Level Pengaruh Kerutinan Media

sedangkan lembaga yang menjadi sumber berita mendapat pencitraan yang baik. Dalam teori hirarki pengaruh media yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, level kerutinan media ini di dalamnya juga terdapat kebijakan redaksi yang mengatur segala kebijakan redaksional media massa. Untuk lebih lanjut mengetahui yang dimaksud kebijakan redaksional, peneliti menjelaskan pengertiannya sebagai berikut: a Kebijakan Redaksional Penyampaian sebuah berita yang disajikan oleh seorang jurnalis ternyata sedikit banyaknya menyimpan subjektivitas. Seorang jurnalis mempunyai andil atas berita yang disajikannya, mulai dari mencari dan mengelola berita pun tidak luput dari campur tangan jurnalis. Hal inilah yang membuat terjadinya sebuah subjektifitas dari jurnalis terhadap sebuah berita. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita tidak akan dinilai lebih dalam makna yang terkandung di dalamnya. Bagi mereka berita yang disajikan merupakan informasi yang akurat dari media untuk masyarakat. Namun pandangan ini dinilai berbeda bagi para kalangan tertentu yang memahami ruang gerak media. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan yang disajikan, yaitu dalam setiap penulisan berita, penyampaian ideologi secara implisit atau latar belakang dari media tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang jurnalis dalam menulis berita. Dalam hal ini tentunya sebuah media harus bersifat adil dan bijaksana dalam menaati peraturan pers yang berlaku. Media massa harus memiliki kebijakan yang arif, dan memiliki seorang redaktur yang mempunyai kebijakan redaksional yang bijaksana. Kebijakan redaksional bisa dimaknai sebagai pedoman yang menjadi dasar di bidang redaksional sesuai visi dan misi media massa yang bersangkutan. Kebijakan redaksional ini disamping berkaitan dengan substansi pemberitaan, juga meliputi tujuan mengapa berita tersebut disajikan. Biasanya kebijakan redaksional dipimpin oleh seorang pimpinan redaksi yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pencarian dan pelaporan berita. Dalam pemahaman tentang kebijakan redaksional, peneliti akan merinci dari kalimat kebijakan dan redaksional, agar bisa lebih dipahami dan lebih dimengerti apa itu kebijakan redaksioanl dan bagaimana cara mengambil kebijakan dalam suatu media. b Pengertian Kebijakan Dalam kamus bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, dan maksud sebagai garis pedoman untuk menejemen dalam usaha untuk mencapai sasaran. 4 Kebijakan biasanya merupakan suatu aturan atau pedoman untuk menentukan suatu tindakan dan tujuan, agar semuanya tercapai sesuai 4 Lukman Ali, et.al., Kamus Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h. 640. dengan apa yang diinginkan, biasanya kebijakan diatur atau dibuat oleh seorang atasan atau pimpinan dalam suatu organisasi dalam mengambil suatu kepuasan. Kebijakan secara umum juga diartikan sebagai kearifan dalam mengelola sesuatu. Dalam ilmu-ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan- tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Proses pembuatan kebijakan melibatkan beberapa elemen yang ada, diantaranya yaitu, saluran-saluran komunikasi dalam proses penyampaian informasi mengenai isu-isu kebijakan, baik vertikal, horizontal maupun diagonal dan gerbang-gerbang kritis serta titik pusat keputusan dimana sifat-sifat isu berproses. Kecenderungan-kecenderungan kontinuasi dan dekontinuasi produk kebijakan yang menjadi isu utama, bahwa dalam merealisasikan kebijakan diperlukan seperangkat faktor atau stakeholders yang menjadi peran pengaruh sebagai perubahan. 5 c Pengertian Redaksional Redaksional berasal dari kata redaksi yang bermakna suatu bagian penting dalam organisai media komunikasi massa, yang tugas pokoknya mengelola isi atau acara media massa elektronik atau cetak. Bagian redaksional merupakan bagian yang mengurus pemberitaan. Menurut Maskun Iskandar keredaksian dibagi menjadi empat jenjang: pertama, pemimpin redaksi yang bertanggung jawab pada kebijakan isi media. kedua, redaktur pelaksana yang dibebani tanggung 5 Sudirman Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 72. jawab pelaksanaan keredaksian, sehari-hari, dan biasanya yang mengatur isi berita para wartawan atau reporter. Ketiga, editor atau redaktur yang bertugas menyunting naskah dan halaman. Keempat, wartawan atau reporter yang mencari dan yang membuat berita. 6 Bagian redaksional ini dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pencarian dan pelaporan berita. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan, penampilan, dan penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut. d Pengertian Kebijakan Redaksional Kebijakan redaksioanal merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberikan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam tajuk rencana. 7 Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak disiarkannya suatu peristiwa. Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama mapun nilai-nilai yang dihayati. 8 Kebijakan mengatur segi-segi usaha agar perusahaan mencapai kemajuan dan keuntungan maksimal. Kebijakan redaksional lebih 6 Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, h. 125. 7 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru Ciputat: Kalam Indonesia, 2005, h. 150. 8 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 152. memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam. Agar memudahkan seluruh pengelola, maka pedoman pemakaian bahasa jurnaslitik ini lazimnya dituangkan dalam sebuah buku khusus intern sebagai rujukan resmi dalam peliputan, penulisan, pemuatan, penyiaran, atau penayangan berita, laporan, tulisan dan gambar pada media bersangkutan. 9 Kebijakan redaksional juga bisa dimaknai sebagai serangkaian pedoman yang menjadi dasar di bidang redaksional sesuai visi dan misi media massa. Kebijakan redaksional juga memengaruhi terjadinya headline news pada sebuah pemberitaan. Sebuah berita utama dalam surat kabar harian dan majalah merupakan laporan utama di setiap edisinya. Dalam pandangan ini, berita utama tentu mempunyai nilai berita yang paling tinggi diantara sekian berita yang masuk ke meja redaksi. Maka dari itu kebijakan redaksional yang dibuat oleh sebuah media massa harus sesuai dengan hukum media massa yang berlaku di negara masing-masing dan teori pers yang dianut oleh negara tersebut, karena para penguasaha yang menguasai media massa harus bertanggung jawab kepada masyarakatnya atas berita yang disajikan. Dalam pemberitaan, terutama pemilihan headline media dituntut untuk bersikap adil, netral serta objektif. Pemilihan headline sangat berpengaruh pada khalayak pembacanya karena setiap media dalam 9 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Bandung: Simbioasa Rakatama Media, 2008, h. 23. memandang suatu peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam mengkonstruksikannya. Sehingga jika seorang jurnalis meliput terjadinya satu peristiwa yang sama, bisa berbeda dalam penyajiannya. Hal ini disesuaikan dengan sudut pandang yang dianut oleh media tersebut atau mungkin karena faktor ideologi dan kepentingan tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dianggap penting oleh media yang satu, tetapi tidak untuk media yang lain, tergantung pada kebijakan yang diambil oleh media yang bersangkutan. Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti kepentingan bisnis, politik dan sosial. Kepentingan bisnis misalnya dia memiliki kegiatan bisnis di tempat lain; kepentingan politik misalnya dia menjadi pengurus partai politik atau anggota legislatif; dan kepentingan sosial misalnya dia menjadi pengurus organisasi masyarakat ormas, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, yayasan, dan sebagainya. Sebagai pusat pemberi informasi, media menyapaikan banyak berita kepada khalayaknya, ada berita yang mempunyai nilai tinggi, sedang hingga rendah. Dari banyak peristiwa yang disajikan, mungkin peristiwa yang mengandung nilai berita yang tinggi tidak boleh disiarkan karena bertentangan dengan kepentingan pemilik lembaga media massa yang bersangkutan, dan sebaliknya ada peristiwa yang tidak menarik dan tidak penting harus disiarkan karena sejalan atau mendukung kepentingan pemilik lembaga media massa tersebut. 10 Dalam hal inilah mengapa kebijakan redaksional dalam sebuah media harus diterapkan dengan baik dan bijaksana.

3. Level Pengaruh Organisasi Media

Pada level ini peneliti akan membahas pengaruh organisasi pada sebuah media kepada sebuah pemberitaan, didalamnya juga akan dibahas seberapa kuat pengaruh level organisasi pada sebuah pemberitaan yang disajikan oleh media. Level ini berkaitan dengan struktur menejemen organisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Berkaitan dengan level sebelumnya, pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. 11 Bicara tentang level pengaruh organisasi, biasanya bicara tentang kepemilikan. Sebuah struktur menejemen media yang biasanya dijatuhkan pada owner, misalnya contoh media televisi tvOne yang notabennya dimiliki oleh Abu Rizal Bakri. Ia adalah penanam saham lebih banyak di media tersebut, secara tidak langsung dapat menguasai media. Berita-berita yang bersangkutan tentangnya harus berita yang positif dan menaikkan ratingnya, tidak ada berita negatif yang akan disajikan oleh media tentangnya. Hal demikian bisa terjadi karena pemegang kekuasaan tertingggi yang sekaligus ikut memengaruhi isi media adalah owner. Pengaruh dari kepemilikan media terhadap konten media ini menjadi perhatian penting dalam studi mengenai 10 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru Ciputat: Kalam Indonesia, 2005, h. 156. 11 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 140. konten media. 12 Hal ini bisa dilakukannya juga karena ia punya kuasa lebih di media. Demikian juga dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media, seperti alur struktur organisasi media yang digambarkan oleh skema di bawah ini: Gambar. 2 Struktur Organisasi Surat Kabar Sumber: Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, 1996 12 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 140-173. Owner Publisher Editor Advertising Circulation Editor Editor Editor Reporter Photografer Reporter Level pengaruh organisasi ini lebih besar memengaruhi dibandingkan dua level pengaruh sebelumnya dikarenakan berhubungan dengan suatu pengaruh yang lebih besar, lebih rumit dan struktur yang lebih besar. Kebijakan dari pemimpin sebuah organisai media lebih kuat dibanding level yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas media. 13 Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari media tersebut. Tujuan dari sebuah media pada sistem kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. Dalam hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas. Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda organisasi dan kelangsungan sebuah media, juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media. Faktor ekonomi yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini contohnya seperti iklan. Iklan merupakan sumber utama untuk menghidupi media. Dari iklan juga media bisa melangsungkan hidupnya untuk terus terbit dan memproduksi berita. Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Hal inilah yang memengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Kemungkinan besar pemberitaan 13 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 140. yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media. Dalam kebanyakan organisasi media, mereka memiliki tiga tingkatan umum. Garis depan karyawan, seperti penulis, wartawan, dan staf kreatif, mengumpulkan dan mengemas bahan baku. Tingkat menengah terdiri manajer, editor, produser, dan lain-lain yang mengkoordinasikan proses dan memediasikan komunikasi antara bagian bawah dan bagian atas organisasi. Tingkat atas eksekutif perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik perusahaan, dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar. 14 Jadi menurut Shoemaker dan Reese ada tiga tingkatan pada struktur sebuah media yaitu tingkatan pertama yang terdiri dari pekerja lapangan seperti penulis berita, reporter dan tim kreatif. Sedangkan tingkatan menengah terdiri dari manager, editor, produser dan lembaga yang berhubungan dengan tingkatan pertama dengan tingkatan ketiga. Dan level yang teratas adalah korporasi media yang membuat kebijakan dan keputusan pada sebuah media. Walau level ini tidak terlalu dikaji lebih dalam pada teori hirarki pengaruh media tetapi level organisasi pada teori ini memiliki banyak unsur yang harus dikritisi, seperti struktur organisasi media, kebijakan pada sebuah media dan metode dalam menentapkan kebijakan. Hal ini dikarenakan kebijakan perusahaan yang bersifat mengikat dan dapat memengaruhi konten dari sebuah media. Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan 14 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 151.