Sejarah dan Berkembangnya Majalah Tempo
dan diganti SIUPP dengan SK Menpen RI 025SKMENPENSIUPPC.11985 tanggal 25 Desember 1985.
7
Menurut Goenawan Muhammad sebelum ada Tempo, hanya ada dua jenis penulisan dalam koran dan majalah di Indonesia: berita yang lempeng
straight news seperti koran, atau artikel, seperti “kolom”. Tempo lahir dengan menyajikan cara penulisan yang berbeda sama sekali, yang sekarang
menjadi pola di penulisan jurnalistik di Indonesia dan sering tidak pada tempatnya dipakai: bagaimana menyusun sebuah berita tentang sebuah
kejadian sebagai sebuah cerita pendek.
8
Hal demikianlah yang membuat Tempo tetap konsisten dalam penyajian penulisan berita dan menjadikan
majalah ini tetap bertahan ditengah ketatnya persaingan industri informasi. Secara konseptual, Tempo merupakan majalah mingguan yang padat
rubriknya lebih dari 30 rubrik, dan selalu mengutamakan berita dari peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi, yang berarti selalu tepat, akurat, dan
selalu baru. Tempo mencanagkan konsep peliputan berita yang sedapat mungkin dilakukan secara jujur dan tanpa a priori. Semua fakta diliput, baik
yang disukai maupun tidak. “Penjelasan ide atau gagasan kepada pembaca berusaha dihindari sejauh mungkin oleh Tempo”. kata Evan selaku
kepustakaan majalah Tempo.
Jika mengetengahkan persoalan yang menyangkut perbedaan pendapat antara dua
pihak, keduanya diberi kesempatan yang sama untuk menampilkan opini atau fakta masing-masing
dengan variasi yang cukup. Tempo merupakan majalah independen yang tidak dipengaruhi pihak lain, baik itu sebagai pribadi maupun lembaga. Majalah ini
7
Company Profile majalah Tempo
8
Goenawan Muhammad, Seandainya Saya Wartawan Tempo: edisi revisi Jakarta: Institut Tempo, 2007 h. ix.
juga merupakan forum yng memperjuangkan hak bicara seua orang atau lembaga-lembaga tanpa pengecualian.
9
Di tahun 1994-1998, penerbitan majalah Tempo sempat terhenti selama empat tahun karena dibredel. Pemberedelan terjadi karena pada masa rezim
Orde Baru media dikontrol penuh oleh pemerintah. Pemerintahan Soeharto pada waktu itu memiliki kekuasaan yang otoriter. Hal ini ditunjukkannya
ketika majalah
Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh.
Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan
kampanye dan prosesi Pemilihan Umum.
Presiden Soeharto, yang notabenenya berasal dari partai Golkar, tidak suka dengan berita tersebut.
10
Majalah Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari
Persatuan Wartawan Indonesia PWI yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan harian Pos Kota.
Setelah terjadi pembredelan kali kedua, pada 1998 majalah Tempo kembali terbit dan bersinar. Bersama runtuhnya pemerintahan Soeharto pada
21 Mei 1998 dan naiknya B.J Habibie, saat itulah kejayaan majalah Tempo mulai bersinar kembali. Presiden B.J Habibie saat itu mencabut pembredelan
Tempo dan mengizinkannya kembali terbit. Majalah Tempo kembali terbit pada 6 Oktober 1998 setelah pembredelan dicabut.
11
Majalah Tempo terbit kembali setelah pembredelan kali kedua pada tahun 1998 dengan perubahan desain dan isi yang lebih dalam, tajam dan
9
Company Profile majalah Tempo
10
Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo: Konflik dan Pemberedelan
11
Janeet Steele, Wars Within: Pergulatan Tempo sejak jaman Orde Baru Jakarta: Dian Rakyat, 2007, h. xvi
akurat. Tempo mencoba menulis jujur, jelas, jernih, dan jenaka pun bisa, seperti yang dikatakan Goenawan Muhammad dalam bukunya Seandainya
Saya Wartawan Tempo.
12
Maka sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo memasuki babak baru. Tempo terbit kembali. Tempo kembali kehadapan pembaca setianya. Sampai
saat dibredel, majalah ini telah 1.151 kali terbit. Satu eksemplar Tempo dari tiap nomor, bila disambung vertikal akan setinggi 316,5 meter atau 2,3 kali
tinggi Monumen Nasional Monas. Saat itu, pembaca lebih kurang sampai angka sejuta satu majalah Tempo, menurut survey, dibaca oleh lima orang,
punya 10 ribu agen dan pengecer, dari Meulaboh Aceh sampai Nabire Irian Jaya.
13
Menapaki tahun 2013, PT Tempo Inti Media Tbk, memasuki usia yang ke dua belas. Hal itu jika dihitung ketika pada tahun 2001, perseroan masuk ke
bursa saham, menjadi perusahaan publik. Saat go public itu, sebanyak 725 juta lembar saham ditawarkan ke masyarakat. Dari aksi korporat tersebut,
komposisi kepemilikan saham perusahaan yang sebelumnya bernama PT Arsa Raya Perdana - lalu menjadi PT TIM Tbk., sebagai berikut: PT Grafiti Pers
memiliki 21,02, PT Jaya Raya Utama 16,28, Yayasan Jaya Raya 8,54, Yayasan Tempo 21 Juni 1994 25,01, Yayasan Karyawan Tempo
12,09 dan masyarakat 17,24.
14
Penerbit majalah Tempo kini bukan hanya PT Grafiti Pers, melainkan gabungan saham anatara Jaya Raya 30, PT Grafiti Pers 20, dan
Yayasan Karyawan-Yayasan Alumni Tempo 50. Selain menerbitkan
12
Goenawan Muhammad, Seandainya Saya Wartawan Tempo, h. x.
13
Company Profile majalah Tempo
14
http:korporat.Tempo.co , artikel ini diakses pada 30 April 2014 pukul 14:00 WIB
15
16
15 16
24.8
24,8 16,6
16,6 17,2
Yayasan Jaya Raya Yayasan 21 Juni 1994
PT Grafiti Pers Yayasan Karyawan Tempo
Publik