Hubungan Antara Umur dengan Kelelahan Kerja

mencukupi, sebagai hasil dari kapasitas sel yang tidak mencukupi atau cakupan energi untuk memelihara tingkatan aktifitas yang alami dan atau diproses dengan menggunakan sumber-sumber yang normal. Kondisi kelelahan di tempat kerja memang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena sangat berpengaruh terhadap efektifitas, produktifitas serta keselamatan pekerja pada umumnya. Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai penyebab dan mendatangkan ketegangan stress yang dialami tubuh manusia. Untuk menghindari akumulasi kelelahan yang terlalu berlebihan, diperlukan adanya keseimbangan antara sumber datangnya kelelahan faktor penyebab kelelahan dengan proses pemulihan recovery. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara memberikan waktu istirahat yang cukup sekitar 30-60 menit dan terjadwal. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa kelelahan kerja di duga dapat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi, status kesehatan, beban kerja, shift kerja, dan risiko ergonomi kerja. Agar kelelahan kerja pada karyawan menjadi lebih rendah, disarankan agar Rumah Sakit memberikan materi pendidikan dan pelatihan pada pekerja tentang kelelahan kerja dan dampak dari kelelahan kerja serta pencegahannya guna meningkatkan kesadaran karyawan agar kondisi kelelahan kerja dapat di minimalkan.

6.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja

6.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kelelahan Kerja

Faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja sama halnya pada karyawan di instalasi gizi RSUD Pasar Rebo tahun 2011 yang diduga bahwa umur merupakan faktor terjadinya kelelahan kerja. Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa umur karyawan di instalasi gizi berada pada nilai tengah umur 36,00. Umur karyawan terendah yaitu 26 tahun, sedangkan umur karyawan yang tertinggi yaitu 55 tahun. Hal ini sesuai dengan teori Caffin dalam Tarwaka et al, 2004 yang menyatakan bahwa kelelahan kerja biasanya mulai dirasakan lebih menonjol pada usia 25-65 tahun dimana tingkat keluhan atau kelelahan akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Rentang umur terjadinya kelelahan kerja pada karyawan instalasi gizi RSUD Pasar Rebo yaitu berkisar antara 26-55 tahun yang mengalami kelelahan kerja berat, sedang, maupun kelelahan kerja ringan. Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan dua puluhan dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia Lambert, 1996. Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15-54 tahun www.Depkes-RI.go.id. Proses menjadi tua serta kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat tubuh, sistem kardiovaskular, hormonal Suma’mur, 1996. Untuk wanita kekuatan otot yang optimal ada pada usia 20-39 tahun. Menurut Suma’mur 1989, pekerja yang telah berusia lanjut akan merasa cepat lelah dan tidak bergerak dengan gesit ketika melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh usia individu tersebut. Misalnya pada umur 50 tahun kapasitas kerja tinggal 80 dan pada umur 60 tahun menjadi 60 dibandingkan dengan kapasitas yang berumur 25 tahun. Berdasarkan tabel 5.8 hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan dengan nilai pvalue 0,450. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian Mulyana, dkk 2006 yang menunjukkan adanya hubungan yang tidak selalu linier antara umur dengan kelelahan kerja. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kelelahan kerja paling besar terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun dan pada kelompok usia 29 tahun. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2005, didapatkan hasil bahwa rata-rata umur pekerja yaitu 34,35 tahun yang mengalami kelelahan dengan pengukuran waktu reaksi rangsang cahaya. Berdasarkan hasil uji statistik analisis multivariat menunjukkan bahwa umur tidak berhubungan dengan kelelahan. Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur 1999 yaitu umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor umur mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. Hal ini dapat disebabkan oleh umur yang tidak selalu berkontribusi terhadap terjadinya kelelahan kerja pada karyawan di instalasi gizi RSUD Pasar Rebo. Pendistribusian umur pada karyawan instalasi gizi yang sebagian besar mengalami kelelahan kerja berada pada rentang umur 26-55 tahun. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, distribusi karyawan dalam melakukan aktifitas kerja dan beban kerja yang ditanggungnya tidak berdasarkan jenjang umur. Sehingga kelelahan kerja yaitu kelelahan kerja berat, kelelahan kerja sedang, dan kelelahan kerja ringan yang dirasakan oleh seluruh umur baik karyawan yang memiliki umur muda maupun karyawan yang memiliki umur lebih tua adalah sama besarnya. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh masa kerja karyawan, dimana semakin masa kerja yang panjanglama maka umur karyawan berada pada kategori lebih tua. Sebaliknya karyawan dengan masa kerja baru maka umur karyawan berada pada kategori muda. Selain itu dapat mungkin juga dipengaruhi oleh shift kerja yang di jalani oleh karyawan, dimana seluruh karyawan pada semua jenjang umur pernah menjalani ketiga shift kerja yang ada di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo tahun 2011. Sehingga kelelahan kerja yang dialami oleh karyawan selalu sama, kemudian juga karyawan sering mengalami sistem kerja nerus shift pagi nerus ke shift sore.

6.3.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja