Teknologi mempertahankan orang people-sustaining technology

61 antar masing-masing pejabatstaf dan yang dipertanggungjawabkan disini adalah kinerja masing-masing staf. Mengenai Sarana dan Prasarana, tentu agar pelayanan berjalan dengan baik sebuah organisasi sosial membutuhkan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana penunjang tersebut perlu dilihat keseimbangan antara ketersediaan dengan kebutuhan organisasi tersebut dalam pelayanannya. Jika yang tersedia sudah seimbang dengan kebutuhan maka program pelayanan tidak akan terhambat. Selanjutnya tingkat kualitas sarana dan prasarana juga sebagai nilai plus yang sangat mendukung terhadap hasil program pelayanan yang dilaksanakan di Organisasi Sosial tersebut.

b. Teknologi mempertahankan orang people-sustaining technology

Teknologi untuk mempertahankan orang bertujuan untuk mencegah, menahan atau menunda kemerosotan, keadaan baik atau status sosial seseorang. Mereka melakukannya dengan menghilangkan atau meminimalisasikan efek dari kondisi yang mengancam keadaan baik seseorang atau dengan memberi ganti rugi atas uang yang menyebabkan kemerosotan. “Produknya” yang telah ditolong untuk memperoleh akses kepada sumber daya yang dapat bertahan pada level fungsi sosial mereka yang sekarang. Walaupun ada beberapa upaya yang mungkin dibuat utnuk memperbaiki fungsi sosial atau untuk mengubah atribut; fokus utama adalah dalam pencegahan kemerosotan lebih lanjut dari fungsi sosial. Asumsi yang mendasari teknologi mempertahankan orang adalah bahwa klien memiliki sedikit, kalaupun ada, potensi untuk berubah dalam arahan-arahan yang akan secara signifikan memperbaiki fungsi sosial mereka. Walaupun asumsi-asumsi ini dapat didasarkan pada Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 62 pengetahuan empirirs yang valid, juga berdasarkan pengujian sosial dan moral seperti orang-orang yang menempatkan mereka pada kategori sosial bawah marginal. Seperti dicatat Coser 1963, pasien-pasien dengan kondisi fisik yang sama mungkin menjadi subjek bagi mempertahankan orang daripada teknologi merubah-orang karena pegawai percaya sistem yang ditujukan kepada pasien sedikit kemampuannya untuk perbaikan. Pasien demikian mungkin menjadi subjek pada apa yang disebut Freideson 1970: pola manajemen “layanan domestik” yang berbeda dengan interaksi “terapitik” Yang pertama, berasumsi bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan bagi pasien selain menjaga mereka dalam lingkungan yang nyaman dan aman.Tidak begitu mengherankan bila menemukan bahwa orang yang meyakini penurunan sosial dan menduduki status sosial rendah lebih mungkin menjadi subjek bagi mempertahankan orang daripada merubah orang. Jelasnya, organisasi dan pegawainya tidak bebas dari nilai-nilai sosial dominan yang menunjukkan kapasitas perubahan yang rendah dari orang-orang tersebut. Kegiatan-kegiatan inti dalam teknologi ini adalah pemeliharaan perhatian dan penopangan yang dinamakan serangkaian prosedur yang menentukan jenis, jumlah dan frekuensi tindakan pencegahan, dukungan dan perhatian yang akan diperoleh klien dari organisasi. Inti program bantuan publik setelah menerapkan kelayakan klien adalah menentukan tipe dan jumlah pemberian dan layanan yang menjadi hak klien. Teknologi mempertahankan-orang akan dicirikan oleh interaksi pegawai - klien yang terbatas. Fokusnya terutama dalam menetapkan tipe, besar dan frekuensi bantuan klien yang dapat diberikan oleh organisasi. Oleh karena itu pola interaksi Syafnita Hanura Silalahi: Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 63 pada dasarnya akan didasarkan pada keaktifan-kepasipan. Kontrol atas klien akan diwujudkan melalui manipulasi penguatan kontrol, ancaman dan sanksi. Kepatuhan akan diperoleh dengan mempertahankan penahanan dan bantuan dari klien yang membuat tuntutan “tidak beralasan”, dan dengan memberi bantuan ekstra dan bantuan yang cepat bagi yang patuh pada aturan dan memudahkan pekerjaan pegawai. Pada keadaan yang bukan karena kerelaan seperti penjara dan rumah sakit jiwa negeri, kekerasan akan sering digunakan untuk membuat klien patuh.

c. Teknologi merubah – orang People – Changing technology

Dokumen yang terkait

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

7 89 71

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

8 116 152

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

0 2 154

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 16

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 2 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 9

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 37

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih Chapter III VI

0 2 78

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 8