Apakah wartawan ikut memengaruhi dalam proses pembuatan berita?

tidak ada pers yang tidak berpihak. Jadi ini perdebatan masalah pemilu. Ya mahasiswa seperti kalian harus paham bedanya berpihak dan independen. Apa bedanya? Kalau independen itu adalah merdeka. Jadi orang menentukan pilihan itu tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Tidak ada sogokan, tidak ada apa-apa. Itu independen. Media itu independen seharusnya, soal keberpihakan itu adalah dia akan berada diposisi mana dalam memandang sesuatu. Bisa saja, independen berpihak, independen tidak perpihak. Bisa saja berpihak tidak independen, berpihak independen. Atau tidak berpihak tidak independen, tidak independen tidak berpihak, macem-macem. Jadi kita itu ternyata belum bisa memisahkan antara indpenden dan berpihak. Misalnya, dalam kasus pemilu, media yang indpenden mempunyai acuan sendiri untuk melihat mana calon yang bakal menang dan yang layak didukung oleh masyarakat luas. Tetapi dia independen menentukannya, bukan disogok oleh Jokowi atau disogok oleh Prabowo atau bukan karena diancam. Dia independen dengan pemikirannya sendiri. Prabowo paling okeh, dia punya dasar. Kamu tidak setuju gak apa-apa, tapi dia independen, dia berpihak. Gito loh. Itu loh beberapa yang dilakukan oleh media. ada Tempo, ada Jakarta Post, dan maem-macem. Ya Tempo berpihak, karena Tempo tidak hidup di ruang hampa. Kan Tempo itu orang Indonesia, dan saat itu adalah pemilihan Presiden Indonesia. Artinya Tempo sebagai ketua lembaga pers, juga berkepentingan, kalau Indonesia ini dipimpin oleh orang yang baik. Tidak setuju tidak apa-apa. Waktu itu kan kita melihat dari track record keduanya, gitu. Tempo melihat bahwa eee Jokowi ini lebih bersih ketimbang Prabowo. Dan faktanya masyarakat memilih dia. Tapi jangan dibalik loh, Tempo menulis Jokowi kemudian masyarakat mendukung dia, enggak kan. Pertanyaannya, kalau Tempo enggak menulis, apakah Jokowi tidak terkenal? Apakah Tempo kalau tidak di Indonesia ini, Jokowi tidak terkenal? Kan gak juga gitu loh. Bahwa Tempo melihat, Tempo ini melihat di masyarakat, kok begitu banyak orang yang ke dia. Kita teliti dia itu siapa sih, gitu loh. Dia itu siapa?. Ketemu dengan dia ngobrol-ngobrol. Memang kemudian di di eee ee masyarakat, wah Tempo berpihak kepada Jokowi. Tempo melihat bahwa, Tempo itu melihat ke publik. Bukan soal berpihak atau tidak berpihak. Tapi Tempo melihat publik, bahwa publik memang sedang butuh tokoh yang baru. Karena musuhnya kan Prabowo, gitu. Jadi kita harus melihat bahwa dasarnya itu. Masyarakat kan dihadapkan dengan dua pilihan. Dan dalam penulisan berita Tempo sangat berimbang anatara keduanya. Tapi kan kamu gak pernah nanya, apakah Prabowo itu open seopen Jokowi? Itu yang tidak pernah ditanyakan orang, termasuk kamu. Kamu kan juga lihat di media lainnya. Kalau media-media yang menurut Prabowo memihak ke Jokowi, gak ikut Prabowonya karena tidak diajak. Kamu harus lihat itu, gitu loh. Kamu juga harus adil dalam melihat persoalan ini. Seperti yang saya bilang tadi, apakah kita mudah menemui sumber ini, apakah kita mudah menemukan sumber itu. Kita butuh banyak informasi, gitu loh. Jadi gitu, sehingga inilah yang terjadi. Jadi Tempo sebetulnya melhat kepada masyarakat bagaimana sih masyarakat. Kan ada polling, macem-macem kan, ada polling, ada survey dan macem-macem semua kan tahu. Kok orang menuju kesana, lalu didalamnya ada Tempo. kemudia kta menulis, fakta kan. Fakta kan kalau Jokowi itu memang dicalonkan di PDIP. Memang ada perdebatan, apakah Jokowi apakah Megawati. Apakah kalau Tempo menulis tidak ada perdebatan itu, begitu. Ya memang waktu itu PDI partai pemenang, jadi publik pun harus paham gitu. Kenapa kalau apa-apa UI ditulis? Kenapa UIN enggak? Kan begitu ka nada cemburu- cemburunya kan. Ya kan? Ya tapi kemudian kita harus sadar bahwa UIN tidak meluas, misalnya begitu. Kenapa PDIP menjadi penting? Nah sorotan publik memang ke PDIP karena dia partai pemenang. Setelah 10 tahun oposisi atau tidak menang. Dia akan punya banyak anggota DPR, siapa saja mereka, kita juga harus tahu. Dan dia memilih siapa calonnya, karena kemungkinan orang yang menjadi calonnya PDIP akan jadi presiden. Gitu loh. Jadi maksud saya, penelitian ini harus melihat konteks sosial dan politik waktu itu gitu loh, gak ujug-ujug. Gak kaya orang yang baru lahir langsung nanya mengenai sesuatu, gitu. Kan ada peristiwa terdahulu, kenapa media lain itu banyak mengambil Jokowi, termasuk Tempo. pertanyaan saya adalah ada gak media di tahun 2014 yang sedikit memberitakan Jokowi? Coba kamu survey. Soal Jokowi aja nih, ada gak yang sedikit. Saya sudah jawab. Tapi menurut pandangan saya, semua media tuh menulis dia. Dia menjadi media darling. Terus kenapa, orang pengen tahu siapa sih dia itu. Jadi kaya ada kembang kampus, kamu kan jga pernah lihat cowo ganteng di kampus. Kan kahirnya kamu nyari tahu kan, yang berpura-pura terbuka dan tertutup siapa sih cowo itu. Sama, sama saja masyarakat juga seperti itu. Jadi memang waktu itu Indonesia ada problem, ada sebuah kebutuhan, ada mensupply. Ada kemudia menkrucut jadi dua orang saja, Prabowo dan Jokowi. Media Jakarta post kan yang tajuknya menulis kami memang berpihak pada Jokowi. Waktu itu Tempo ditudh berpihak sampai sekarang, saya gak tahu itu siapa yang ngomong. Tertudu Tempo, wah Tempo terlalu Jokowi, jawaban saya ya kaya tadi itu. Memang fakta waktu itu Jokowi menjadi tokoh baru yang muncul. Kemudia ada kebutuhan msyarakat mencari presiden yang baru 2014. Kemudia dia muncul. Di PDIP ada perdebatan antara dia atau Megawati, akhirnya Maret 2014 diputuskan dia. Dan kemudian dari pihak lain banyak, ada siapa ada siapa, ada ini, ada itu macem-macem, akhirnya at the end Prabowo. Kan gitu, yak an. Tentu orang akan membicarakan siapa ini