Mekanisme Pertanggungjawaban Sarana dan Prasarana yang Tersedia

151 Kegiatan ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan. Koordinator Pekerja sosial Fungsional juga mengatakan bahwa secara keseluruhan dari setiap seksi dan Sub bagian Tata Usaha yang disampaikan kepada Ditjen. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dep. Sosial RI.,di Jakarta,”seluruh laporan setiap seksi itulah yang dilaporkan kepada Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial “, tambahnya. Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Llisken selaku Kepala seksi Perencanaan dan Advokasi Sosial bahwa semua staf dengan jabatan masing-masing menyampaikan pertanggungjawabannya kepada setiap kepala koordinator seksi sub.bagian selanjutnya setiap kepalakoordinator seksi sub.bagian tersebut menyampaikan pertangungjawabannya kepada kepala Panti. Seluruh laporan pertanggungjawaban itu kemudian disatukan dan di laporkan kepada Pemerintah ditingkat pusat yaitu Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI. di Jakarta. Bentuk Pertanggungjawaban yang Diberikan : a. Dalam bentuk susunan laporan triwulan 4 kali, laporan per semester 1 kali dan laporan tahunan 1 kali b. Bentuk pertanggungjawaban secara tersirat berupa penyampaian kepada masyarakat keluarga kelayan

4.6.2. Mekanisme Pertanggungjawaban

Setiap seksi melaporkan pelaksanaan kegiatan masing-masing kepada kepala Panti dan biasanya laporan itu langsung diserahkan oleh setiap Kepala koordinator setiap SeksiSub.Bagian. Selanjutnya Kepala Panti mensyahkan laporan tersebut Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 152 untuk kemudian dilaporkan kepada Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial RI.,di Jakarta. Pertanggunjawaban ini disampaikan kepada Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial R.I., dan kemudian Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial melanjutkan laporan tersebut kepada Menteri Sosial R.I.

4.6.3. Sarana dan Prasarana yang Tersedia

Sarana dan prasarana yang telah ada di panti adalah sebagai berikut : 1. Luas Tanah 8.960 M² 128x70M, Luas bangunan 5.219,5 M² yang terdiri dari : k. Kantor : 310 M² l. Aula : 271 M² m. Ruangan Pendidikan : 216 M² n. Asrama : 1.135 M² o. Ruang Assesment : 1.800 M² p. Show Room : 120 M² q. Pos jaga : 6,25 M² r. Ruang Dinas 3 unit : 166 M² s. Pagar : 166 M t. Jalan dalam Komplek 2. Instalasi air ; Tower 1 Unit, PDAM 8 Saluran 3. Instalasi Listrik ; PLN : 39.600 KVA Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 153 4. Telepon ; No.061.6613305, 1 saluran 5. Kenderaan Dinas; Roda 4 : 2 Unit, Roda 2 : 5 Unit 6. Komputer : 33 Unit dan Laptop : 2 Unit 8. Mesin Pemotong Rumput : 2 Unit 9. AC ; AC Split : 4 unit, AC Window : 2 unit Bangunan dan Fasilitas Lingkungan 1. Luas Panti ; 8.960 M² dan Luas Bangunan : 5.219,5 M² 2. Ventilasi; Setiap ruangankamar dalam asrama dan kantor terdapat kaca sebagai lubang udara. Ventilasi tertata dengan baik 3. Tata Lampu; Setiap kamar, ruang tengah panti mempunyai lampu dan tertata cukup bagus. Kecuali ruangan Panti yang tidak digunakan, sebagian lampunya rusak dan sebagian tidak mempunyai lampu. 4. Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Di dalam panti ada terdapat Poliklinik yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas kesehatan seperti : alat pengukur tinggi badan, alat pengukur berat badan, Thermometer alat pengukur suhu badan, P3K dan obat –obat ringan lainnya. 5. Tempat tidur; Setiap kamar dalam panti terdapat 2 buah tempat tidur bertingkat. Setiap kelayan dan sebagian Pekerja Sosial mendapat tempat tidur. Jumlah tempat tidur memang berlebih. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 154 6. Meja ; Setiap kamar mendapat minimal 1 meja ditambah lagi meja diruang piket sekitar 3 meja. Diruang piket tersebut adalah meja dari struktur departement dari kelayan. Adapun struktur departemennya adalah Chief, COD, HOD dan Expediator. Jumlah meja juga berlebih sehingga banyak yang tidak digunakan. 7. Kursi ; Setiap kamar minimal 1 buah kursi ditambah lagi kursi di ruang piket ada 4 buah , juga kursi diruang tamu yang disesuaikan dengan jumlah kelayan. Kursi dikeluarkan ketika ada kegiatan-kegiatan seperti Morning Meeting, Discussion, Breafing, Static Group dll, kualitas kursi juga cukup bagus. Keseimbangan antara Ketersediaan Dengan Kebutuhan dan Prasarana Dalam Organisasi Masih ada sarana dan prasarana yang belum tersedia di Panti antara lain : a. Luas Tanah, seharusnya 5 Ha Wawancara dengan Bapak Mukramin tentang luas tanah mengatakan bahwa luas tanah panti seharusnya adalah 5 Ha, jika luas 5 Hektar maka pembangunan sarana olahraga dan sarana-sarana yang lain dapat dilakukan. Misalnya untuk lapangan Bola Volli, lapangan bulu tangkis, dan lapangan futsal. Karena lapangan yang digunakan selama ini untuk bermain bola selalu dari luar panti dan berada agak jauh dari panti sehingga memakan waktu, biaya dan energi jika menggunakan lapangan tersebut. b. Bus angkutan pegawai dan kelayan Bus sangat diperlukan bagi para kelayan dan staf untuk hal-hal rutin yang biasa dilakukan, misalnya mandi kolam renang ke luar atau ada kegiatan diluar yang Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 155 mengikutsertakan kelayan, hal ini biasanya dilakukan oleh kelas Rehabilitasi Terpadu. Untuk widya wisata seperti tahun-tahun lalu pihak panti harus menyewa 2 atau 3 bus yang besar . c. Genset dan pengadaan mesin Genset untuk listrik Seringnya listrik mati di wilayah Medan akhir-akhir ini pihak panti sangat terhambat dalam melaksanakan aktivitas. Apalagi aktivitas yang menggunakan energi listrik tentu mereka sangat membutuhkan Genset agar segala aktivitas di panti dapat berjalan lancar. Ketika ditanya kepada Bapak Mukramin tentang sarana yang kurang mengatakan bahwa disamping untuk mengatasi terhambatnya aktivitas karena listrik mati, genset juga sangat diperlukan untuk alat-alat praktek kelayan jurusan Elektronika. d. Buku agama Kristen dan Islam Buku rohani untuk agama Kristen dan agama Islam belum ada padahal buku- buku keagamaan ini sangat menunjang perkembangan dan menambah pengetahuan kelayan tentang agama. Disamping itu juga berguna bagi kelayan dalam membentengi dirinya terhadap hal-hal yang tidak baik e. Air bersih Air bersih tampaknya sulit didapat dalam panti. Air yang keluar sering berwarna kuning, tidak steril dan tidak baik untuk air minum. Masalah air ini sudah lama terjadi dan membuat kelayan yang tinggal dipanti resah, pernah kelayan di asrama anggrek atas tidak jadi melaksanakan kegiatan “Morning Meeting” karena masalah air yang tidak bisa digunakan. Karena air yang kotor banyak Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 156 kamar jadi tidak berfungsi bahkan toilet jadi kotor karena terpaksa kelayan yang tinggal di asrama buang air besar atau buang air kecil di dalam kamar mandi jika malam hari. KESIMPULAN DALAM BENTUK TABEL NO U R A I A N TEKNOLOGI PELAYANAN SOSIAL PELAYANAN SOSIAL KONVENSIONAL 1. Bangunan dan Fasilitas Lingkungan a. Luas Panti v X b. Ventilasi v V c. Tata Lampu v V d. Peralatan Kesehatan dan Keselamatan v v kurang 2. Peralatan a. Tempat Tidur v V b. Meja v V c. Kursi v V Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 157 3. Pelayanan Operasional a. Makanan - Kalori - Mutu - Jenis Menu - Fasilitas Dapur - Peralatan Pecah belah v v v v v v v v v v b. Pakaian - Jumlah Fasilitas Cucian - Frekuensi pergantian v v x v c. Kesehatan dan Kebersihan v V d. Rekreasi dan kegiatan pengisian waktu luang v v kurang 4. Pelayanan professional a. Asuhan -Jumlah -Tugas-tugas pengasuh v v v v b. Jumlah tenaga petugas dan tugas masing2. 1. Peksos 2. Psikolog v v v v v x Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 158 3. Psikiater 4. Perawat 5. Dokter 6. Penyuluh v v v v v v kurang aktif c. Pelayanan Pendidikan v V d. Latihan Kerja v V e. Pelayanan Bimbingan lanjut v V 5. Tenaga Petugas a. Kualifikasi Petugas v X b. Seleksi dan peremajaan v X c. Kondisi kerja v V d. Perawatan kesehatan v X e. Jaminan-jaminan lainnya v X 6. Administrasi a. Supervisi v V b. Latihan pengembangan petugas v V c. Pencatatan tugas-tugas professional maupun pelayanan rutin v V d. Ketatausahaan v V e. Keuangan v V f. Peraturan-peraturan intern v V g. Hubungan dengan masyarakat v V Keterangan : Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 159 V = lengkap X = tidak lengkap CONTOH KASUS DI PANTI INSYAF Kasus Bunuh Diri Pada bulan April 2006 lalu seorang KelayanResident kelas Rehabilitasi Terpadu Kelas pengguna berat pernah mencoba bunuh diri dengan meminum segelas Baygon. Menurut cerita senior resident kalau si pelaku permisi saat mereka sedang melakukan “Morning Meeting” . Di Panti kegiatan “Morning Meeting” merupakan kegiatan sakral dan rutin dilakukan setiap pagi hari sebagai bagian dari bimbingan sosial. Setelah agak lama tidak muncul-muncul si Coundack pemimpin acara “Morning Meeting” curiga sehingga ia bertanya kepada kelayan yang lain. Si coundack adalah bekas pengguna narkoba yang juga mantan binaan panti rehabilitasi Insyaf. Kemudian Si coundack menyuruh salah seorang kelayanResiden melihat si korban ke kamar mandi. Dengan berteriak si resident yang disuruh tadi langsung melaporkan kejadian didalam kamar mandi itu kepada si Coundack. Dalam pengakuannya ia melihat si resident yang tak pulang-pulang dari kamar mandi telah meminum segelas Baygon dengan kondisi yang mengkwatirkan di dalam kamar mandi. Selanjutnya si coundack bergegas mengajak resident yang lain untuk melihat kondisi si pelaku bunuh diri tersebut. Setelah itu si pelaku langsung dibawa keluar. Dalam keadaan lemas si pelaku diseret ke kamar mandi . Sambil berteriak-teriak para Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 160 resident yang lain membantunya untuk mengeluarkan Baygon yang telah diminum. Akhirnya para resident dan Coundack berhasil mengeluarkan Baygon yang diminum tanpa bantuan dari tenaga Medis. Korban ada beberapa lama dalam keadaan tergeletak langsung dimandikan dan kemudian dibawa keluar untuk berjemur. Pada waktu itu Pekerja Sosial mencoba memberi nasehat dan bimbingan. Setelah itu barulah ia dimasukkan ke dalam asrama lagi. Menurut cerita bahwa si pelaku sejak awal masuk memang sudah tidak suka dimasukkan oleh orang tuanya. Sampai beberapa hari dia terus mencoba meronta dan ingin kembali pulang kerumahnya. Bahkan sering melawan Si kelayan resident senior yang ada di panti. Dari hasil pengamatan juga ia sering menangis saat lagi acara-acara berlangsung “Ia anak manja dan selalu bergantung kepada Ibunya” kata seorang resident senior yang juga sering menjadi coundack di kelas rehabilitasi terpadu itu. Ibunya sengaja mengantarkan dia ke panti karena tidak tahan dengan perilakunya yang sering meresahkan itu. Ketika ditanya sebelum kejadian memang si pelaku mengaku kalau ia bukanlah pemakai Narkoba “saya sama sekali tidak pernah memakai narkoba” katanya sambil mengusut-ngusut kakinya yang dulu sempat lumpuh sebelah itu. Dari pengakuannya kalau ia memang selalu menyusahkan orang tuanya, apalagi Ibunya yang suka sakit-sakitan, “aku memang sering melawan mama, mama sering menangis karena perilakuku”akunya dengan wajah sedih dan menyesal. Dari pengamatanpun jelas membuktikan kalau si pelaku nampaknya tidak pemakai. Karena ia terlihat cukup cerdas berfikir, lihai dan tidak seperti resident yang lain. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 161 Setelah kasus itu berkali-kali Bro’ Lufti selaku koordinator program memberikan pengawasan, bimbingan dan motivasi. Analisa kasus Bunuh diri dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, pokoknya asal ada keinginan yang timbul dari diri kita. Memang perbuatan itu sulit untuk diantisipasi karena tidak mungkin setiap detik pihak atau orang-orang disekitar kita dapat memeperhatikan kita. Dari kasus diatas dapat diambil beberapa pendapat antara lain: Pertama, bahwa si resident melakukan tindakan bunuh diri karena kurangnya pengawasan dari Pekerja Sosial atau pihak panti. Kedua, Masalah itu sebenarnya harus kembali ke pada diri resident untuk menjaga diri dan mengendalikan pikirannya, urusan itu diluar kemampuan dari pekerja Sosialstaf panti. Ketiga, Masalah itu terjadi kemungkinan berawal dari Ibunya yang memasukkan dia ke dalam panti, sementara dia bukan pemakai atau bukan korban narkoba, mengapa dimasukkan ? Untuk mencari solusi dari kasus itu sebenarnya tidak perlu menyalahkan satu sama lain. Namun perlu kebijaksanaan untuk mengambil hikmahnya. Perlunya menjadikan persoalan menjadi sebuah pembelajaran merupakan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah. Disamping itu juga perlu inisiatif pihak-pihak yang dekat dengan si pelaku termasuk pekerja sosial panti untuk menyelidiki kembali masalah itu, kenapa bunuh diri itu sampai dilakukan dan bagaimana solusinya supaya kejadian itu tidak terulang lagi di dalam panti. Sipelaku Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 162 hendaknya punya kesadaran dan mampu mengendalikan emosi. Karena bagaimana pun ketika misalnya dia jadi bunuh diri orang akan sangat mengucilkan dia sendiri dan mengucilkan keluarganya termasuk Ibunya sendiri. Pihak panti sebagai lembaga yang sudah menerima hendaknya memberikan pengawasan yang ketat, sekalipun hal-hal yang sangat pribadi pekerja sosial sebagai petugas teknis yang berhadapan dengan kelayan resident langsung harus dapat menjangkau dan mengetahui masalah kelayan resident serta mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi kelayannya. Pihak panti sebaiknya kembali mempertimbangkan keberadaan kelayan di panti. Karena jelas dari pengakuan si pelaku sebelum dia bunuh diri kalau ia tidak kerasan berada dilingkungan orang-orang pemakai dan mantan pemakai narkobanapza. Ibunya tentu harus mempertimbangkan kembali inisiatifnya mengantarkan anak tersebut ke dalam panti. Karena itu dapat menjadi tekanan batin bagi anaknya. Seakan-akan ibunya sendiri tidak mampu untuk menjaga anaknya. Di sinilah perlu Ibunya untuk bijaksana mengambil sikap dan keputusan. PEMBAHASAN Berdasarkan permasalahan penelitian, inti masalah adalah “Bagaimana implementasi teknologi pelayanan sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba yang diterapkan di Panti Insyaf Medan. Pengamatan dan penelitian menunjukkan bahwa Panti sosial Pamardi Putra Insyaf Medan belum menerapkan “Teknologi Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 163 Pelayanan Sosial” sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat sekarang. Panti yang belum menerapkan Teknologi pelayanan sosial berarti panti itu masih menerapkan pola pelayanan sosial yang lama konvensional. Adapun yang membuktikan kalau Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf masuk dalam kategori panti yang menerapkan pelayanan konvensional adalah : 1. Pelaksanaan teknologi pelayanan mulai dari pendekatan awal sampai dengan kegiatan terminasi dan sertifikasi memang terdapat suatu keunggulan yang patut dibanggakan dari pihak Panti Insyaf Medan ini dapat dilihat dari segi kuantitas calon kelayan yang cukup antusias dengan adanya pembinaan yang dilaksanakan di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan . Hal itu terbukti dari adanya sekitar 160 yang telah mendaftar. Namun yang dapat mengikuti pembinaan sekitar 100 82 orang kelas konvensional dan 18 orang kelas rehabilitasi terpadu ini membuktikan bahwa kerja keras pihak panti untuk mempublikasikan dan mensosialisasikan kepada masyarakat memang sudah cukup optimal. Disamping keunggulan, pada pelaksanaan teknologi pelayanan terdapat adanya kekurangan atau kelemahan teknologi pelayanan mulai dari kegiatan pendekatan awal sampai terminasipemutusan hubungan dengan mantan kelayan yang diterapkan selama ini. Kekurangan atau kelemahan yang paling menonjol antara lain, kurangnya konsistensi staf pegawai dalam pelaksanaan kegiatan yang direncanakan, contoh diundurnya waktu pelaksanaan kegiatan penempatan dalam program. Selain hal teknologi dari hasil wawancara dan hasil pengamatan juga Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 164 membuktikan bahwa kurangnya konsistensi staf pegawai dalam melaksanaan prosedur kerja yang ditetapkan, antara lain : banyaknya staf tidak hadir tepat waktu, sementara aturan jam kerja yang sudah ditentukan adalah pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Disamping itu beberapa staf sering meninggalkan panti pada waktu yang belum menunjukkan habisnya waktu kerja. 2. Jika dilihat dari sisi kompetensi yang dimiliki staf pegawai Panti Insyaf Medan lebih condong kepada kompetensi staf yang masih belum memadai. Dilihat kualifikasi pendidikan stafpegawai yang hanya sebagian yang berlatarbelakang pendidikan dari Sarjana. Hal ini jelas bukti bahwa panti belum memenuhi syarat standar pelayanan. Karena sesuai dengan persyaratan sebuah panti yang standar menjelaskan tentang kualifikasi stafpegawai terutama pekerja sosial berasal dari sarjana. Selain kualifikasi pendidikan yang maih tergolong rendah, kemampuan pekerja sosial melakukan pengawasan dan pengendalian juga masih rendah. Terbukti dari hal-hal sebagi berikut : - Adanya kegiatan peredaran dan pengkonsumsian narkob ganja beberapa waktu lalu di dalam panti yang melibatkan 27 orang sebagai pemakai dan 1 orang sebagai pengedar. - Seringnya kelayan terpadu nekad lari dari panti tanpa izin. - Adanya pernah terjadi percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang kelayan korban narkoba. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 165 - Minimnya tenaga yang mampu ditempatkan di kelas rehabilitasi terpadu Detoxifikasi, disamping itu kemauan sebagian pekerja sosial yang kurang memonitoring program di Rehabilitasi Terpadu . - Minimnya staf yang terlibat dan dilibatkan dalam pendidikan dan pelatihan yang terselenggara, contoh pelatihan komputer yang baru mulai dilaksanakan pada Bulan juni tahun 2006 . - Minimnya cara yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan staf, contohnya tidak ada pelatihan bahasa Inggris. 3. Adanya kekurangan dan kelemahan pada sumber-sumber organisasi. Pertama, kurangnya konsistensi penyuluh hukum dalam menjalankan peranannya di panti. Kedua, kurang diaktifkannya psikolog pada saat berjalannya program atau kegiatan. Ketiga, tidak adanya tenaga Psikiater digunakan di panti. Keempat, tidak adanya tenaga pengajar olahraga yang professional. 4. Adanya kekurangan dan kelemahan pada kompensasi staf terlihat dari minimnya program-program pelayanan yang ditujukan pada staf. Pertama, tidak adanya perawatan kesehatan khusus yang secara rutin diberikan kepada staf. Kedua, minimnya pelayanan pendidikan dan pelatihan kerja yang diberikan pada staf. Ketiga, tidak adanya tenaga konselor spesialis untuk membimbing staf. Keempat, terbatasnya jumlah staf yang dilibatkan dalam pelatihan dan pendidikan contohnya, pelatihan komputer yang dilaksanakan . 5. Adanya kekurangan pada sarana dan prasarana yang tersedia, antara lain: Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 166 a Jenis Ruangan; Kurang terklasifikasiya ruangan sesuai degan fungsinya sementara jumlah ruangan di panti berlebih. b Peralatan; Tidak adanya mesin foto copy c Sarana hiburan dan rekreasi. Tidak adanya radio, tape recorder dan piano sebagai sarana hiburan untuk kelayan dan para staf d Sarana Olahraga. Pertama, tidak ada peralatan volley, lapangan bola kaki, peralatan dan lapangan yang lengkap untuk badminton, meja billiar dan peralatan fitness. Kedua, Lapangan Volleybadminton sudah ada namun kurang diberdayakan dengan baik. e Sarana keterampilan. Peralatan untuk keterampilan nampaknya sudah tidak layak pakai karena peralatan tersebut adalah peralatan-peralatan yang sudah lama, contohnya komputer. 4.3. Teknologi dan Prosedur Kerja 4.3.1. Pelayanan Mulai dari Kegiatan Pendekatan Awal Sampai Terminasi Teknologi pelayanan dan prosedur kerja yang menyangkut tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan hingga kepada aturan-aturan dijelaskan secara mendalam. Dari hasil data temuan yang menguraikan tentang tahapan pelayanan mulai dari Tahap pendekatan awal sampai kepada Tahap kegiatan terminasi pemutusan hubungan dengan Eks kelayan diuraikan di bawah ini. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 167 Kegiatan tahap awal yang dilakukan adalah kegiatan Pendekatan Awal. Kegiatan Pendekatan Awal adalah Orientasi dan konsultasi, Identifikasi, Motivasi dan yang terakhir seleksi. Pada kegiatan Orientasi dan konsultasi, Pekerja sosial yang diutus mengadakan kontak langsung dengan pendekatan formal melalui pertemuan dan konsultasi maupun melalui surat ke Pemda Instansi lembaga terkait dan tokoh masyarakat Orsos LSM. Dilanjutkan dengan penyampaian informasi kepada sasaran dan pertemuan berkala lanjutan. Hasil wawancara dengan staf yang mengatakan dilapangandaerah yang dituju banyak kendala yang dihadapi. Antara lain sulitnya menghubungi para petugas instansi sosial dan juga prosedur-prosedur yang harus dilalui agar dapat bertemu langsung dengan pihak-pihak yang dimaksud. ”kita sulitnya di lapangan waktu berhadapan dengan pihak instansi sosial, kita harus mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku di sana”kata seorang Ibu pekerja sosial. Setelah Orientasi dan konsultasi selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan Identifikasi. Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang informasi dan data permasalahan penerimaan calon kelayan. Yang menjadi sasaran dari Identifikasi adalah korban narkobanapza dan keluarga korban narkobanapza Orang tua dan lingkungan sosial. Hasil wawancara penulis dengan salah seorang staf mengatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi pada daerah tujuan, apalagi daerah tersebut daerah yang sulit dijangkau seperti Kabupatendaerah Pakpak Barat yang baru pemekaran,”Pakpak Barat sampai kecamatan kita kesulitan dapat kenderaan.” Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 168 Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh pihak panti adalah Motivasi. Di daerah yang dituju Pekerja sosial yang diutus menghubungi lembagaInstansi dan tokoh masyarakat yang terkait. Kemudian menghubungi calon kelayan dan keluarganya yang akan diberi motivasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Saat ditanya seorang Pekerja sosial tentang bagaimana pelaksanaan seleksi mengatakan bahwa seleksi berjalan dengan baik, walaupun ada sedikit kekurangan namun dapat diatasi,” seleksi berjalan lancar, calon kelayan yang datang ke panti langsung kita sambut dan kita layani dengan baik. Kemudian kita tanyai apa-apa aja yang perlu dipersiapkan. Kalau ada yang kurang, misalnya foto-foto ataupun surat kesehatan kita bilang menyusul aja.,kasihankan mereka bila baru sampe langsung balik lagi kekampungnya “ kata seorang pekerja sosial. Kemudian diadakan seleksi. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka secara perorangan antara petugas dan calon kelayan untuk mendapatkan data yang konkrit. Para petugas mengumpulkan para calon kelayan untuk diseleksi. Petugas melaksanakan observasi dan wawancara untuk menggali sumber-sumber kemampuan, kemauan serta persyaratan menjadi penerima pelayanan defenitif. Selanjutnya dilakukan Seleksi Administrasi dan yang terakhir penentuan kelayan secara defenitif. Setelah kegiatan pendekatan awal selesai dilanjutkan dengan kegiatan Penerimaan. Kegiatan ini sesuai rencana dilaksanakan pada bulan Februari. Tujuan kegiatan ini untuk pendataan calon agar dapat kelayan defenitif dengan kelengkapan administrasi juga tersedianya informasi yang menyeluruh tentang kondisi objektif Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 169 kelayan. Metode yang digunakan pada kegiatan penerimaan ini juga dengan wawancara secara langsung dan pencatatan kedalam buku register. Ketika ditanya seorang kelayan yang tidak melengkapi foto dan surat kesehatannya mengaku kalau informasi tentang pembinaan di panti baru mereka dapat dari seorang pengurus organisasi sosial didaerahnya, “aku baru dapat informasi pelatihan ini dua hari yang lalu dari seorang pengurus Organisasi sosial di kampung. Jadi ngurus surat-surat itu semua seharian karena takut terlambat, langsung aja tembak ke sini” katanya . Syarat-syarat calon kelayan pada Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan adalah : Ü Pelayanan Kovensional : 7. Anak remaja laki-laki umur 14 sd 24 tahun. 8. Eks pengguna NarkobaNapza. 9. Berbadan sehat, tidak cacat dan tidak mengidap penyakit menular, dinyatakan dengan surat keterangan dokter rangkap dua. 10. Surat permohonan dari orang tuawali agar anaknya bisa diterima untuk mengikuti program Rehabilitasi Sosial di Panti. 11. Sanggup dan bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang diterapkan di PSPP Insyaf Medan, dan bersedia mengganti rugi barang inventaris kantor yang dengan sengaja dirusak. 12. Menyediakan pas photo terbaru berwarna ukuran 3x4, 3 lembar. 13. Surat Keterangan dari Kepala DesaLurah tentang Status Kependudukan. 14. Meyerahkan photo copy KTP orang tua Wali 2 lembar. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 170 15. Meyerahkan photo copy Ijazah STTB terakhir 2 lembar. 16. Diantar langsung ke panti oleh: c. Orang Tua Wali d. Keluarga terdekat e. Karang taruna f. Organisasi Sosial LSM 17. Membawa perlengkapan peralatan seperti : Sepatu, Sandal, Ember plastik, Cangkir besar tertutup, Seprei dan pakaian olahraga. 18. Program pelayanan dan rehabilitasi sosial di PSPP Insyaf Medan dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 19. Tidak menyediakan uang harian uang saku bagi kelayan. Ü Pelayanan Rehabilitasi Terpadu 1. Korban Penyalahgunaan NarkobaNapza tidak dalam keadaan Intoksikasi keracunan, tidak menderita gangguan kejiwaan Dual Diagnosa. 2. Korban dalam keadaan putus obat Withdrawal tanpa komplikasi khusus untuk penyalahgunaan heroin dan derivobnya. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 171 3. Korban tidak mengalami komplikasi penyakit jantung, patu-paru, hepatitis, HIVAIDS. 4. Sanggup dan bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di PSPP Insyaf Medan. 5. Surat permohonan dari orang tuawali agar anaknya bisa diterima mengikuti Program Rehabilitasi Terpadu. 6. Menyediakan pasphoto terbaru berwarna ukuran 3x4, 3 lembar. 7. Surat keterangan dari Kepala Desa Lurah yang menyatakan tentang status kependudukan. 8. Orang tuaWali berkewajiban memberikan dana untuk kebutuhan residentkelayan, Panti hanya menyediakan makan, penginapan, perawatan kesehatan ringan, perlengkapan mandi, cuci dan fasilitas pendukung program. 9. Korban diantar melalui proses reveral rujukan dari RSKO RSJ Poliklinik Narkoba jika korban sudah mendapat pelayanan Detoksifikasi maka bisa diantar langsung oleh : a. Orang tua wali b. Karang Taruna PSM c. POLRI d. Keluarga terdekat e. Organisasi Sosial LSM dan Lembaga Pemasyarakatan LP Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 172 Dari hasil penelitian bahwa kelemahan yang paling menonjol pada kegiatan rekruitmen dan seleksi yang dilakukan adalah diterimanya calon kelayan yang sudah mengalami gangguan jiwa berat dan ditempatkan di kelas rehabilitasi terpadu. Kehadiran kelayan yang sudah gila ini, tentu mengganggu kelancaran program yang berjalan dalam keseharian di rehabilitasi terpadu . Dari informasi yang didapat, penerimaan kelayan resident untuk pelayanan rehabilitasi terpadu setiap saat selalu dibuka, tidak ditentukan waktunya seperti kelas konvensional yang pendaftarannya dimulai awal tahun anggaran. Informasi terakhir dari seorang kelayan senior rehabilitasi terpadu mengatakan dengan penerimaan yang tidak tentu ini berakibat negatif terhadap program, “karena penerimaan yang tidak tentu, dapat menghambat program kita, lihatlah….yang dua orang itu bingung terus karena ia baru masuk,.gak mungkin kita mulai dari awal lagi, ya bisa program gak siap-siap sampai satu tahun ini” kata seorang residen senior yang sekaligus sudah jadi pembina di kelas terpadu. Kemudian pencatatan atau rekomendasi dari pimpinan, petugas kegiatan terdahulu yang terkait dan pencatatan dalam buku induk penerimaan. Setelah kegiatan Penerimaan selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan Assesment. Kegiatan yang dilakukan oleh petugas pantipekerja sosial pada Assesment ini adalah menyelusuri dan mengungkap latar belakang keadaan kelayan, ”…dalam assessment dilakukan pengungkapan latar belakang dan keadaan kemudian pengidentifikasian masalah” kata Bu Lisken Kepala Seksi Perencanaan dan Advokasi Sosial. Kemudian melaksanakan test pemeriksaan kesehatan fisik, Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 173 mental sosial, psikologis dan keterampilan kemudian menganalisa seluruh hasil pemeriksaan fisik, mental sosial dan keterampilan. Selanjutnya membuat diagnosa permasalahan yang dihadapi kelayan dan yang terakhir menetapkan jenis keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat kelayan. Metode yang digunakan pekerja sosial pada kegiatan ini adalah Metode wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian pada saat test psikologi yang dibuat oleh psikolog kepada kelayan, tergolong sangat sulit. Pada waktu itu penulis melihat penghitungan angka-angka dengan deret matematika itu kelihatannya sangat sulit dikerjakan oleh para kelayan, apalagi mereka yang hanya tamat dari SD dan SLTP. Bahkan yang tamat dari SLTA-pun penulis amati tidak semua mampu menghitung sosal-soal yang dibuat psikolog tersebut karena angka-angka yang digunakan pada materi tentang deret matematika itu angka-angka yang besar dan harus menggunakan rumus-rumus yang susah dicari. Selain soalnya yang sulit pada waktu itu juga test yang dilakukan di-press dipaksa harus siap satu harian sehingga banyak kelayan yang jenuh dan cepat bosan. Empat materi dengan jumlah setiap materi yang cukup banyak yang harus dikerjakan kelayan dalam satu hari sungguh sangat membosankan. Dengan waktu istirahat yang singkat mereka seakan memaksa diri untuk megerjakan soal-soal tersebut. Saat ditanya salah seorang staf pada saat assessment itu mengakui sulitnya soal yang diujikan, “memang soal yang dibuat ini cukup sulit, lihatlah… mereka sudah pada lagi kejenuhan makanya bayak yang permisi dari tadi, tapi bagaimana mau dibilang sudah seperti itu mungkin materi mereka, kita lihat ajalah dulu” katanya dengan pasrah. Sebetulnya para psikolog sudah mengetahui latar Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 174 belakang semua kelayan dari angket yang sudah diisi sebelumnya. Namun tidak tahu kenapa masih memberikan soal-soal seperti itu. Setelah Assesment selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan Case conference. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas kondisi kelayanan secara konfrehensif dan merumuskan program yang sesuai dengan kondisi objektif kelayan. Berdasarkan rencana operasional Seksi Rehabilitasi sosial bahwa kegiatan itu dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2007. Kemudian pada bulan Maret itu juga dilanjutkan dengan kegiatan Penempatan Dalam Program. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah pengarahan file data kelayan dan hasil sidang kasus kepada tim Rehabilitasi Sosial, memperkenalkan dan menyerahkan kelayan kepada team Rehabilitasi Sosial, dan penempatan pada program yang sesuai dengan kondisi obyektif kelayan sesuai dengan hasil sidang kasus. Metode yang digunakan pada saat itu adalah metode pengelompokan kelompok keterampilan dan asrama. hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut adalah kelayan ditempatkan sesuai dengan potensinya dan kelayan ditempatkan sesuai dengan kebutuhannya. Dari hasil penelitian yang lalu bahwa pihak panti dalam pelaksanaan kegiatan penempatan dalam program ini mengalami banyak hambatan. Sehingga kegiatan ini diundur hingga pada awal April tahun 2007. Ketika ditanya seorang staf mengaku kalau terlambatnya kegiatan itu adalah kesalahan dari seksi rehabilitasi sosial, “kegiatan terus diundur-undur itu karena lambatnya dari Rehabilitasi Sosial, gak tau lagi entah… gimana ini” katanya. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 175 Setelah kegiatan penempatan dalam program selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan pembinaan dan bimbingan. Kegiatan pembinaan dan bimbingan ini direncanakan mulai bulan Maret sd Desember sudah harus selesai. Adapun bimbingan yang pertama dilaksanakan adalah Bimbingan fisik. Bimbingan fisik terdiri dari beberapa jenis kegiatan antara lain: Baris berbaris, Senam Kesegaran jasmani, Senam pernapasan, Olah Raga Permainan, OPSIH K3, Kebersihan Diri dan Lingkungan, Pemeriksaan Kesehatan Medical Chek Up dan pemahaman tentang gizi. Untuk kegiatan baris-berbaris yang diajar dilatih oleh Bapak Nimbangsa Staf Seksi Rehabilitasi Sosial cukup menunjukkan hasil yang baik. Hal itu tercermin dari pelaksanaan kegiatan Apel pagi yang nampak terlihat barisan para kelayan rapi dan teratur. Kebersihan diri dan lingkungan memang cukup ditekankan pihak panti kepada semua kelayan, tentang hal kebersihan ini memang patut diacungkan jempol. Termasuk kebersihan lingkungan merupakan sesuatu yang patut dibanggakan karena kegiatan gotong royong itu merupakan kegiatan yang terus ditingkatan di panti ini. semangat gotong royong itu sudah mulai tumbuh pada diri semua kelayan. “ya itu harus terus ditingkatkan supaya mereka mampu mandiri”ungkap bapak Martua Manik . Metode yang digunakan pada kegiatan bimbingan fisik ini adalah metode pendekatan formal dan pendekatan informasi.Selain mengorientasikan bimbingan fisik mereka juga diberikan bimbingan mental keagamaan. Tujuan dari bimbingan ini adalah agar tumbuh dan pulihnya kondisi mentalspritual kelayan sehingga dapat mengikuti kegiatan dan dapat hidup normal sebagaimana mestinya dalam kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 176 saat kegiatan ini adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pengajian, kebaktian dan gereja. Dari hasil pengamatan penulis kegiatan Bimbingan Keagamaan ini memang sangat bermanfaat diberikan pada kelayan. Karena pada umumnya hasil penelitian bahwa mereka itu orang yang sangat jarang melakukan kegiatan-kegiatan tesebut sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang Staf yang pengajar keagamaan mengatakan bahwa cukup banyak perubahan yang terjadi pada diri kelayan setelah mengikuti bimbingan itu, “ya….bimbingan seperti ini dapat membuat mereka semakin dapat mengendalikan diri terhadap hal-hal yang tidak baik, kita lihat selama ini, kan…..cukup banyak perubahan pada diri mereka ”kata beliau. Bimbingan sosial juga menjadi bagian dari pelayanan yang diberikan kepada kelayan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan berfikir serta fungsi dan peranan sosial maupun tanggungjawab moral kelayan serta pengembangan kepribadian dan kemampuan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Adapun metode yang digunakan pada kegiatan bimbingan sosial ini adalah metode proses belajar mengajar dalam kelas, konseling, dinamika kelompok, dan group-group TC. Pada bimbingan sosial semua kelayan selalu dibiasakan untuk menggunakan istilah- istilah bahasa asing, di satu sisi kalau penggunaan istilah-istilah bahasa asing ini adalah suatu keunggulan tersendiri dari kelayan PSPP Insyaf dan seluruh Pihak Panti. Karena hal itu merupakan wujud dari kesiapan dan persipan mereka sesuai tuntutan zaman agar mampu nantinya diterima dan mampu bersaing di masyarakat. Namun di Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 177 sisi yang lain penggunaan bahasa istilah asing ini dapat memperlambat pemahaman sebagian kelayan untuk menerima setiap materi bimbingan yang diberikan oleh Pekerja sosial, karena dari hasil wawancara bahwa latar pendidikan pada umumnya kelayan lebih banyak dari tingkat SLTP, bahkan ada dari SD, “mereka lebih banyak dari tamatan SLTP dan ada beberapa orang dari SD” kata seorang Ibu Pekerja Sosial. Dari pengamatan, yang menjadi kelemahan dari bimbingan sosial ini adalah kurang diberinya ruang dan kesempatan kepada para kelayan untuk menyampaikan aspirasi, saran dan kritik yang sifatnya evaluasi kepada para pekerja sosial. Hal itu juga diperkuat oleh keluhan beberapa orang kelayan saat diwawancara beberapa waktu lalu. Seorang kelayan mengaku kurang puas dengan keputusan dan sikap Pekerja sosial yang kurang bijaksana dalam menangani persoalan, “apa yang dibilang Ibu itu walaupun salah selalu dipertahankan. Kami jadi malaslah ngomong. Gak ada gunanya soalnya gak ditanggapi” Jawabnya dengan nada kecewa. Selain melaksanakan bimbingan-bimbingan yang lain kelayan juga diberikan Bimbingan Keterampilan. Adapun uraian kegiatan yang dilakukan pada saat bimbingan keterampilan ini adalah membagi kelayan dalam kelompok jenis keterampilan sesuai dengan bakat dan minat kelayan, selanjutnya memberi pengarahan yang bersifat teoritis, kemudian mengadakan praktek keterampilan sesuai dengan pilihan kelayan, mempelajari dan mencatat perkembangan kemampuan dan yang terakhir mengadakan testing ujian. Metode yang digunakan pada saat bimbingan keterampilan ini adalah metode pelatihan keterampilan sesuai dengan keterampilan minat dan bakat kelayan meliputi teori dan praktek. Kemudian Metode pembekalan materi pendidikan formal. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 178 Hasil temuan dan wawancara bahwa kelayan kebanyakan menginginkan untuk masuk ke dalam jurusan Roda 2, “Kami lebih banyak milih ke mesin roda dua bang, karena roda dua ini sudah cukup banyak beredar”katanya. Namun sesuai dengan hasil test yang dilakukan petugas saat assessment kemarin banyak yang tidak memungkinkan untuk ditempatkan di jurusan roda dua itu. Memang roda dua kreta dari segi kuantitas lebih banyak beredar di masyarakat, sehingga untuk kebutuhan perbaikan punya peluang besar,untuk itulah pihak panti harus menyusun strategi mempersiapkan kelayan agar tidak kalah saing di dunia kerja nantinya. Setelah selesai Bimbingan keterampilan tersebut maka dilanjutkan dengan Praktek Belajar Kerja. Sesuai rencana kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September sd November. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan klien agar dapat kembali ke dalam kehidupan masyarakat dengan mempraktekkan apa yang telah diperoleh selama rehabilitasi. Kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial dan staf seksi rehabilitasi sosial pada saat praktek ini adalah menyusun jadwal pelaksanaan, melakukan penjajakan lokasi, mengantarkan kelayan, melakukan supervisi, dan monitoring evaluasi kegiatan. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah Metode observasi, dan metode praktek belajar kerja dalam perusahaan bengkel sesuai dengan jenis keterampilannya, salah seorang staf mengakui, “susah nyari tempat praktek anak-anak ini, Ibu sudah pengalaman tahun yang lalu, untunglah waktu itu masih ada beberapa bengkel yang mau menerima anak-anak kita ini,sempat gak ada kan…. kasihan , padahal banyak bengkel-bengkel di kota Medan ini”. Setelah kegiatan-kegiatan bimbingan dan praktek kerja lapangan ini selesai Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 179 biasanya pihak panti meyelenggarakan Widya Wisata. Kegiatan ini direncanakan bulan Desember . Adapun yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah agar kelayan dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan kelayan mendapat wawasan, pengetahuan dan keterampilan hidup dimasyarakat. “widya wisata itu hampir tiap tahun dilakukan ,karena anggaran dananya kan sudah ada. Tahun semalam selesai praktek anak- anak dengan kami langsung berangkat. kegiatan itu kan sekedar rekreasi untuk menghilangkan kejenuhan anak-anak.Bosan lho kalau hanya di panti ini terus kami juga sangat merasakan itu”selain untuk menghilangkan kejenuhan itu kan dapat menambah wawasan, pengetahun dan keterampilan bagi anak-anak agar tidak kaku jika terjun ke masyarakat” Penyelenggaraan Widya wisata itu merupakan salah satu bentuk pelayanan rekreasi bagi kelayan dan juga staf panti. Setelah kegiatan Widya Wisata selesai maka dilanjutkan dengan Resosialisasi re-Integrasi Sosial. Kegiatan ini juga direncanakan pada bulan Desember . Kegiatan yang dilakukan para staf sebelum dan setelah kegiatan ini berlangsung adalah menentukan materi serta pra sarana bimbingan kesiapan keluarga, lingkungan dan peran serta masyarakat. Selanjutnya menghubungi keluarga, lingkungan sosial kelayan agar siap menerima eks kelayan kembali. Dan yang terakhir adalah melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada pimpinan dan tembusannya kepada pejabat struktural yang bersangkutan. Setelah itu barulah dilakukan penyaluran. hasil yang ingin dicapai dari kegiatan penyaluran in adalah instansi terkait LSM dunia usaha agar dapat mendukung upaya menerima kelayan setelah selesai menjalani program dan kelayan dapat diterima oleh keluarga, dunia usaha maupun dunia pendidikan. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 180 Metode yang digunakan pada kegiatan in adalah metode konsultasi dan metode kunjungan ke lapangan. Kemudian barulah dilaksanakan Pembinaan lanjut yang direncanakan pada bulan Mei tahun 2008 . Pada tahapan ini tidak lagi berada di lembaga, tetapi sudah disalurkan ke masyarakat, selama lebih kurang dua tahun mereka masih tetap dikontrol pihak lembaga. Kegiatan dalam bimbingan lanjut yang dilakukan adalah sebagai berikut : - Bimbingan peningkatan peran serta bekas kelayan pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan - Pemberian bantuan dan bimbingan pengembangan usaha ekonomis produktif - Bimbingan pemanfaatan usahakerjasekolah Diharapkan setelah menjalani bimbingan lanjut ini akan terlihat hasil out put. Bekas korban narkotika dan obat-obat berbahaya dan minuman keras itu sudah menjadi manusia yang : - Sehat jasmani dan rohani - Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - Tumbuh dan berkembang dengan masa depan yang baik - Berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan. Adapun tujuan dari bimbingan lanjut ini adalah mantapnya kesembuhan dan kepulihan kelayan, menjaga kelayan agar tidak kambuh dengan membina lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi lingkungan yang menguntungkan bagi pemantapan sosial kelayan serta mengusahakan terciptanya suasana keluarga dan masyarakat yang bebas narkobanapza. Metode yang digunakan pada kegiatan pembinaan lanjut ini Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 181 adalah Metode kunjungan rumah, surat menyurat, telepon, relapse prevention dan metode program Aftercare. Dari hasil penelitian bahwa untuk pelaksanaan pembinaan lanjut ini Panti Insyaf sangatlah memerlukan tenaga-tenaga tambahan. Padahal dengan jumlah pekerja sosial dan staf lain yang cukup terbatas tentunya kegiatan ini akan sulit dilakukan. Apalagi pada bulan Mei tersebut pelayanan terhadap kelayan yang baru berikutnya masih terus berjalan dari tahun ke tahun. Setelah 6 bulan kemudian yaitu pada bulan juni tahun 2008 nanti barulah dilakukan Terminasi Pemutusan hubungan dengan mantan kelayan. Metode yang digunakan pihak panti pada kegiatan terminasi ini adalah metode kunjungan rumah dan metode surat menyurat, pihak yang menjadi sasaran pada kegiatan ini adalah eks kelayan, orang tua keluarga, pengusaha dan organisasi sosial lembaga swasta pemerintah LSM.“memang banyak kendala yang kami hadapi dalam pelaksanaan kegiatan terminasi ini, apalagi kami pada bulan Juni ... masih aktif melaksanakan bimbingan kepada kelayan, ya tahun depan seperti ini lagi… akan ada kelayan yang baru yang akan kami bina di panti ini. nyari-nyari keluarganya lagi nanti, pokoknya capeklah ...dengan jumlah peksos dan staf lain yang tidak seberapa banyak harus dibagi-bagi untuk melaksanakan kunjungan ke daerah-daerah mantan kelayan panti ini.ya kami juga harus membuat persiapan untuk terjun ke daerah-daerah” cerita seorang staf. untuk kegiatan terminasi ini memang harus membutuhkan waktu yang tidak singkat. Disamping itu biaya dan energi yang cukup banyak harus direlakan untuk kegiatan terminasi ini. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 182

4.3.2. Prosedur Kerja dalam Organisasi

Dokumen yang terkait

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

7 89 71

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

8 116 152

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

0 2 154

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 16

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 2 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 9

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 37

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih Chapter III VI

0 2 78

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 8