13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelelahan Kerja
2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan Wignjosoebroto, 2003. Perasaan atau kondisi lemah merupakan kondisi yang sering dialami oleh seseorang setelah melakukan aktifitasnya.
Perasaan capek, ngantuk, bosan dan haus biasanya muncul beriringan dengan adanya gejala kelelahan. Selain kondisi-kondisi tersebut pada sebagian orang disertai pula
dengan gejala fisik seperti pegal-pegal, kesemutan bahkan nyeri pada anggota tubuhnya. Kondisi ini bisa pulih apabila kita beristirahat sejenak dari aktivitas yang sedang kita
lakukan. Menurut Grandjean 1997 kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan kita akan merasa segan dan aktifitas akan melemah serta
ketidakseimbangan. Selain itu, keinginan untuk berusaha melakukan kegiatan fisik dan mental akan berkurang karena disertai perasaan berat, pening dan capek. Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta
ketahanan tubuh. Tarwaka et al, 2004. Suma’mur 1996 menyatakan bahwa kelelahan kerja merupakan proses
menurunnya efisiensi, performance kerja dan berkurangnya kekuatanketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Kelelahan kerja menurut
Nurmianto 2003 akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja
dalam industri. Kelelahan berbeda dengan kejemuan, sekalipun kejemuan adalah suatu faktor
dari kele lahan Suma’mur, 1999. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai
penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja Budiono, 2003. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja bisa menyebabkan penurunan kinerja yang dapat
berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan kecelakaan kerja. Menurut Nurmianto 2003, kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada
pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata- rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu
pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang
tidak normal. Setiap orang pernah mengalami kondisi lelah baik lelah fisik maupun lelah mental,
karena kemampuan tubuh untuk tetap terjaga memiliki batas tertentu. Hampir seluruh orang merasakan kondisi lelah setelah melakukan aktifitasnya seharian. Begitupun
dengan para pekerja yang harus tetap terjaga selama 8 jam demi memenuhi tugas dan shift kerjanya. Job dan Dalziel 2001 dalam Australian Safety and Compensation
Council 2006 mendefinisikan kelelahan berdasarkan pada tingkatan keadaan otot tubuh, viscera atau sistem syaraf pusat dimana didahului oleh aktifitas fisik dan proses
mental, serta waktu istirahat yang mencukupi, sebagai hasil dari kapasitas sel yang tidak mencukupi atau cakupan energi untuk memelihara tingkatan aktifitas yang alami dan
atau diproses dengan menggunakan sumber-sumber yang normal. Kondisi kelelahan di tempat kerja memang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena sangat berpengaruh
terhadap efektifitas, produktifitas serta keselamatan pekerja pada umumnya. Suma’mur 1996 menyatakan bahwa produktifitas mulai menurun setelah empat
jam bekerja terus menerus apapun jenis pekerjaannya yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah sebabnya istirahat sangat diperlukan
minimal setengan jam setelah empat jam bekerja terus menerus agar pekerja memperoleh kesempatan untuk makan dan menambah energi yang diperlukan tubuh
untuk bekerja. Manuaba 1990 menjelaskan bahwa jam kerja berlebihan, jam kerja lembur diluar batas kemampuan akan mempercepat timbulnya kelelahan, menurunkan
ketepatan, dan ketelitian. Oleh karena itu setiap fungsi tubuh memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi kerja-istirahat, maka
diperlukan adanya waktu istirahat pendek dengan sedikit kudapan 15 menit setelah 1,5- 2 jam kerja untuk mempertahankan efisiensi dan performa kerja.
2.1.2 Dampak Kelelahan Kerja