Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

gemuk dan mengalami kelelahan kerja berat sebagian besar kategori perempuan 50. Pada karyawan dengan kategori laki-laki, seluruhnya memiliki status gizi normal dan mengalami kelelahan berat 87,5. Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik dan sesuai serta pekerjaan tersebut tidak menimbulkan kelelahan kerja, maka harus diusahakan pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan pada karyawan di instalasi gizi dengan penyesuaian kemampuan, kebolehan, keterampilan, serta keterbatasannya masing-masing Tarwaka et al, 2004. Kemudian, agar di sesuaikan juga dengan status gizi karyawan.

6.3.3 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan kerja yaitu masa kerja. Pekerjaan fisik yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf dan pernafasan. Dalam keadaan ini kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah di mana produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan kegiatan otot Soedarmayanti, 1996. Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah menjalani pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang kita simpan, semakin banyak keterampilan yang kita pelajari, akan semakin banyak hal yang kita kerjakan Malcom, 1998. Berdasarkan tabel 5.9, didapatkan hasil bahwa dari 11 responden dengan masa kerja › 10 tahun yaitu sebanyak 7 orang 63,6 sebagian besar mengalami kelelahan berat, 1 orang 9,1 mengalami kelelahan kerja sedang, dan 3 orang 27,3 mengalami kelelahan kerja ringan. Responden dengan masa kerja ‹ 6 tahun sebanyak 5 orang 62,5 sebagian besar mengalami kelelahan berat, sebanyak 3 orang 37,5 mengalami kelelahan sedang. Sedangkan responden dengan masa kerja 6-10 tahun yaitu sebanyak 5 orang 38,5 mengalami kelelahan berat juga kelelahan sedang dan 3 orang 23,1 mengalami kelelahan ringan. Secara persentase di ketahui bahwa lebih banyak kelelahan kerja berat terjadi pada karyawan dengan masa kerja lebih dari 10 tahun. Namun hal ini tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Sutjana dalam Mulyana, dkk 2006, menyatakan bahwa tingkat pengalaman kerja seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan orang yang lebih berpengalaman mampu bekerja secara efisien. Mereka dapat mengatur besarnya tenaga yang dikeluarkan oleh karena seringnya melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu, mereka telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk dirinya, sehingga produktifitasnya terjaga. Hal tersebut diperkirakan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kelelahan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Purnawati, et al 2006 di PT “X” diperoleh bahwa kelelahan banyak terjadi pada pekerja yang memiliki masa kerja 5 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,135 , artinya pada α = 5 dapat disimpulkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnawati, et al 2006 di PT “X” diperoleh bahwa kelelahan banyak terjadi pada pekerja yang memiliki masa kerja 5 tahun dengan Pvalue 0,839 yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan kelelahan. Namun tidak sejalan dengan Budiono 2003,yang menyatakan bahwa masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak seorang pekerja telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Kemudian tidak sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2009, hasil menunjukkan bahwa rata-rata pekerja memiliki masa kerja 8,23 tahun sebagian besar mengalami kelelahan tingkat berat. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa masa kerja memiliki hubungan bermakna dengan tingkat kelelahan dengan nilai pvalue sebesar 0,022. Berdasarkan hasil akhir uji regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa variabel masa kerja juga merupakan salah satu faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat kelelahan pada pekerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh umur karyawan yang berkorelasi ter hadap masa kerja untuk terjadinya kelelahan kerja berat, dimana semakin tua umur karyawan berarti karyawan tersebut memiliki masa kerja lama. Sebaliknya karyawan yang memiliki umur muda maka masa kerja karyawan tersebut dikategorikan baru. Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diketahui bahwa karyawan yang bekerja di instalasi gizi memiliki masa kerja yang beragam, masa kerja baru yaitu 4 tahun dan masa kerja paling lama yaitu 22 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara karyawan dengan masa kerja 10 tahun, karyawan dengan masa kerja 6 tahun maupun masa kerja antara 6-10 tahun memiliki peluang yang sama untuk mengalami kelelahan kerja berat. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh beban kerja yang diterima oleh karyawan. Semakin panjanglama masa kerja karyawan, beban kerja karyawan pula semakin berat untuk kemudian mengalami kelelahan kerja berat.

6.3.4 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja