Jenis Kelamin Keyakinan, Nilai dan Norma

karena itu, semua golongan umur membutuhkan konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup, khususnya remaja. Dalam penelitian Moore 1997, ditemukan bahwa usia remaja lebih sering bertumpu pada makanan fast food yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi kalori, lemak, dan natrium sehingga sedikit sekali mengonsumsi buah dan sayur. Semakin dewasa usia seseorang cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak, terutama pada golongan lanjut usia. Dalam penelitian Rita 2002, ditemukan bahwa umur berpengaruh terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan preferensikesukaan terhadap konsumsi pangan, termasuk terkait perilaku konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan penelitian NHANES dari tahun 2001-2006 dalam Bahria 2009 ditemukan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian ini diketahui bahwa antara orang Amerika yang berumur ≥40 tahun hanya 42 yang memenuhi rekomendasi minimum mengonsumsi 5 porsi buah dan sayur per hari, sedangkan penduduk umur 40 tahun sebesar 45 yang berperilaku cukup konsumsi buah dan sayur.

2. Jenis Kelamin

Menurut Depkes 2008, jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dalam keluarga biasanya anak laki-laki mendapat prioritas yang lebih tinggi dalam distribusi makanan daripada anak perempuan. Untuk menopang pertumbuhan seseorang, baik perempuan maupun laki-laki membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Laki-laki umumnya lebih aktif dalam berolah raga dan kegiatan fisik serta intensitas tumbuh yang lebih besar. Oleh karena itu membutuhkan energi dan protein lebih banyak, sebaliknya perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak untuk mengganti darah yang hilang saat menstruasi Worthington, 2000. Dalam studi di Augusta Georgia ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur Domel, 1996. Sedangkan survei lain yang dilakukan oleh Reynold 1999 pada orang muda American- Indian dan Alaska-Native ditemukan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur dan diketahui bahwa tingkat konsumsi buah dan sayur pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Kemudian pada penelitian Milligan et al 1998 yang dilakukan di Australia menyebutkan bahwa masyarakat yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi 4,1 mengonsumsi 2 buahhari dan sayuran 5 kalihari dibandingkan dengan laki-laki 2,5.

3. Keyakinan, Nilai dan Norma

Pada masyarakat tertentu, terdapat suatu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatian seseorang makan akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dapat dicapainya. Keprihatian ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu Suhardjo, 2006. Selain itu, terdapat pula upacara keagamaan atau kegiatan selamatan yang merupakan bagian dari bentuk keyakinan dan norma di masyarakat, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Dalam penelitian Suhardjo 2006, ditemukan bahwa keyakinan dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat Suhardjo, 2006.

4. Tingkat Ekonomi Keluarga