Ketika  bekerja  shift  merupakan  keharusan  dan  tidak  bisa  memilih,  maka  ada beberapa  strategi  yang  dapat  dilakukan  agar  tetap  sehat.  Diantaranya,  usahakan  untuk
cukup  tidur  agar  kualitas  tidur  terjaga.  Olahraga  teratur  juga  sangat  dianjurkan  untuk menjaga daya tahan tubuh. Beberapa teknik relaksasi juga dipercaya akan menurunkan
beban  mental  dan  tingkat  stress.  Pilih  teknik  relaksasi  yang  paling  mudah  seperti mendengarkan  musik  yang  menenangkan,  bersosialisasi  dengan  teman,  atau  menekuni
hobi. Selain itu, tentunya dianjurkan pula untuk mengkonsumsi diet yang sehat.
2.2.8 Keadaan yang Monoton
Menurut Tarwaka et al, 2004 kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis dengan pengerahan tenaga 50 dari
kekuatan  maksimum  otot  hanya  dapat  bekerja  selama  1  menit.  Sedangkan  pada pengerahan tenaga  20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan
otot  statis  sebesar  15-20  akan  menyebabkan  kelelahan  dan  nyeri  jika  pembebanan berlangsung  sepanjang  hari.  Pembebanan  otot  secara  statis  jika  dipertahankan  dalam
waktu yang cukup lama akan mengakibatkan Repetitif Strain Injuries RSI, yaitu nyeri otot,  tulang,  tendon,  dan  lain-lain  yang  diakibatkan  oleh  jenis  pekerjaan  yang  bersifat
berulang repetitive. Pembebanan kerja fisik atau kerja otot akibat gerakan otot, baik  dinamis maupun
statis  dapat  mempengaruhi  kelelahan  tubuh.  Kerja  otot  statis  terjadi  menetap  untuk periode waktu tertentu yang menyebabkan pembuluh darah tertekan dan peredaran darah
berkurang  Marfu’ah,  2007.  Menurut  Sisinta  2005,  tidak  adanya  variasi  kerja  akan menimbulkan  kejenuhan  kerja.  Kejenuhan  ini  dapat  terjadi  karena  pekerja  melakukan
pekerjaan  yang  selalu  sama  setiap  harinya,  keadaan  seperti  ini  cukup  berpotensi  untuk menyebabkan  terjadinya  kelelahan  kerja.  Silaban  1998  mengemukakan  bahwa
kebosanan  kelelahan  mental  merupakan  komponen  penting  dalam  psikologis lingkungan kerja yang disebabkan menghadapi pekerjaan yang berulang-ulang, monoton
aktifitas  yang  tidak  menyenangkan.  Keadaan  ini  biasanya  meningkat  pada pertengahan jam kerja dan menurun di akhir jam kerja.
2.2.9 Beban Kerja
Merupakan volume pekerjaan  yang dibebankan  kepada tenaga kerja.  Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja Depkes, 1991. Beban
Kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara beban kerja
dengan  kemampuan  individu  agar  tidak  terjadi  hambatan  maupun  kegagalan  dalam pelaksanaan pekerjaan Depkes, 2003
Aktivitas responden dalam menerima beban dari luar tubuhnya berupa beban kerja fisik  dan  beban  mental  Tarwaka,  et  al,  2004.  Tubuh  manusia  dirancang  untuk  dapat
melakukan aktifitas sehari-hari. Pada saat bekerja, seseorang akan menerima beban dari luar  tubuhnya.  Beban  tersebut  dapat  berupa  beban  fisik  maupun  mental.  Setiap  beban
kerja harus sesuai dengan kemampuan fisik, kemampuan kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh
seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukkan berapa lama orang tersebut dapat  melakukan  pekerjaannya  sesuai  dengan  kemampuandan  kapasitas  kerja  yang
bersangkutan.  Semakin  berat  beban  kerja  yang  diterima,  maka  semakin  pendek  waktu
pekerja untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti Tarwaka, et al, 2004.
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban  kerja.  Mungkin  diantara  mereka  lebih  cocok  untuk  beban  fisik,  mental,  atau
sosial.  Namun  sebagai  persamaan  yang  umum,  mereka  hanya  mampu  memikul  beban sampai  suatu  berat  tertentu.  Bahkan  ada  beban  yang  dirasa  optimal  bagi  seseorang.
Inilah  maksud  penempatan  seorang  tenaga  kerja  yang  tepat  pada  pekerjaan  yang  tepat Depnaker, 1990.
Beban  kerja  dapat  ditentukan  dengan  merujuk  kepada  jumlah  kalori  yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per satuan waktu. Beban kerja dihitung dengan
menggunakan rumus estimating metabolic heat production rates by task analysis, seperti yang tertera pada tabel 2.9 :
Tabel 2.9 Penilaian pekerjaan
A.  Posisi dan pergerakan badan kcalmin
Sitting 0,3
Standing 0,6
Walking 2,0-3,0
Walking uphill Add 0,8 kcal per meter rise
B.  Type of Work Average
kcalmin Range
kcalmin
Hand Work   Light
  Heavy 0,4
0,9 0,2-1,2
Work, one arm:   Light
  Heavy 1,0
1,8 0,7-2,5
Work, both arms:   Light
  Heavy 1,5
2,5 1,0-3,5
Work, whole body   Light
  Moderate   Heavy
  Very Heavy 3,5
5,0 7,0
9,0 2,5-9,0
C.  Basal Metabolism 1,0
1,0 For a “standard” worker of 70 kg body weight 154 lbs and 1,8 m
2
body surface 19,4 ft
2
. Sumber: Criteria for recommended Standard Occupational Exposure to Hot
Environments. Revised Standard 1986, NIOSH
Tabel 2.10 NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB Berdasarkan TLV 2007
Pengaturan waktu kerja
Setiap jam Waktu kerja
Ringan Sedang
Berat Sangat Berat
75 - 100 50 - 50
25 - 50 0 - 25
31,0 31,0
32,0 32,5
28,0 29,0
30,0 31,5
27,5 29,0
30,5 27,9
30,0 Sumber: TLV and BEIs Tahun 2007
Catatan: -
Beban kerja ringan membutuhkan kalori 180 Kkaljam -
Beban kerja sedang membutuhkan kalori 180 – 300 Kkaljam -
Beban kerja berat membutuhkan kalori 300 – 415 Kkaljam -
Beban kerja sangat berat membutuhkan kalori 520 Kkaljam
Perkiraan  panas  metabolik  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  estimasi  panas metabolik  berdasarkan  TLV  2007.  Tabel  berikut  dibawah  ini  menunjukkan  klasifikasi
tingkat metabolisme tubuh berdasarkan aktivitas.
Tabel 2.11 Tingkat Metabolik Tubuh Berdasarkan TLV 2007
Kategori Tingkat Metabolik
Istirahat 115 Kkaljam
Ringan 180 Kkaljam
Sedang 300 Kkaljam
Berat 415 Kkaljam
Sangat Berat 520 Kkaljam
Penelitian mengenai beban kerja dengan kelelahan kerja yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pekerja yang mengalami kelelahan kerja lebih banyak pada pekerja dengan
beban  kerja  berat  yaitu  sebanyak  41  orang  60,3.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik didapatkan nilai pvalue 0,042 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara beban
kerja  dengan  kelelahan  kerja  atau  semakin  berat  beban  kerja  semakin  berat  tingkat kelelahan kerja. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida 2008 pada
pekerja  pembuatan  tahu,  berdasarkan  hasil  uji  statistik  yang  disimpulkan  bahwa  ada hubungan  yang  bermakna  antara  beban  kerja  dengan  tingkat  kelelahan  dengan  nilai
pvalue = 0,001. Handayani 2005 dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa rata-rata denyut  nadi  kerja  yaitu  127,98  denyutmenit.  Hasil  uji  statistik  menyatakan  bahwa  ada
hubungan bermakna anatara beban kerja dengan tingkat kelelahan p=0,004.
2.2.10 Risiko Ergonomi Pekerjaan
Postur  tubuh  dapat  didefinisikan  sebagai  orientasi  reaktif  dari  bagian  tubuh terhadap  ruang.  Untuk  melakukan  orientasi  tubuh  tersebut  selama  beberapa  rentang
waktu  dibutuhkan  kerja  otot  untuk  menyangga  atau  menggerakkan  tubuh.  Postur  yang diadopsi  manusia  saat  melakukan  beberapa  pekerjaan  adalah  hubungan  antara  dimensi
tubuh  pekerja  dengan  dimensi  beberapa  benda  dalam  lingkungan  kerjanya  pheasant, 1991.
Posisi dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan, masing- masing  posisi  kerja  mempunyai  pengaruh  yang  berbeda-beda  terhadap  tubuh.  Menurut
Soeripto  1989,  perencanaan  dan  penyesuaian  alat  yang  tepat  bagi  tenaga  kerja  dapat meningkatkan  produktifitas,  menciptakan  keselamatan  dan  kesehatan  kerja  serta
kelestarian  lingkungan  kerja,  dan  juga  memperbaiki  kualitas  produk  dari  suatu  proses
produksi. 1
Metode Pengukuran RULA
RULA  atau  Rapid  Upper  Limb  Assessment  Tool  adalah  sebuah  penilaian  yang mudah terhadap beban otot rangka pada anggota tubuh atas upper limb yaitu leher
dan  tangan.  RULA  digunakan  untuk  menilai  postur,  beban  dan  gerakan  yang berhubungan dengan pekerjaan statis. Empat kegunaan RULA adalah:
a. Mengukur  resiko  gangguan  otot  rangka,  biasanya  sebagai  investigasi
ergonomi pendahuluan. b.
Membandingkan  beban  otot  rangka  pada  desain  tempat  kerja  workstation aktual dan dimodifikasi.
c. Evaluasi outcome seperti produktivitas dan kelayakan peralatan.
d. Mendidik pekerja tentang risiko otot rangka karena postur kerja yang berbeda.
RULA  adalah  salah  satu  dari  beberapa  alat  penilaian  observasi  postur  yang berguna  dalam  analisis  pekerjaan.  RULA  penting  sebagai  sebuah  alat  investigasi
ergonomi  awal.  Saat  menilai  pekerjaan  yang  terdapat  manual  handling,  gerakan seluruh tubuh atau risiko tulang belakang dan kaki, maka dibutuhkan tambahan alat
penilaian seperti REBA McAtamney dan Corlett, 1993. Kelebihan  RULA  adalah  dapat  menilai  postur  kerja  dan  hubungan  tingkatan
risiko  dalam  waktu  singkat;  tidak  membutuhkan  peralatan,  kecuali  pulpen  dan kertas;  dapat  digunakan  untuk  menilai  sebagian  tugas  atau  postur  individu  atau
kelompok  tertentu;  membandingkan  keberadaan  serta  tujuan  disain  tempat  kerja untuk dilakukan suatu perubahan ergonomi; dan menyediakan pengukuran objektif
yang  perubahannya  dapat  disarankan  dan  diinvestigasi  dengan  tujuan  utama  yaitu mengimplementasikan solusi praktek terbaik. Sedangkan kekurangan RULA adalah:
tidak didisain  untuk menyediakan postur secara rinci; dan membutuhkan  tools lain untuk investigasi ergonomi yang lebih rinci.
a. Penilaian postur tubuh group A
Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas upper arm, lengan bawah lower arm, pergelangan atas wrist dan putaran pergelangan tangan wrist twist.
1. Lengan atas Upper arm
Penilaian  terhadap  lengan  atas  upper  arm  adalah  penilaian  yang dilakukan  terhadap  sudut  yang  dibentuk  lengan  atas  pada  saat  melakukan
aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja.  Sudut  yang  dibentuk  oleh  lengan  atas  diukur  menurut  posisi  batang
tubuh. Adapun postur lengan atas upper arm dapat dilihat pada gambar 2.1