Bagaimana struktur redaksi majalah Tempo?

omongin itu tuh ada gak bahannya. Packing itu kan menentukan, oh mana saja yang akan dimuat. Mana yang menjadi laput, laporan utama gitu kan. Berapa halaman totally nya. Judulnya akan seperti apa, itu hari rabu. Kamu pernah jadi wartawan kampus gak? Makanya saya dulu gak pernah pengen jadi wartawan. Makanya saya tidak mengambil skripsi tentang jurnalistik. 15. Kenapa waktu itu majalah Tempo laporan utamanya adalah Jokowi? Oh gini ceritanya, kan kita tahu bahwa 2014 itu tahunnya politik, tahunnya pemilu. Disitu ada dua pemilu. Pemilu itu sangat penting karena berita nasional. Itu menentukan siapa wakil kita lima tahun kedepan. Siapa presiden kita yang dipilih secara langsung. ya itu penting buat masyarakat, dan oenting juga Tempo untuk menulisa itu. Sehingga menunjukkan kepada masyarakat, ini loh yang terjadi seperti ini, ini loh calon kita. Bagaimana proses orang itu, siapa sih orang itu, track record orang itu, yang dukung siapa saja. Apakah yang mendukung baik-baik apakah tidak. April misalnya, April itu Jokowi baru ditunjuk oleh PDIP itu Maret. Ya kan? Kayanya mulai Maret deh, atau bulan sebelum-sebelumnya sudah mulai tuh. Lalu siapa sih calon yang akan berlaga dalam pilpres tuh siapa. Kan gitu. Eemm kalau pileg sih kita menulis tentang persiapan KPU, bagaimana partai-partai politik menyiapkan calegnya. Adakah penggunaan uang negara, bagaimana penentuan caleg. Bukan waktunya Jokowi, itu ketika pemilu, sehingga pemilu itu ada beberapa orang calon, kita gak harus Jokowi, ada Prabowo. Macem-macem banyak orang kayanya ada kandidat yang mau maju nih. Bagaimana, UUD kita mengatakan bahwa calon presiden dipilih oleh partai, apa gabungan partai? Iya kan, gitu siapa nih. Memang waktu itu sudah terlihat bahwa Jokowi lebih komcer ketimbang tokoh lain gitu. Tentu sehingga banyak orang mengkritisi, siapa sih dia, apakah kinerjanya bagus. Apakah track record yang baru sebentar itu bagus, siapa sih orang-orang disekitarnya, bagaimana pembahasan di PDI apakah ada penolakan, siapa yang menolak siapa yang enggak, alasannya apa, dia dengan tim siapa, gitu loh untuk mengetahui dia. Prabowo juga seperti itu. Prabowo gimana sih, timnya kaya apa, terus udah ngapain aja, bergeraknya ngapain, gitu itu yang terjadi sehingga kita menulis itu bukan soal Jokowi, penulis menulis mengenai siapa sih calon yang akan naik? Nah kemudian Jokowi memang menjadi figur yang eee paling terkenal waktu itu. Memang kemudian masyarakat kan menghendaki orang yang mau bekerja. Orang yang tidak kena kasus dimasa lalu, tidak punya hutang dimasa lalu, orang yang mau bekerja, muda, itu semua yang orang liat. Kemudian tidak punya hutang partai, kemudian partai yang selama ini kita ketahui sebagai tempat orang berlindung orang melakukan kejahatan, dan standar orang melakukan kejahatan, bukan partainya jelek, tapi katanya orang-orang sebagian begitu. Nah ini gimana, dicalonkan tidak Megawati, siapa yang menginginkan Megawati menjadi capres, kenapa bukan Megawati, kenapa harus Megawati, kenapa harus Jokowi, kenapa bukan Jokowi, Prabowo juga begitu dan tokoh lain begitu. Jadi kita merekam persoalan pada waktu itu. 16. Apakah owner memengaruhi kebijakan redaksi? Tidak, karena ownernya Tempo itu banyak karena Tbk. Tidak memengaruhi, biasa saja. 17. Seberapa besar pengaruh pengaruhtekanan dari pihak luar dalam setiap penulisan dan penentuan berita? misalnya dari pemerintah, partai politik, pemasang iklan, pembaca, teknologi, kondisi ekonomi, dan sebagainya? Enggak, gak ada. Tidak memengaruhi atau apa. Tempo hanya tunduk kepada fakta. Apakah fakta yang kita peroleh benar atau tidak. Dan kamu juga harus tahu bahwa jurnalistik itu fakta jurnalistik, bukan fakta hukum. Gitu loh. Tahu gak apa bedanya? Gak tau? Fakta jurnalistik itu adalah hal-hal yang terbukti secara jurnalistik. Jadi kamu jangan pernah baca berita itu dengan frame hukum. Kok Tempo mengatakan ini, kan belum terbukti, ya memang. Tapi kan kaidahnya kaidah jurnalistik, karena kita adalah media. misalnya kaidah jurnalistik, saya dating ke rumahmu, gak ada. Saya tulis, aku ke rumahmu, gak ngomong apa-apa, gak komen, saya tulis memang begitu. Saya tidak akan menulis kamu ngapain-ngapain kan enggak, memang faktanya begitu. Misal korupsi, ya kita tulis saja. Ini temannya ini, ini temannya ini, apa terbukti secara hukum? Kan tidak. Gitu looh. Dan itu antara kewenangan lembaga hukum. Misal dia melihat Tempo untuk acuan gitu. Ini kadang masyarakat gak paham juga , bahwa fakta di media itu fakta jurnalistik. Kebenarannya pun kebenaran jurnalistik, bukan kebenaran hukum, bukan kebenaran kitab suci, gak ada, jurnalistik saja yang bisa berubah besoknya. Kalau kamu sekarang saya wawancarain ngomongnya ke kiri ya tulis miring ke kiri. Kalau besok kamu ngomongnya ke kanan ya saya tulis kamu miring ke kanan. Tapi nanti saya tanyai kenapa kamu kemarin ngomongnya ke kiri kok sekarang ke kanan. Gitu looh. Jangan dilihat media itu haah media gak bagus. Dia gak nanya sama narasumbernya, dia ngomong apa sih. Apakah kamu ngomong temannya akan ditulis? Kan sering kamu berpikir, aku nganggep si A itu orang baik, tapi kok di media kok seolah jelek. Kamu harus bertanya, bagaimana proses dia mencari beritanya, bagaimana orang itu