Sarana dan Prasarana Organisasi Teknologi yang memproses orang people-processing technology

53 menuntut adanya pertanggung jawaban terhadap suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi tersebut.

2.6. Sarana dan Prasarana Organisasi

Dalam melaksanakan aktifitas organisasi, salah satu aspek yang turut menentukan adalah ketersediaan sarana dan prasarana. Suatu organisasi yang mampu menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang memadai, sesuai dengan kebutuhan nyata dalam organisasi, tentunya akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi staff untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan beban kerja yang ditetapkan. Namun demikian perlu disadari, bahwa ketersediaan sarana dan prasarana sangat terkait dengan kemampuan organisasi tersebut. Untuk itu, maka pengadaan sarana dan prasarana kerja perlu menganut prinsip selektifitas dan prioritas guna mendukung pelaksanaan kegiatan organisasi. Secara umum sarana dan prasarana organisasi menurut The Liang Gie 1984:251 dapat dikelompokkan yaitu : a tanah dan bangunan, b mobil kantor, c alat-alat tulis kantor, d alat kerja lainnya dan transportasi. Ketersediaan sarana dan prasarana ini serta kualitas dan kuantitas alat- alat ini pada saat yang tepat akan sangat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi.

2.7. Pelayanan Sosial

Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 54

2.7.1. Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan adalah perihal atau cara melayani atau usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang . Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga; 2005:646. Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya Alfred J. khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai berikut : “Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan bermasyarakat serta kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan- pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”. Penggunaan kata mempertimbangkan kriteria pasar mengungkapkan bahwa masyarakat merasa wajib dan yakin akan pentingnya peningkatan kemampuan setiap warga Negara untuk menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang sudah menjadi haknya. Ketidakmampuan seseorang untuk membayar pelayanan karena penghasilannya tidak mencukupi karena berdasarkan kriteria pasar jangan menjadi hambatan untuk memperoleh pelayanan. Berarti di sini penyedia pelayanan memberikan pelayanan tanpa mempertimbangkan apakah si penerima pelayanan mampu membayar atau Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 55 tidak. Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima, bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan itu maka “dalam konsepsi sosial service delivery sasaran utama adalah si penerima bantuan beneficiary group. Dilihat dari sasaran perubahan maka sasarannya adalah sumber daya manusia dan sumber-sumber natural”.

2.7.2. Fungsi Pelayanan Sosial

Mengenai fungsinya maka pelayanan sosial berfungsi untuk menciptakan integrasi sosial. Richard M.Titmuss, membuat pernyataan bahwa : “…fokus kebijaksanaan sosial adalah pada lembaga-lembaga yang menciptakan integrasi dan menghindarkan perpecahan atau keterasingan. Pelayanan sosial melibatkan diri dalam bidang-bidang tingkah laku dan hubungan manusia yang berada di luar hak-hak timbal- balik dan tanggung jawab keluarga serta kerabat dalam masyarakat modern. Pelayanan sosial mendorong terciptanya “pemberian pertolongan secara anonim” dan tanggungjawab yang berasal dari karakter manusia, tidak melalui kontrak”. PBB yang memberikan pengertian yang sama untuk istilah kesejahteraan sosial mengedepankan 5 fungsi pokok pelayanan sosial yaitu: 1. Perbaikan secara progresif daripada kondisi-kondisi kehidupan orang. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 56 2. Pengembangan sumber-sumber daya manusia. 3. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri. 4. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan, dan 5. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisasi lainnya. Di setiap negara terdapat perbedaan penekanan akan fungsi pelayanan sosial ini. Hal ini disebabkan tingkat ekonomi masing-masing negara di dunia tidak sama dan juga tidak seimbang.

2.7.3. Implementasi Teknologi dalam Pelayanan SosialManusia

Organisasi pelayanan sosial gunanya untuk membawa beberapa perubahan yang ditentukan sebelumnya terhadap diri kliennya, merupakan kunci penentu pola pemberian secara umum, dari hubungan karyawan-klien secara khusus. Tetapi sederhananya, suatu teknologi organisasi mendefenisikan aktivitas utamanya adalah berhadapan dengan kliennya. Teknologi pelayanan kemanusiaan dapat didefenisikan sebagai serangkaian prosedur yang melembaga yang bertujuan untuk merubah fisik, psikologi, sosial atau simbol-simbol berdaya dari orang untuk mengubah mereka dari suatu keadaan tertentu kepada keadaan baru yang ditentukan. Terminologi “melembaga” menunjukkan bahwa prosedur-prosedur tersebut dilegitimasi dan disetujui oleh organisasi. Berdasarkan hal itu kegiatan kesejahteraan sosial sebagai Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 57 contoh dari teknologi pelayanan kemanusiaan, dicirikan suatu proses memungkinkan seseorang pekerja sosial membentuk orang lain klien dalam mengambil langkah untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan sosial dengan mempergunakan sumber daya yang ada pada klien Tober dan Taber,1978,13. Bekerja dengan orang tidak hanya menyangkut kekaburan secara moral dan sosial, tetapi juga ketidakpuasan teknis. Menurut Hasenfeld dan English bahwa pelayanan sosial seringkali ditandai oleh teknologi yang relatif tidak pasti, yaitu hubungan antara apa yang mereka lakukan dan hasil yang mereka ingin capai relatif tidak jelas. Ketidakpastian teknik ini disebabkan oleh ketidakjelasan hubungan antara sebab dan akibat. Salah satu alasan menurut Hasenfeld dan English untuk ketidakpastian teknologi dari pelayanan sosial adalah bahwa tujuan dari pelayanan sosial sulit untuk ditentukan dan diukur. Hal ini sebagian disebabkan oleh kecenderungan tujuan tersebut bersifat ideologi, yaitu bahwa mereka pada hakekatnya adalah tentang nilai, keyakinan dan norma yang dapat menimbulkan ketidaksepakatan tentang nilai dan norma tersebut. Menurut Hasenfeld, terdapat beberapa jenis teknologi di dalam pelayanan sosial atau pelayanan manusia, yaitu:

a. Teknologi yang memproses orang people-processing technology

b. Teknologi yang mempertahankan orang people-sustaining technology c. Teknologi yang merubah orang people-changing technology d. Teknologi yang mengontrol orang people-controlling technology Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 58

a. Teknologi yang memproses orang people-processing technology

Teknologi yang memproses orang adalah cara atau aktivitas yang dilakukan pekerja sosial untuk memberikan label atau status tertentu terhadap orang sehingga akan diperlakukan tertentu. Teknologi yang mendukung orang adalah aktivitas pekerja sosial dalam rangka memberikan perawatan atau kesejahteraan personil, tetapi upaya untuk merubah ciri-ciri orang tersebut seperti pelayanan dukungan support services. Teknologi yang merubah orang adalah aktivitas untuk merubah ciri-ciri pribadi orang dilayani dan teknologi yang mengontrol orang adalah aktivitas pelayanan yang fungsi utamanya adalah untuk mengontrol, membatasi atau dalam beberapa hal menekan perilaku tertentu orang contohnya pelayanan koreksional. Whittaker ; 1995. Ada beberapa indikator-indikator penting yang harus diperhatikan dalam penerapan teknologi pelayanan sosial pada organisasi pelayanan sosial, antara lain : Teknologi dan prosedur kerja, Kompetensi staf dan sumber-sumber organisasi, Penghargaan secara ekonomi kompensasi staf, Mekanisme pertanggungjawaban dan kualitas sarana dan prasarana organisasi. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu, sebagai berikut : 1. Teknologi dan Prosedur kerja Dalam teknologi yang perlu diperhatikan adalah tentang bagaimana pelaksanaan rekruitment, seleksi, selanjutnya Assesement dan klasifikasi terhadap kelayan. Jika kelayan mengikuti semua tahap-tahap di atas maka mereka tidak akan Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 59 kaku dalam mengikuti program selanjutnya. Disamping itu harus diperhatikan juga bagaimana proses, metode, dan teknik yang digunakan untuk melakukan pelayanan terhadap kelayan. Waktu pelayanan bagi kelayan juga perlu disesuaikan dengan standarisasi pelayanan yang ideal. Selanjutnya mengenai prosedur kerja harus ada pengawasan dan penilaian oleh pimpinan, disamping melihat bagaimana mekanisme yang dilakukan antar pimpinan dengan staf. 2. Kompetensi Staf dan Sumber Organisasi Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perencanaan dan bagaimana kinerja staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam organisasi. Rasio antara jumlah staf dengan jumlah kelayan dalam organisasi sangat perlu diseimbangkan, mengenai kompetensi staf ini juga perlu dipersiapkan cara-cara dalam meningkatkan kemampuan staf. Namun sebelumnya perlu dilihat sistem pengembangan karir selama pelayanan berlangsung . Karena hal tersebut sebagai bahan perbandingan untuk kembali melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi selama itu. Tentang sumber-sumber organisasi yang perlu diperhatikan lebih jauh adalah mengenai strategi penggalian dan pemeliharaan sumber organisasi. Artinya di sini adalah bahwa stategi tersebut akan mampu dilakukan oleh para staf organisasi. Dalam hal ini juga harus diketahui sumber-sumber apa saja yang telah digali dan bagaimana konsistensinya. Tujuannya di sini adalah supaya jelas kekurangan dan kelebihan apa yang muncul setelah kegiatan itu dilakukan. Selain strategi penggalian dan pemeliharaan, sistem pengawasan dan pengendalian sumber-sumber organisasi juga merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam organisasi sosial. Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 60 Selanjutnya perlu juga diketahui seberapa besar pengaruh sumber dari lingkungan terhadap kelancaran kinerja organisasi dalam memberikan pelayanan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah memang sumber dari lingkungan mendukung terhadap kemajuan organisasi. 3. Penghargaan Secara Ekonomi Kompensasi Staf Yang dimaksud dengan penghargaan secara ekonomi disini adalah bahwa selain gaji tetap si pimpinan memberikan suatu penghargaan khusus kepada staf yang dinilai memang benar-benar aktif dan berperan besar terhadap kemajuan lembaga. Berperan terhadap kemajuan lembaga merupakan sebuah prestasi besar yang wajar diberikan suatu penghargaan. Sistem pengupahan yang seperti ini tentu akan memotivasi staf supaya lebih aktif dalam melaksanakan tugasnya dan tugas-tugas lain yang dibebankan kepadanya. Di samping itu juga hal ini akan memotivasi staf yang lain agar bersaing dalam melaksanakan tugas dan lebih aktif dalam melaksanakan program-program pelayanan dalam lembaga. Dalam hal ini juga perlu diketahui bagaimana pandangan staf terhadap kompensasi yang diterima. hal tersebut bisa dibuat sebagai point-point penting dalam mengukur bagaimana tingkat kepuasan staf terhadap penghargaan tersebut. 4. Mekanisme Pertanggungjawaban dan Kualitas Sarana dan Prasarana Organisasi Mekanisme pertanggungjawaban artinya adalah bahwa adanya kejelasan berjalannya pertanggungjawaban mulai dari jabatan yang paling rendah hingga kepada jabatan yang paling tinggi atasan. Hal ini tentu kembali kepada struktur yang ada di organisasi tersebut. Di situ akan jelas garis perintah dan garis kordinasi Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 61 antar masing-masing pejabatstaf dan yang dipertanggungjawabkan disini adalah kinerja masing-masing staf. Mengenai Sarana dan Prasarana, tentu agar pelayanan berjalan dengan baik sebuah organisasi sosial membutuhkan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana penunjang tersebut perlu dilihat keseimbangan antara ketersediaan dengan kebutuhan organisasi tersebut dalam pelayanannya. Jika yang tersedia sudah seimbang dengan kebutuhan maka program pelayanan tidak akan terhambat. Selanjutnya tingkat kualitas sarana dan prasarana juga sebagai nilai plus yang sangat mendukung terhadap hasil program pelayanan yang dilaksanakan di Organisasi Sosial tersebut.

b. Teknologi mempertahankan orang people-sustaining technology

Dokumen yang terkait

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

7 89 71

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

8 116 152

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

0 2 154

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 16

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 2 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 9

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 37

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih Chapter III VI

0 2 78

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 8