Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 n = 256383 Pendidi kan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Total OR 95 CI p value Kurang Cukup n n n Rendah 200642 95,0 10649 5,0 211291 100 1,530 1,470 – 1,593 0,0000 Tinggi 41704 92,5 3388 7,5 45092 100 Berdasarkan tabel 5.13, diketahui bahwa remaja dengan tingkat pendidikan rendah yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 95,0, sedangkan remaja yang tingkat pendidikannya tinggi yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sebesar 92,5. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,530 1,470 – 1,593, artinya remaja yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 1,530 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang berpendidikan tinggi.

5. Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara status pekerjaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini: Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 n = 256383 Status Pekerjaan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Total OR 95 CI p value Kurang Cukup n n n Tidak bekerja 171722 94,6 9726 5,4 181448 100 1,077 1,038 – 1,118 0,0001 Bekerja 70624 94,2 4311 5,8 74935 100 Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa remaja yang tidak bekerja yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sebesar 94,6 dan jumlahnya tidak jauh berbeda dengan remaja yang bekerja dan memiliki perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang yaitu sebesar 94,2. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0001 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,077 1,038 – 1,118, artinya remaja yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,077 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang sudah bekerja.

6. Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur Hasil analisis bivariat antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini: Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 n = 256383 Tingkat Ekonomi Keluarga Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Total OR 95 CI p value Kurang Cukup n n n Rendah 206259 95,0 10855 5,0 217114 100 1,675 1,608 – 1,745 0,0000 Tinggi 36087 91,9 3182 8,1 39269 100 Berdasarkan tabel 5.15, diketahui bahwa remaja dengan tingkat ekonomi keluarga rendah yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sebesar 95,0, sedangkan remaja dengan tingkat ekonomi keluarga tinggi yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang yaitu sebesar 91,9. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,675 1,608 – 1,745, artinya remaja yang tingkat ekonomi keluarganya rendah mempunyai peluang 1,675 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja dengan tingkat ekonomi keluarga yang tinggi.

7. Hubungan antara Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi Buah dan