Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke

untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. Dengan adanya KMS dapat memberi motivasi bagi ibu balita untuk mengunjungi kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, variabel kepemilikan KMS merupakan faktor yang diduga paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur. Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 2,470 1,168 – 5,223, artinya ibu balita yang tidak memiliki KMS mempunyai peluang 2,470 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu balita yang memiliki KMS. Semakin besar nilai OR maka semakin besar hubungan faktor tersebut dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Apabila ibu balita memiliki KMS anaknya maka mereka akan lebih terangsang untuk mengunjungi Posyandu karena mereka relatif lebih termotivasi bila melihatmemiliki KMS anaknya. Pendapat ini didukung oleh teori Mahdi dalam Maharsi 2007, bahwa KMS merupakan alat untuk memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik untuk anaknya agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan demikian dikemudian hari anak menjadi lebih cerdas.

6.10 Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke

Posyandu di Kelurahan Rempoa Ibu balita yang mendapat pembinaan dari kader akan berpartisipasi dengan baik ke Posyandu, karena mereka akan merasa diakui dan diperhatikan keberadaannya oleh pengelola Posyandu sehingga rutin datang ke Posyandu Sambas, 2002. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang melihat perilaku kader tidak baik terhadap kegiatan Posyandu dibanding dengan ibu balita yang melihat perilaku kader baik terhadap kegiatan Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,595 p 0,1. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti 1989 bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kader dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Hutagulung 1992, Eddy 2000 dan Sambas 2002 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan partisipasi masyarakat dalam menimbang anak balitanya ke Posyandu Tidak adanya hubungan kemungkinan dipengaruhi oleh ketrampilan kader itu sendiri. Kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa sebagian ibu balita melihat perilaku kader kurang baik terhadap kegiatan Posyandu, kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh masih kurangnya ketrampilan kader dalam memberikan pelayanan kepada ibu-ibu balita yang ke Posyandu, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kehadiran ibu balita ke Posyandu. Sebagaimana teori Azwar dalam Khalimah 2007 mengatakan bahwa ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu balita rajin berkunjung ke Posyandu. Dalam Islam juga dikatakan bahwa individu dan lingkungannya harus saling menyokong dalam hal penghambaan diri pada Allah, sehingga yang muncul adalah lingkaran kebajikan yang saling mendukung dalam kesalehan Sumantri, 2010. Sebagaimana dalam Al- Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi: Artinya: “... Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ... Q.S. Al-Maidah: 2. Ayat tersebut jika dikaitkan dengan perilaku kader disini adalah, kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu, mereka memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu orang-orang di Posyandu dengan segala kemampuan yang dimilikinya, karena dalam persaudaraan diharuskan dapat saling tolong menolong sehingga dapat meningkatkan kesalehan. Selanjutnya, asumsi lain kemungkinan karena kader sendiri kurang mendapatkan pelatihan secara berkala, sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dalam hal kegiatan Posyandu masih kurang atau kemungkinan disebabkan oleh hanya sebagian kader yang hadir ketika kegiatan Posyandu berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa dalam setahun pelatihan yang diadakan terhadap kader hanya sekali kemungkinan karena kader mempunyai kesibukan masing-masing. Dalam hal ini, perilaku positif atau negatif pada kader turut berperan dalam mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan Posyandu. Sebagaimana pendapat Judd dalam Juarsa 2004 yang menyatakan bahwa keaktifan kader berhubungan dengan lama dan metode pelatihan yang didapat, dukungan masyarakat dan pembinaan kepala desa. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pelatihan yang baik dan tepat dapat meningkatkan kemampuan kader dalam mengelola Posyandu sehingga berdampak positif terhadap partisipasi ibu dalam penimbangan balita di Posyandu.

6.11 Perilaku Petugas Kesehatan dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu