121
Staf dalam hal ini adalah petugas teknis yaitu pekerja sosial yang langsung berhadapan dengan kelayan. Di panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan jumlah
Pekerja Sosial itu sebanyak 15 orang ditambah satu orang koordinator . Berarti 16 orang membimbing 100 orang kelayan adalah masih diatas standar. Di panti Insyaf
Kelas konvensional Eks pengguna itu berjumlah 82 orang dan Kelas rehabilitasi terpadu Detox sebanyak 15 orang data terakhir bulan Mei 2007. Rasio ini
menunjukkan bahwa panti insyaf masih dalam kategori standar kalau dilihat dari segi jumlah, yang menjadi kelemahan dari observasi adalah bahwa Pekerja Sosial yang
berjumlah 16 orang itu tidak semua yang melaksanakan fungsi dan perannya dengan baik, hal ini disebabkan keahlian personal yang kurang memadai. Hal ini juga diakui
oleh Kepala Panti saat penulis wawancara. Beliau mengatakan bahwa memang kualitas Sumber Daya Manusia staf di panti Insyaf sangatlah perlu di benahi lagi.
“kualitas staf termasuk Pekerja sosial dalam hal ini memang masih kurang, tapi itulah yang perlu kita benahi lagi kedepan. Itu sebenarnya sebuah proses yang juga
membutuhkan waktu untuk merubahnya” katanya dengan tegas.
4.4.4. Cara-cara yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan staf
Adanya diklat Penjenjangan, dan staf yang pernah mengikutinya adalah :
NO NAMAJABATAN DIKLATPENJENJANGAN
1 Drs. Tamba Siahaan Kepala panti
SPALA 1993 SPAMA 2005
2 Mukraimin Ka Subag TU
SPADA 1986
Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
122
ADUM 1999 3
Drs. Dachlis Kasie Reh Sos SPADA 1984
SPALA 1991 4
T. Dewi Melfi Hamid, SH. ADUM 1996
SPAMA 2003 5
Kilir Baklir Lingga, SE ADUM 1999
6 Dra.Lisken Kasie Program Adv. Sosial
ADUM 1999 7 Aswardi,
SE ADUM 1997
8 Netty Herawaty NST
SPADA 1982 9 Nurbaya
Hutagaol SPADA 1986
10 Bisner Marbun
ADUM 1997 11 Adenan
Harahap SPADA 1984
Sumber: Tata Usaha PSPP Insyaf Medan
Selain diklat penjenjangan masih ada berbagai pelatihan-pelatihan lain yang diikuti oleh staf. Pengakuan salah seorang staf bahwa ‘Pelatihan Pemantapan’ keluar
kota itu sudah beberapa kali diikuti, “kita sudah beberapa kali mengkuti pelatihan- pelatihan itu” singkatnya. Empat orang staf pernah mengikuti pelatihan ke Panti
Sosial Pamardi “Galih Pakuan” di kota Bogor. Kami harus berminggu-minggu di sana. Selain itu 3 orang lagi pernah mengikuti pelatihan Pendidikan dasar bela
Negara. dan pengakuan Ibu Dra. Lisken kalau dirinya pernah mengikuti pelatihan pemantapan selama berbulan-bulan di “Fen Campus” . “saya sudah pernah ngikuti
pelatihan di Fen Campus, disana saya harus ikut seperti korban narkoba yang lain, tidur dengan mereka, makan bersama mereka pokoknya selama beberapa bulan itu
Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
123
kita rasakanlah semua seperti yang dirasakan korban narkoba di sana……mereka gak tau kalau kita datang ke sana hanya untuk pelatihan,…hanya pihak lembaga
yang tahu.Ibu Lisken harus hidup sebagai seorang korban narkoba di sana. Dia betul- betul mendapatkan pembinaan sama seperti korban-korban narkoba yang lain,
walaupun berstatus pegawai. Memang pelatihan itu cukup menambah pengalaman dan keterampilannya. Selain pelatihan, melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi juga dibuka kesempatan bagi staf oleh Kepala panti. Salah seorang staf di Seksi Rehabilitasi Sosial baru menyelesaikan Studinya di Strata Dua S-2 dari Sekolah
Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial STKS Bandung. Satu orang juga telah menyelesaikan studinya di Strata Satu S-1 Kesejahteraan Sosial dari Universitas
Islam Sumatera Utara UISU Medan yaitu Bapak Panjaitan Staf Seksi Rehabilitasi Sosial. Satu orang lagi sedang mengikuti perkuliahannya di Universitas yang sama
UISU yaitu Ibu Juliati dari staf seksi Perencanaan dan Advokasi Sosial. Selain pelatihan dan pendidikan, dari hasil di lapangan juga kita dapat melihat bahwa
Kepala panti sering memberikan masukan dan arahan baik melalui rapat-rapat staf atau komunikasi sehari-hari secara langsung. Penulis menilai bahwa langkah-langkah
seperti ini sangatlah efektif. Tapi yang penulis lihat menjadi kurang selama di panti itu adalah tidak semua staf yang mengikuti pelatihan atau mengikuti pendidikan dapat
menerapkan ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan. Hal itu juga diakui oleh dua orang staf yang diwawancarai oleh penulis, kalau mereka memang belum
menerapkan ilmu dan pengalaman itu. “kadang seakan sia-sia lhoo..kalo ilmu dan pengalaman yang didapat itu tidak di terapkan di sini”katanya dengan kecewa. Ilmu
Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
124
yang didapat tidak tersalur dengan baik sebagaimana mestinya padahal panti sangat membutuhkan.
4.4.5. Sistem Pengembangan Karir.