43
10 menit berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan yang jarak tempuhnya jauh 10 menit.
2.4.8 Kepemilikan KMS
Menurut Mahdi 2001 dalam Maharsi 2007, KMS merupakan alat untuk memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik
untuk anaknya agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan demikian dikemudian hari anak menjadi lebih cerdas. Hal ini sesuai
dengan penelitian dari Sambas 2002, bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasi mereka ke Posyandu.
Menurut Depkes RI 2000, Kartu Menuju Sehat KMS adalah alat sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak. Selanjutnya, kurva perkembangan anak yang dipersiapkan itu tidak sulit untuk dimengerti, baik oleh ibu maupun
oleh petugas formal ataupun informal, serta sangat relevan dengan program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Menurut Sukarni 1994 dalam Khomsan et al 2007, KMS adalah alat yang memungkinkan dilakukannya pengamatan yang terarah dengan
cara yang sederhana terhadap masalah kesehatan anak dari segala segi. Untuk itu, KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu
dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi
44
kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak Depkes, 2000.
2.4.9 Perilaku Kader
Menurut Depkes RI 2005, kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun
masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar. Jadi, kader Posyandu sebagai
penyelenggara utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu.
Tugas kader pada hari buka Posyandu, antara lain yaitu melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu, mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register Posyandu, melaksanakan kegiatan penyuluhan
kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT dan lain-lain. Sedangkan tugas kader diluar hari buka Posyandu
antara lain; melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang datang dan memerlukan penyuluhan lanjutan, memberitahukan agar sasaran
berkunjung saat hari buka Posyandu, melakukan kunjungan tatap muka kepada tokoh masyarakat dan menghadiri pertemuan kelompok rutin,
kelompok masyarakat atau orgaisasi keagamaan dan lain-lain. Tugas kader selain di Posyandu melakukan kunjungan rumah didampingi oleh tenaga
45
kesehatan atau tokoh masyarakat untuk mendata dan mencari tahu tentang sebab ketidak hadiran pengguna Posyandu, pendataan bayi, anak Balita,
ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga miskin GAKIN Depkes RI, 2006.
Ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang
terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal
ini mendorong para ibu rajin berkunjung ke Posyandu Azwar, 1996 dalam Khalimah, 2007.
Berdasarkan hasil penelitian Eddy 2000 menyatakan bahwa kemampuan ataupun ketrampilan kader mempunyai hubungan paling kuat
dengan cakupan penimbangan balita. Penelitian Sambas 2002 juga ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader
dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu.
2.4.10 Perilaku Petugas Kesehatan