ini  akan  berpengaruh  terhadap  perilaku  ibu  yaitu  partisipasi  ke  Posyandu  juga rendah.
Asumsi  lainnya  tidak  berhubungan  yaitu  ibu  balita  yang  memiliki sikap tidak baik terhadap Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan
disekitar mereka seperti adanya tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan juga kadernya.  Berdasarkan  uji  interaksi  antara  variabel  sikap  ibu  dengan  sikap
kader,  petugas  kesehatan  dan  tokoh  masyarakat  didapatkan  bahwa  apabila kader, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat memiliki sikap yang tidak baik
terhadap  Posyandu  menurut  pandangan  ibu,  maka  kecendrungan  ibu  balita untuk  bersikap  yang  tidak  baik  pula  terhadap  Posyandu.  Hal  tersebut  sesuai
dengan pendapat Sarwono dalam Maulana 2009 bahwa sikap dapat terbentuk
dari adanya interaksi  sosial  yang dialami individu.  Interaksi  disini  tidak hanya berupa  kontak  sosial  dan  hubungan  antarpribadi  sebagai  anggota  kelompok
sosial,  tetapi  meliputi  juga  hubungan  dengan  lingkungan  fisik  maupun lingkungan psikologis serta dapat berubah jika ada pengalaman luar biasa. Jika
pendapat tersebut dikaitkan dengan penelitian ini, maka lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan perubahan sikap seseorang.
6.7 Status  Bekerja  Ibu  dan  Hubungannya  dengan  Partisipasi  ke  Posyandu  di
Kelurahan Rempoa
Salah  satu  penyebab  seseorang  tidak  berpartisipasi  baik  ke  Posyandu adalah karena pekerjaan. Seseorang  yang mempunyai  pekerjaan dengan waktu
yang  cukup  padat  akan  mempengaruhi  ketidak  hadiran  dalam  pelaksanaan Posyandu.
Berdasarkan  hasil  penelitian  diketahui  bahwa  persentase  ibu  balita yang  berpartisipasi  tidak  aktif  ke  Posyandu  lebih  banyak  pada  ibu  balita  yang
bekerja  dibanding  dengan  ibu  balita  yang  tidak  bekerja.  Hasil  penelitian  ini didukung  oleh  hasil  penelitian  Sambas  2002  yang  menyatakan  bahwa  ibu
balita  yang  bekerja  tidak  mempunyai  peluang  baik  untuk  berkunjung  ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Berdasarkan  hasil  uji  statistik  juga  menunjukkan  tidak  terdapat hubungan  yang  signifikan  antara  pekerjaan  ibu  balita  dengan  partisipasi  ke
Posyandu  dengan  nilai  p=  0,262  p  0,1.  Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan penelitian  yang  dilakukan  Sambas  2002  di  Kelurahan  Bojongherang  bahwa
tidak  terdapat  hubungan  yang  bermakna  antara  variabel  pekerjaan  dengan kunjungan  ibu-ibu  anak  balita  ke  Posyandu.  Namun,  hal  ini  berbeda  dengan
hasil  penelitian  Hidayat  yang  dikutip  dalam  penelitian  Sambas  2002  yang menyatakan  adanya  hubungan  bermakna  antara  pekerjaan  ibu  dengan  perilaku
responden ke Posyandu. Tidak adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu balita yang
bekerja  tidak  mempunyai  waktu  luang  sehingga  semakin  tinggi  aktivitas pekerjaan  ibu  maka  semakin  sulit  ibu  datang  ke  Posyandu.  Asumsi  lain
kemungkinan  karena  Posyandu  diselenggarakan  pada  hari  kerja  dan  jam  kerja yaitu  diselenggarakan  mulai  jam  09.00  hingga  12.00  WIB  pada  hari  kerja
sehingga  ibu  yang  bekerja  tidak  dapat  membawa  anaknya  ke  Posyandu. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Widiastuti 2006 yang menyatakan
bahwa  ibu  yang  bekerja  menyebabkan  tidak  membawa  anaknya  ke  Posyandu untuk ditimbang karena faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor
penghambat  ibu  balita  memanfaatkan  penimbangan  anak  balitanya  di Posyandu.
Asumsi  lainnya  kemungkinan  dipengaruhi  oleh  faktor  pendapatan keluarga.  Seseorang  yang  bekerja  cenderung  untuk  memiliki  pendapatan
keluarga  yang  cukup.  Berdasarkan hasil uji interaksi  antara variabel  pekerjaan dengan  pendapatan  keluarga  didapatkan  bahwa  ibu  yang  bekerja  cenderung
untuk  memiliki  pendapatan  yang  cukup  pula.  Sehingga  hal  tersebut  dapat menyebabkan  partisipasi  ibu  balita  ke  Posyandu  mengalami  penurunan  karena
ada  kemungkinan  mereka  yang  memiliki  pendapatan  yang  cukup  akan  lebih memilih  pelayanan  kesehatan  yang  lain  dibanding  ke  Posyandu.  Sebagaimana
dikatakan  oleh  Tuti  1989  bahwa  pendapatan  yang  lebih  tinggi  akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan  sesuai  dengan  keinginannya.  Hal  ini  dihubungkan  dengan
tersedianya  biaya  baik  untuk  pengobatan,  pemeliharaan  kesehatan,  maupun pencegahan  penyakit.  Dapat  pula  dihubungkan  dengan  kemampuan  untuk
mendapatkan informasi tentang tersedianya fasilitas pelayanan yang modern.
6.8 Pendapatan Keluarga dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke