Kepemilikan KMS dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke

yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan yang lain sesuai dengan keinginannya. Asumsi lainnya pendapatan keluarga tidak berhubungan kemungkinan dipengaruhi oleh status bekerja ibu. Ibu balita yang memiliki pendapatan cukup cenderung karena dia memiliki pekerjaan, sehingga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu daripada ibu balita yang tidak bekerja. Berdasarkan uji interaksi antara variabel pendapatan keluarga dengan status bekerja ibu didapatkan bahwa ibu yang memiliki pendapatan keluarga cukup itu cenderung karena dia bekerja, sehingga orang yang bekerja umumnya tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan maka semakin sulit untuk datang ke Posyandu. Hal ini diperkuat oleh Widiastuti 2006 yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang karena faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu balita memanfaatkan penimbangan anak balitanya di Posyandu.

6.9 Kepemilikan KMS dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke

Posyandu di Kelurahan Rempoa Menurut Depkes RI 2000, Kartu Menuju Sehat KMS adalah alat sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Bagi semua ibu yang memiliki anak balita dan terdaftar di Posyandu perlu memiliki KMS anak balitanya, karena hal ini sangat penting dalam pemantauan kesehatan anak balitanya pada waktu mengunjungi Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang tidak memiliki KMS dibanding dengan ibu balita yang memiliki KMS. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan KMS dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,058 p 0,1. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas 2002 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan KMS dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Thaha 1990 yang menyatakan bahwa pandangan responden terhadap ketersediaan sarana kepemilikan KMS tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dalam penelitian ini, ibu balita yang tidak memiliki KMS anaknya dikarenakan ibu mengaku bahwa KMS anaknya sudah hilang sehingga belum dapat gantinya. Hal inilah yang dapat mempengaruhi partisipasi mereka ke Posyandu berkurang, karena KMS merupakan salah satu sarana untuk seseorang berperilaku. Sebagaimana pendapat Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Perilaku bahwa ternyata sarana-sarana fisik mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Berdasarkan Depkes 2000 bahwa KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. Dengan adanya KMS dapat memberi motivasi bagi ibu balita untuk mengunjungi kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, variabel kepemilikan KMS merupakan faktor yang diduga paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur. Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 2,470 1,168 – 5,223, artinya ibu balita yang tidak memiliki KMS mempunyai peluang 2,470 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu balita yang memiliki KMS. Semakin besar nilai OR maka semakin besar hubungan faktor tersebut dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Apabila ibu balita memiliki KMS anaknya maka mereka akan lebih terangsang untuk mengunjungi Posyandu karena mereka relatif lebih termotivasi bila melihatmemiliki KMS anaknya. Pendapat ini didukung oleh teori Mahdi dalam Maharsi 2007, bahwa KMS merupakan alat untuk memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik untuk anaknya agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan demikian dikemudian hari anak menjadi lebih cerdas.

6.10 Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke