40
keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan Sukarni, 1994 dalam Gabriel, 2008. Hal ini sesuai menurut Khomsan et al 2007 bahwa
pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka
keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap
bulannya juga tidak dapat dipastikan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup
padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga
semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sambas 2002 yang
menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil
penelitian kualitatif di Kota Denpasar yang dilakukan Widiastuti juga ditemukan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa
anaknya ke Posyandu untuk ditimbang.
2.4.6 Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluargarumah tangga adalah harta yang diterima oleh sebuah rumah tangga sebagai hasil dari seluruh usaha semua warganya
Depdiknas, 2005. Pendapatan keluarga juga merupakan seluruh
41
penghasilanpenerimaan anggota keluarga yang diperoleh baik berupa gaji, upah, pendapatan dari usaha rumah tangga, pendapatan lainnya
maupun pendapatan
transfer sisa
antara penerimaan
dan sumbangankiriman dan pemberian sumbangan.kiriman BPS, 1987
dalam Tuti, 1989. Menurut BPS yang dimaksud dengan anggota keluarga adalah
semua orang yang biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah tangga. Anggota keluarga yang bepergian selama enam bulan atau lebih atau yang
bepergian dengan tujuan pindah atau meninggalkan rumah enam bulan atau lebih tidak termasuk anggota keluarga. Tamu yang telah tinggal
kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud tinggal 6 bulan atau lebih dianggap anggota rumah tangga.
Pendapatan yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan sesuai dengan keinginannya. Hal ini dihubungkan dengan tersedianya
biaya baik untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun pencegahan penyakit. Dapat pula dihubungkan dengan kemampuan untuk
mendapatkan informasi tentang tersedianya fasilitas pelayanan yang modern Tuti, 1989. Hal ini sesuai dengan penelitian Ascobat Gani dalam
Tuti 1989 mengemukakan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Namun berbeda menurut
42
penelitian Tuti 1989 menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kunjungan ibu balita ke
Posyandu.
2.4.7 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Yang dimaksud dengan jarak disini adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu dimana adanya
kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasional 2002 dalam Khalimah 2007, jarak
adalah ruang sela panjang atau jauh antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat Posyandu.
Menurut Effendy 1997 dalam Khalimah 2007, letak Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat,
ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT atau RW atau pos lainnya. Hal ini agar jarak
Posyandu tidak terlalu jauh sehingga tidak menyulitkan masyarakat untuk menimbangkan anaknya.
Dari beberapa hasil penelitian bahwa faktor jarak ternyata memberikan kontribusi terhadap seseorang dalam melakukan suatu
tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas 2002 bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu
43
10 menit berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan yang jarak tempuhnya jauh 10 menit.
2.4.8 Kepemilikan KMS