Tingkat Ekonomi Keluarga Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu Suhardjo, 2006. Selain itu, terdapat pula upacara keagamaan atau kegiatan selamatan yang merupakan bagian dari bentuk keyakinan dan norma di masyarakat, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Dalam penelitian Suhardjo 2006, ditemukan bahwa keyakinan dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat Suhardjo, 2006.

4. Tingkat Ekonomi Keluarga

Dalam bererapa penelitian, tingkat ekonomi atau pendapatan seringkali didekati dari tingkat pengeluaran rumah tangga. Hal ini dilakukan karena biasanya untuk mendapatkan informasi tentang pendapatan sulit dilakukan karena adanya hambatan dalam wawancara yaitu responden tidak mau mengungkapkan jumlah nominal pendapatan yang diperoleh Bahria, 2000. Marsetyo 2003 mengatakan bahwa pengeluaran uang untuk keperluan rumah tangga harus dibagi-bagi untuk berbagai keperluan seperti keperluan untuk bahan pangan, sewa tingggal sewa atau cicilan rumah, air, penerangan, pendidikan anak, kesehatanpengobatan dan transportasi. Di negara-negara berkembang, penduduk yang berpenghasilan rendah hampir membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk membeli makanan. Pada daerah miskin di India 80 pendapatan yang diperoleh digunakan untuk membeli makanan, sedangkan di negara maju hanya 45 untuk membeli makanan Hidayati, 2004. Tingkat pengeluaran rumah tangga dihitung dengan mengukur pengeluaran rumah-tangga untuk makanan dan non-makanan. Diasumsikan bahwa semakin tinggi proporsi uang yang dikeluarkan untuk makanan, maka semakin rendah daya beli rumah-tangga tersebut untuk kebutuhan lainnya atau dengan kata lain tingkat ekonomi semakin rendah Hidayati, 2004. Di perkotaan, kelompok penduduk termiskin mengeluarkan 66 pengeluaran rumah-tangganya untuk makanan. Sedangkan penduduk terkaya hanya mengeluarkan 44 saja. Kecenderungan serupa juga dijumpai di perdesaan. Secara umum, 69 pengeluaran rumah tangga digunakan untuk makanan Hidayati, 2004. Menurut BPS 2002 dalam Hidayati 2004 menyatakan tingginya proporsi pengeluaran makanan jika proporsi 50 dari pengeluaran total keluarga sedangkan rendahnya proporsi pengeluaran makanan jika jika proporsi ≤50 dari pengeluaran total keluarga. Presentase pengeluaran untuk makanan menurun jika jumlah pendapatan bertambah. Jadi, semakin besar tingkat pengeluaran keluarga untuk makanan, maka semakin rendah tingkat ekonomi keluarga tersebut. Mayoritas masyarakat yang konsumsi makannya kurang optimal tertutama yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Karena keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang terbatas itu tidak akan banyak pilihan Suhardjo, 2006. Dalam penelitian Zenk 2005 ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi dan perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Pada penelitian MacFarlane 2007 ditemukan bahwa masyarakat yang status ekonominya tinggi selalu tersedia sayuran saat makan malam dan buah di rumah. Kemudian dalam penelitian Utsman 2009, berdasarkan uji statistik ditemukan bahwa tingkat ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi. Hal ini menunjukkan orang yang memiliki daya beli yang baik maka bisa memenuhi kebutuhannya terhadap bahan makanan.

5. Pekerjaan