Ideologi apa yang dianut oleh Tempo?
tapi dulu kamu ngeposnya di Polisi kan ada tuh yang eee apa namanya ngepos disana. Ooh ini tentang Ahok misalnya, ooh ini anak metro nih dulunya aah, anak metro itu anak
metropolitan ya desk metropolitan. Dulu pas masih reporter desknya itu di balai kota misalnya kan dia lebih tahu kan banyak kenal orang disana, misalnya gitu. Penentuan
siapa nulis apa tuh pertama berdasarkan usulan, kedua berdasarkan anggapan ooh nih kayanya anak ini punya kompetisi, jadi enggak berdasarkan hal yang istimewa. Saya
piker hal ini berlaku umum, dimanapun pasti yang dipertimbangkan kan kompetensinya dan kemampuannya. Sebelum berlanjut ke yang lain, eee apa namanya, biar enggak
bingung jadi, reporter atau anggota redaksi itu biasanya awalnya itu dulu ditempatkan di Tempo news room atau di koran Tempo. Ada beberapa jenjang karir di Tempo. Pertama
masuk Tempo itu biasanya ya calon reporter ya kan, biasanya selama satu tahu, terus habis satu tahun kemudia jadi reporter, ya kan. Nah reporter terus satu sampai dua tahun
itu di kita ada m1, m1 itu singkatan dari magang 1, itu kaya jenjang pendidikan saja. Nah nanti setelah m1 terus mereka kan harus pinter menulis nih, ya kan. Ujian bisa menulis ini
yan di majalah, karena dia harus bisa menulis panjang. Biasanya m1 itu masih di koran, eee dulu sih ada m1 koran, ada m1 majalah, tapi sekarang lebih relatif ke harian ya.
Cuman gambaran eee kira-kira begitu, suruh nulis dulu di koran baru belajar nulis di majalah, gitu. Nanti setelah di majalah itu dia reporter majalah tapi disebutnya m1
majalah karena magang. Itu Cuma sekedar istilah eee apa namanya jenjang pendidikan saja gitu, dalam arti hal pendidikan kewartawanan di iternal kita. Nah nanti ada setelah
lulus m1 disebut SR, Staff Redaksi. Nah penempatan SR apaorkah masih di majalah atau di koran ya tergantung bos-bosnya penilaian. Ooh ini anak berbakatnya di koran biasanya
setelah lulus di majalah ya. Biasanya setelah dianggap bisa menulis nanti di nilai gitu. Di eee red voa ini anak cocoknya di koran, ya berate di koran. Ooh ini anaknya cocoknya
passionnya di majalah ya berate di majalah. nag gitu-gitu saja jadi tidak ada yang istimewa juga. Kenapa sesorang harus di koran, harus di majalah. Ya anggota redksi
majalah ya apa namanya inputnya itu atau apa namanya eee jenjangnya itu ya lewat yang tadi itu. Kembali ke yang tadi, setelah rapat checking terakhir dan ditentukan apa
namanya eee bahkan sampai ke rapat dan seterusnya. Kita harus menyelesaikan bahan itu Jumat sore. Deadlinenya Jumar sore. Jadi setelah rapat checking Kamis sore ada yang
langsung ngebut, biasanya lembur bisa sampai Kamis malem biasanya bisa sampai nginep disini di kantor sering pada nginep. Atau yang jago nulis atau bahannya sudah ditangan
semua ya tinggal pulang itulah. Nanti ngerjainnya Jumat pagi, kan dikumpulinnya pagi sampai sore. Baru redpel ngedit ya kan, kemudian eee kalau laporan utama dicek lagi oleh
pemred. Kemudian eee masuk ke redaktur bahasa untuk ngecek bahasa dan sebagainya. Baru kemudian masuk ke design untuk layout dan sebagainya. Jadi proses apa namanya,
bagaimana usulan jenjangnya begitu. Jadi tidak ada tulisan yang tiba-tiba masuk. Bahkan kolom pun, orang ngirim, itu redaktur kolom tidak bisa tiba-tiba muat. Redaktur
kolompun dia harus mengclearkan dulu, nanya nih ada orang yang mau nulis ini layak enggak nulis, nah gitu. Mulainya itu semua, tapi enggak di dalam rapat, biasanya di dalam
bilik nah gitu.
7. Untuk mencari narasumber, apakah anda mencari sendiri atau sudah di tentukan di rapat redaksi?
Ya enggak, berdasarkan tulisannya bukan berdasarkan rapat atau enggak. Karena kan kamu mau nulis apa ya kamu harus tahu narasumber apa yang akan kamu hubungi atau
kamu temui gitu. Bukan kamu mau nulis ini ditentukan narasumbernya ya enggak gitu kan, berdasarkan tulisanmu. Mencari sendiri, tapi biasanya orang lain ini kayanya orang
ini tahu deh, coba kamu kontak dan lain sebagainya. Tapi initinya kalau narasumber tidak ditentukan di rapat. Tapi bedasarkan kebutuhan tulisanmu sendiri. Karena bahkan kita itu
disuruh diajak nulis TOR sebelum menulis. Kalau dalam hal ini tuh misalya mau nulis apa, angelnya apa, atau bahan awalnya apa, persoalannya apa, baru eee narasumber yang
akan dihubungin siapa saja. Itu kan sudah harus eee final karena itu akan jadi deadline tulisan kita, begitu.
8. Bagaimana proses rapat redaksi di Tempo untuk menaikkan sebuah berita di majalah Tempo? dari rapat awal hingga akhir jadinya berita
Ya itu seperti yang aku ceritakan itu. Itu sudah semua itu.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap pemberitaan dan fenomena Jokowi saat itu?
Jokowi? Itu bukan Cuma Tempo ya yang menulis, bahkan semua media. dan Jokowi jadi fenomena waktu itu, karena dia dianggap sebagai orang baru yang tidak atau tidak sama
sekali terlibat dalam rezim sebelumnya ya kan. Dia eee apa namanya semacam harapan bagi orang-oranglah ya. Karena sosoknya yang dianggap bersih, inovatif, kemudian
mampu meminpin dan berprestasi menajadi walikota Solo dan gubernur Jakarta. Jadi hal yang lumrah lah ya, saya pikir bukan cuma di Tempo ya semua media kan seperti itu
pemberitaannya.
10. Berpengaruh tidak pandangan anda dengan cara kerja yang nantinya akan menjadi berita yang anda buat?
Subjektivitas pasti ada kan, karena ketika kamu milih judul saja sudah subjektif, ketika kamu memilih angel kamu sudah subjektif gitu. Karena bagaimana pun kita harus
memilah, enggak mungkin semua bahan dimasukkan kedalam tulisan begitu, dan haru berdasarkan angel. Dan angel itu tuh tunggal, itu dasar banget dalam jurnalistik. Angel
itu tunggal, enggak ada dua angel dalam satu tulisan kalau ada dua angel dipisah. Nah ketika melilih angel bahkan kita pun sudah subjektif. Itu framing, tapi tetep dalam koridor
bahwa ia kita menullis hal tersebut berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik yng didasarkan pada nilai-nilai universal tadi. Jadi eee ridak boleh kita menulis itu dengan kebencian.
Jadi prisnsipnya nilai-nilai moral tadi yang harus kita pegang, begitu.