Perilaku Petugas Kesehatan Perilaku Tokoh Masyarakat

45 kesehatan atau tokoh masyarakat untuk mendata dan mencari tahu tentang sebab ketidak hadiran pengguna Posyandu, pendataan bayi, anak Balita, ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga miskin GAKIN Depkes RI, 2006. Ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu rajin berkunjung ke Posyandu Azwar, 1996 dalam Khalimah, 2007. Berdasarkan hasil penelitian Eddy 2000 menyatakan bahwa kemampuan ataupun ketrampilan kader mempunyai hubungan paling kuat dengan cakupan penimbangan balita. Penelitian Sambas 2002 juga ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu.

2.4.10 Perilaku Petugas Kesehatan

Dalam kegiatan Posyandu petugas kesehatan menjadi acuan bagi masyarakat. Petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para tokoh masyarakat merupakan salah satu cara yang 46 dapat menarik simpatik masyarakat, sehingga masyarakat mau ke Posyandu Widiastuti, 2007. Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas 2002 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bimbingan petugas kesehatan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu yang menunjukkan nila p0,05. Begitu juga dengan penelitian Hutagulung 1992 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara bimbingan petugas kesehatan kepada responden dengan perilaku ibu menimbangkan anaknya.

2.4.11 Perilaku Tokoh Masyarakat

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya. Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo 2005 yang menyatakan bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat. Keterlibatan pemimpin informal dan partisipasi masyarakat akan berpengaruh terhadap keberhasilan program Posyandu. Kegiatan 47 Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika tokoh masyarakat setempat tidak berpartisipasiterlibat dalam kegiatan Posyandu, ada kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan menggunakan Posyandu Sitohang, 1989 dalam Juarsa, 2004. Dalam Al- Qur’an Allah Ta’ala juga berfirman, yang berbunyi: Artinya: “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam”. Q.S. Al- Ankabut: 6. Ayat diatas menegaskan bahwa “dan barang siapa yang berjihad” yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka seseungguhnya manfaat dan kebaikan jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Seseorang yang beriman dan beramal shaleh maka Allah akan menghapuskan dosa- dosa mereka dan Allah akan memberi ganjaran yang lebih baik dari apa yang mereka senantiasa kerjakan. Ayat tersebut jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan apabila tokoh masyarakat berperilaku positif terhadap kegiatan Posyandu dan mereka mau menggunakan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kesehatan 48 yang baik kepada ibu-ibu balita di Posyandu, maka Allah juga akan membalas amal kebajikan mereka dengan yang lebih baik dari apa yang dikerjakannya. Hasil penelitian Soedarti 1988 dalam Juarsa 2004 di Tangerang ditemukan bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat menghasilkan kemajuan kegiatan Posyandu. Begitu juga menurut hasil penelitian Sambas 2002 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu- ibu anak balita ke Posyandu.

2.5 Kerangka Teori