, reporter dan sebagainya. Jadi dilihat nanti biar enggak salah itu susunannya. Nah sudah ditentukan kovernya apa, apa yang akan ditulis pada rapat waktu itu, pada hari Kamisnya, Kamis sore biasanya kita rapat checking sekali lagi, ini terakhir nih. Perolehan bahan apa yak an, tapi itu pesertanya cuma kompartemen aja. Misalnya kompartemen nasional rapat checkingnya Kamis sore, etnisnya lain-lain, kalau yang lainnya ya lain lagi. Kalau itu sudah penentuannya bukan di rapat besar tapi di rapat kompartemen. Setiap anggota kompartemen yang disuruh nulis, itu ditanya perolehan bahannya apa, penulisannya seperti apa, jadi nanti anggota kompartemen enggak bingung gitu mulainya tulisan. Nah penentuan siapa yang nulis ya kan atau yang enggak nulis itu ditentukan pada saat itu rapat usulan kompartemen yang Senin itu. Karena usulan itu eee penentuan itu siapa yang nulis apa, ditentukan usulannya. Kalau si A yang ngusulinnya itu, ya dia yang nulis itu gitu. Kamu ngusulin itu ya kamu yang nulis itu gitu. Kecuali usulannya yang mentah dan ada usulan yang lebih baik baru redpel yang membagi. Ooh kayanya kamu yang nulis ini yang cocok nih, karena kamu dulu lama di ngepos di KPK misalnya karena ini isinya tentang KPK. Kalau ini isinya tentang polisi, tapi dulu kamu ngeposnya di Polisi kan ada tuh yang eee apa namanya ngepos disana. Ooh ini tentang Ahok misalnya, ooh ini anak metro nih dulunya aah, anak metro itu anak metropolitan ya desk metropolitan. Dulu pas masih reporter desknya itu di balai kota misalnya kan dia lebih tahu kan banyak kenal orang disana, misalnya gitu. Penentuan siapa nulis apa tuh pertama berdasarkan usulan, kedua berdasarkan anggapan ooh nih kayanya anak ini punya kompetisi, jadi enggak berdasarkan hal yang istimewa. Saya piker hal ini berlaku umum, dimanapun pasti yang dipertimbangkan kan kompetensinya dan kemampuannya. Sebelum berlanjut ke yang lain, eee apa namanya, biar enggak bingung jadi, reporter atau anggota redaksi itu biasanya awalnya itu dulu ditempatkan di Tempo news room atau di koran Tempo. Ada beberapa jenjang karir di Tempo. Pertama masuk Tempo itu biasanya ya calon reporter ya kan, biasanya selama satu tahu, terus habis satu tahun kemudia jadi reporter, ya kan. Nah reporter terus satu sampai dua tahun itu di kita ada m1, m1 itu singkatan dari magang 1, itu kaya jenjang pendidikan saja. Nah nanti setelah m1 terus mereka kan harus pinter menulis nih, ya kan. Ujian bisa menulis ini yan di majalah, karena dia harus bisa menulis panjang. Biasanya m1 itu masih di koran, eee dulu sih ada m1 koran, ada m1 majalah, tapi sekarang lebih relatif ke harian ya. Cuman gambaran eee kira-kira begitu, suruh nulis dulu di koran baru belajar nulis di majalah, gitu. Nanti setelah di majalah itu dia reporter majalah tapi disebutnya m1 majalah karena magang. Itu Cuma sekedar istilah eee apa namanya jenjang pendidikan saja gitu, dalam arti hal pendidikan kewartawanan di iternal kita. Nah nanti ada setelah lulus m1 disebut SR, Staff Redaksi. Nah penempatan SR apaorkah masih di majalah atau di koran ya tergantung bos-bosnya penilaian. Ooh ini anak berbakatnya di koran biasanya setelah lulus di majalah ya. Biasanya setelah dianggap bisa menulis nanti di nilai gitu. Di eee red voa ini anak cocoknya di koran, ya berate di koran. Ooh ini anaknya cocoknya passionnya di majalah ya berate di majalah. nag gitu-gitu saja jadi tidak ada yang istimewa juga. Kenapa sesorang harus di koran, harus di majalah. Ya anggota redksi majalah ya apa namanya inputnya itu atau apa namanya eee jenjangnya itu ya lewat yang tadi itu. Kembali ke yang tadi, setelah rapat checking terakhir dan ditentukan apa namanya eee bahkan sampai ke rapat dan seterusnya. Kita harus menyelesaikan bahan itu Jumat sore. Deadlinenya Jumar sore. Jadi setelah rapat checking Kamis sore ada yang langsung ngebut, biasanya lembur bisa sampai Kamis malem biasanya bisa sampai nginep disini di kantor sering pada nginep. Atau yang jago nulis atau bahannya sudah ditangan semua ya tinggal pulang itulah. Nanti ngerjainnya Jumat pagi, kan dikumpulinnya pagi sampai sore. Baru redpel ngedit ya kan, kemudian eee kalau laporan utama dicek lagi oleh