Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 n = 256383 Jenis Kelamin Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Total OR 95 CI p value Kurang Cukup n n n Laki-laki 121020 94,8 6687 5,2 127707 100 1,096 1,059 – 1,134 0,0000 Perempuan 121326 94,3 7350 5,7 128676 100 Berdasarkan tabel 5.11, diketahui bahwa remaja berjenis kelamin laki- laki yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,8 dan tidak jauh berbeda dengan remaja yang berjenis kelamin perempuan yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,3. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,096 1,059 – 1,134, artinya remaja yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 1,096 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang berjenis kelamin perempuan.

3. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur Hasil analisis bivariat antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini: Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 n = 256383 Jumlah Anggota Keluarga Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Total OR 95 CI p value Kurang Cukup n n n Besar 196843 94,6 11243 5,4 208086 100 1,075 1,030 – 1,121 0,0009 Kecil 45503 94,2 2794 5,8 48297 100 Berdasarkan tabel 5.12, diketahui bahwa remaja dengan jumlah anggota keluarga yang besar 4 orang yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,6, sedangkan remaja dengan jumlah anggota keluarga kecil ≤ 4 orang yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,2. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0009 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,075 1,030 – 1,121, artinya remaja dengan jumlah anggota keluarga yang besar mempunyai peluang 1,075 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang jumlah anggota keluarganya kecil.

4. Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini: Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 n = 256383 Pendidi kan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Total OR 95 CI p value Kurang Cukup n n n Rendah 200642 95,0 10649 5,0 211291 100 1,530 1,470 – 1,593 0,0000 Tinggi 41704 92,5 3388 7,5 45092 100 Berdasarkan tabel 5.13, diketahui bahwa remaja dengan tingkat pendidikan rendah yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 95,0, sedangkan remaja yang tingkat pendidikannya tinggi yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sebesar 92,5. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,530 1,470 – 1,593, artinya remaja yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 1,530 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang berpendidikan tinggi.

5. Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur