28
ada  program  tambahan  Dana  Sehat  dan  telah  menjangkau  lebih  dari 50 Kepala Keluarga KK.
5 Posyandu Plus Merupakan
kegiatan terkait
pembangunan manusia.
Karena menyangkut  manusia  berarti  terkait  pula  dengan  masalah  potensi
sumber daya manusia SDM. Posyandu ini tidak hanya sebagai tempat perawatan  kesehatan,  tetapi  juga  menjadi  sarana  pengembangan
kecerdasan bagi anak.
2.3 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang  dapat  diamati  maupun  yang  tidak  dapat  diamati,  yang  berkaitan  dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah  atau  melindungi  diri  dari  penyakit  dan  masalah  kesehatan  lain,
meningkatkan  kesehatan  dan  mencari  penyembuhan  apabila  sakit  atau  terkena masalah  kesehatan  Notoatmodjo,  2005.  Salah  satu  bentuk  perilaku  kesehatan
disini  adalah  partisipasi  ibu  balita  dalam  program  Posyandu,  yang  diwujudkan dengan  membawa  anak  balita  mereka  untuk  ditimbang  berat  badannya  ke
Posyandu secara teratur setiap bulan. Perilaku  manusia  adalah  sangat  kompleks,  dilihat  dari  berbagai  sudut
pandang. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor- faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Notoatmodjo, 2005.
29
Menurut teori Lawrence Green 1980 yang dikutip dalam Notoatmodjo 2005,  dalam  mendiagnosa  perilaku  kesehatan  seseorang  dipengaruhi  oleh  tiga
faktor utama, yaitu: 1.  Faktor predisposisi predisposing faktors
Faktor  yang  mendahului  terhadap  perilaku  yang  menjadi  dasar  atau motivasi  perilaku,  juga  sebagai  faktor  yang  mempermudah  terjadinya
perilaku seseorang antara lain:  pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai,  budaya  dan  lain-lain  berkenaan  dengan  motivasi  seseorang  atau
kelompok untuk bertindak. Misalnya, seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu,  karena  tahu  bahwa  di  Posyandu  anaknya  akan  dilakukan
penimbangan  anak  untuk  mengetahui  pertumbuhannya.  Tanpa  adanya pengetahuan  ini,  ibu  tersebut  mungkin  tidak  akan  membawa  anaknya  ke
Posyandu. Dalam  arti  umum,  dapat  dikatakan  faktor  predisposisi  sebagai
preferensi  pribadi  yang  dibawa  seseorang  atau  kelompok  kedalam  suatu pengalaman  belajar.  Preferensi  ini  mungkin  mendukung  atau  menghambat
perilaku  sehat,  dan  dalam  setiap  kasus  faktor  ini  mempunyai  pengaruh. Meskipun  berbagai  faktor  demografis  seperti  umur,  jenis  kelamin,  juga
sangat penting sebagai faktor predisposisi. 2.  Faktor Pemungkin Enabling faktors
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana  atau fasilitas yang  memfasilitasi  terjadinya  perilaku  seseorang  atau  masyarakat.
30
Pengetahuan dan sikap saja tidak menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan  sarana  atau  fasilitas  untuk  memungkinkan  atau  mendukung
perilaku  tersebut.  Dari  segi  kesehatan  masyarakat,  agar  masyarakat mempunyai  perilaku  sehat  harus  terakses  terjangkau  sarana  dan  prasarana
atau  fasilitas  pelayanan  kesehatan.  Misalnya  seorang  ibu  mau  membawa anaknya  ke  Posyandu  tidak  hanya  karena  ia  tahu  dan  sadar  akan  manfaat
melainkan  juga  ibu  tersebut  dapat  dengan  mudah  memperoleh  sarana  dan fasilitas,  misalnya  KMS  dan  gedung  Posyandu.  Fasilitas  ini  hakikatnya
mendukung  atau  memungkinkan  terwujudnya  perilaku  kesehatan,  maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
3.  Faktor Penguat Reinforcing faktors Untuk  berperilaku  sehat,  terkadang  masyarakat  tidak  hanya
memerlukan  pengetahuan  dan  sikap  positif  serta  dukungan  fasilitas  saja, melainkan juga diperlukan perilaku contoh acuan dari para petugas terlebih
lagi  petugas  kesehatan,  kader  dan  tokoh  masyarakat.  Faktor  penguat  adalah faktor  yang  medorong  atau  memperkuat  terjadinya  perilaku,  juga  sebagai
faktor  yang  menentukan  apakah  tindakan  kesehatan  memperoleh  dukungan atau tidak. Faktor  yang termasuk disini yaitu faktor sikap dan perilaku para
petugas  termasuk  petugas  kesehatan,  kader  dan  tokoh  masyarakat. Disamping  itu  undang-undang,  peraturan-peraturan,  baik  dari  pusat  maupun
pemerintah  daerah,  yang  terkait  dengan  kesehatan  juga  diperlukan  untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
31
Selanjutnya,  tim  kerja  kesehatan  dari  WHO  merumuskan  determinan perilaku  ini  sangat  sederhana.  Mereka  mengatakan  bahwa  mengapa  seseorang
berperilaku,  karena  adanya  beberapa  alasan  pokok  determinan  yaitu Notoatmodjo, 2005:
1.  Pemikiran dan perasaan Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat
diartikan  pertimbangan-pertimbangan  pribadi  terhadap  objek  atau  stimulus, merupakan  modal  awal  untuk  bertindak  atau  berperilaku.  Misalnya,
seseorang  ibu  akan  membawa  anaknya  ke  Puskesmas  untuk  memperoleh imunisasi,  akan  didasarkan  pertimbangan  untung  ruginya,  manfaatnya,  dan
sumber daya atau uang yang tersedia dan sebagainya. 2.  Adanya  acuan  atau  referensi  dari  seseorang  atau  pribadi  yang  dipercayai
personal  references,  yang  pada  umumnya  adalah  para  tokoh  masyarakat setempat.
3.  Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green, sumber
daya  ini  adalah  sama  dengan  faktor  enabling  sarana  dan  prasarana  atau fasilitas.
4.  Sosio  budaya  setempat  biasanya  sangat  berpengaruh  terhadap  terbentuknya perilaku  seseorang.  Telah  diuraikan  terdahulu  bahwa  faktor  sosio  budaya
merupakan  faktor  eksternal  untuk  terbentuknya  perilaku  seseorang.  Hal  ini dapat  dilihat  dari  perilaku  tiap-tiap  etnis  di  Indonesia  yang  berbeda-beda
32
karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.
2.4 Faktor-faktor  yang  Berhubungan  dengan  Partisipasi  Ibu  Balita  ke